PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA

ILMU ILMIAH ALAMIAH

Senin, 23 November 2009

MEMBACA ARTIKEL DI JURNAL KELAS B SEMESTER 1 2009

Tulislah pada kolom komentar di bawah ini berdasarkan hasil yang Anda Baca, yaitu identitas jurnal dan ide pokok setiap paragraf!

47 Komentar:

  • Pada 24 November 2009 pukul 02.52 , Anonymous Anonim mengatakan...

    NAMA:WIDYA FEBRI YANTI
    NPM:A1A009083
    TANGGAL PEMBUATAN:24 NOVEMBER 2009
    DOSEN:ARONO

    NAMA JURNAL:pendidikan nasional
    VOLUME:EDISI 2003
    JUMLAH HALAMAN:2 LEMBAR
    IDE POKOK:
    PARAGRAF 1
    generasi muda yan g lebih mengutamakan otot daripada otak
    PARAGRAF 2
    Tindakan kriminal yang da di kehidupan yang dialami oleh golongan terpelajar
    PARAGRAF 3
    morat-marit keadaan bangsa
    PARAGRAF 4
    keprihatinan terhadap generasi penerus bangsa
    PARAGRAF 5
    pendidikan nasional yang mengeyampingkan banyak hal
    PARAGRAF 6
    tentang penyimpangan
    PARAGRAF 7
    perilaku penyimpangan di dunia pendidikan
    PARAGRAR 8
    harapan pendidikan nasional yang bermoral

     
  • Pada 24 November 2009 pukul 19.21 , Anonymous Anonim mengatakan...

    NAMA : RIA WAHYU NUR INDAH SARI
    NMP : A1A009025
    DOSEN : ARONO
    TANGGAL PEMBUATAN :251109

    NAMA JURNAL : KEBIJAKAN PENDIDIKAN
    Nama & E-mail (Penulis): Mochammad Asyhar
    Saya Mahasiswa di Depok
    Volume: Edisi 2002
    Judul Artikel: Tahun 2020 Indonesia Kehabisan Guru


    PARAGRAF 1
    Pesan stasiun televisi
    PARAGRAF 2
    Realita potret pendidikan
    PARAGRAF 3
    Efek jika tidak di jumpai sosok guru
    PARAGRF 4
    keadaan pendidikan dan penyebab kekurangan guru
    PARAGRAF 5
    Penutupan lembaga pendidikan
    PARAGRAF 6
    Perubahan status & perubahan visi dan misi
    PARAGRAF 7
    Solusi kurangnya guru
    PARAGRAF 8
    mengatasi persoalan kekurangan guru pada jenjang pendidikan dasar
    PARAGRAF 9
    perekrutan mahasiswa
    PARAGRAF 10
    mengatasi persoalan kekurangan guru

     
  • Pada 24 November 2009 pukul 23.35 , Anonymous Anonim mengatakan...

    Nama: Dwi Nita Meylina. S
    NPM: A1A009055
    Prodi: Bahasa Indonesia
    Lokal : B

    * Identitas Jurnal
    Nama: Ilmu TEknologi Pendidikan
    Voume:3 September 2009
    Judul Artikel: Kesantunan Berbahasa
    Penulis Artikel: Drs. MAsyur Muslich, M.Si
    JUmlah Hal Artikel: 6 Halaman

    * Ide-ide Pokok setap Paragraf:
    Pengertian Kesantunan
    1. kesantunan adalah tata cara atau adat yang berlaku dalam masyarakat.
    2. Kesantunan memperlihatkan kesantunan kita dalam pergaulan sehari-hari.
    3. kesantunan sangat Kontekstual.
    4. Kesantunan selalu Bipolar.
    5. Kesantunan tercermin dalam cara berpakaian, berbuat, dan bertutur.

    Jenis Kesantunan:
    1. Kesantunan dalam berpakaian.
    2. Kesantunan perbuatan dalam menghadapi sesuatu.
    3. Kesantunan berbahasa tercermin tatacara berkomunikasi.
    4. Tatacara sangat penting demi kelancaran berkomunikasi.
    5. Tatacara berbahasa seseorang di pengaruhi norma-norma budaya suku bangsa.

    *Pembentukan Kesantunan Berbahasa:
    1. Penerapan prinsip kesopanan dalam berbahasa.
    2. Penghindaran pemakaian kata tabu.
    3. Penggunaan Eufemisme atau ungkapan penghalus.
    4. Penggunaan pilihan kata Honorifik.
    5. Tujuan utama kesantunan berbahasa adalah mempelancar komunikasi.

    * Aspek-aspek Non-lingustik Mempengaruhi Kesantunan Berbahasa:
    1. Penutur harus memahami unsur-unsur verbal ketika ketika berbicara kepada orang lain.
    2. gerak isyarat digunakan tepiasah dengan unsur verbal karena pertimbangan tertentu.
    3. Unsur yang harus diperhatikan dalam komunikasi adalah Proksemiki.
    4. Penjagaan suasana komunikasi yang terlibat.

     
  • Pada 25 November 2009 pukul 00.38 , Anonymous Anonim mengatakan...

    NAMA: NOVIANA A.F
    NPM: A1A009023
    DOSEN: ARONO
    KELAS: B
    SEMESTER: 1(SATU)
    NAMA JURNAL: JURNAL ILMU PENDIDIKAN
    VOLUME JURNAL: JILID 7 NO.1
    JUDUL ARTIKEL: PERSEPSI GURU TERHADAP IMPLEMENTASI PENDIDIKAN SISTEM GANDA di SEKOLAH MENENGAH EKONOMI ATAS
    PENULIS:SUHARDJO DWIDJOSUMARTO
    JUMLAH HALAMAN ARTIKEL: 6(ENAM)
    IDE POKOK :
    PRAGRAF:
    1.SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
    2.MASALAH RELEVANSI PENDIDIKAN KEJURUAN
    3.UPAYA PENINGKATAN RELEVANSI
    4.PERSEPSI
    5.FAKTOR-FAKTOR IMPLEMENTASI KURIKULUM
    6.PENERAPAN KEBIJAKSANAAN LINK AND MATCH
    7.TUJUAN PENELITIAN
    8.RANCANGAN DESKRIPTIF
    9.TEHNIK SAMPEL JATAH PURPOSIP, LOKASI SURABAYA
    10.MENGUMPULKAN DATA DENGAN TEHNIK ANGKE, WAWANCARA DAN DOKUMENTASI
    11.TINGKAT PEMAHAMAN GURU
    12.DATA PERSEPSI GURU
    13.PROSES PEMBELAJARAN DARI DATA PERSEPSI GURU
    14. MEDIA PEMBELAJARAN KURANG LENGKAP
    15.HASIL ANALISIS
    16.PENYEBAB
    17.KONISI MAYORITAS SISWA

     
  • Pada 25 November 2009 pukul 00.49 , Anonymous Anonim mengatakan...

    Nama: Nurma Lega Astuti
    NPM: A1A009071
    Mata Kuliah: Membaca
    Dosen: Arono, M.Pd
    TUGAS ARTIKEL JURNAL
    Tanggal: 25 November 2009


    Judul Jurnal: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran
    Volume Jurnal: 41 No.1 Januari 2008
    Universitas Pendidikan Ganesha
    Judul Artikel: Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di Sekolah Dasar Kecamatan Buleleng Melalui Pelatihan Strategi Pembelajaran dan Penelitian Tindakan Kelas
    Jumlah Halaman Artikel: 7 halaman


    METODOLOGI KEGIATAN
    Paragraf ke-1: Sesuai dengan judul dari kegiatan ini, maka metode yang dipakai untuk mengumpulkan data adalah pelatihan dan workshop (Training and Workshop =TW).

    Paragraf ke-2: Tabel 01 diatas menunjukkan bahwa criteria keberhasilan kegiatan dapat diukur dengan membandingkan kondisi dan kompetensi peserta sebelum dan setelah pelaksanaan P2M dilaksanakan.

    HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
    Paragraf ke-1: Setelah melaksanakan kegiatan yaitu berupa pelatihan dengan topic kajian Penelitian Tindakan Kelas dan strategi pembelajaran inovatif, dapat dilaporkan bahwa kompetensi peserta di bidang penelitian tindakan kelas dan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran meningkat.
    Paragraf ke-2: Berdasarkan hasil yang dinyatakan dalam table 02 di atas, dapat dinyatakan bahwa pelatihan yang diberikan oleh Tim Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Undiksha mampu meningkatkan wawasan, pengetahuan, dan ketrampilan guru dalam merancang pembelajaran, melaksanakan pembelajaran maupun dalam menentukan dan membuat asesmen untuk mengukur kompetensi siswa.

    Paragaraf ke-3: Dalam hal penelitian tindakan kelas, dapat dinyatakan bahwa guru mempuyai pemahaman yang jelas tentang penelitian tindakan kelas.

    Paragraf ke-4: Pengakuan peserta didukung oleh hasil pekerjaan mereka seperti yang dijelaskan dalam table diatas yang menunjukkan hasil yang memuaskan.

    Paragraf ke-5: Berdasarkan hasil wawancara dapat dinyatakan bahwa masalah yang masih sulit oleh guru adalah memilih masalah yang cocok untuk ditangani dengan PTK.

    Paragraf ke-6: Hal lain yang juga agak sulit untuk dipahami guru selama pelatihan adalah menentukan bentuk asesmen yang tepat untuk mengukur apakah masalah yang dihadapi bisa dipecakhan atau tidak.

    PENUTUP
    Paragraf ke-1: Dengan demikian disarankan agar guru-guru selalu meningkatkan pemahamannya tentang strategi pembelajaran inovatif dan penelitian tindakan kelas dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

     
  • Pada 25 November 2009 pukul 00.51 , Anonymous Anonim mengatakan...

    Nama: Nurma Lega Astuti
    NPM: A1A009071
    Mata Kuliah: Membaca
    Dosen: Arono, M.Pd
    TUGAS ARTIKEL JURNAL
    Tanggal: 25 November 2009


    Judul Jurnal: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran
    Volume Jurnal: 41 No.1 Januari 2008
    Universitas Pendidikan Ganesha
    Judul Artikel: Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di Sekolah Dasar Kecamatan Buleleng Melalui Pelatihan Strategi Pembelajaran dan Penelitian Tindakan Kelas
    Jumlah Halaman Artikel: 7 halaman


    METODOLOGI KEGIATAN
    Paragraf ke-1: Sesuai dengan judul dari kegiatan ini, maka metode yang dipakai untuk mengumpulkan data adalah pelatihan dan workshop (Training and Workshop =TW).

    Paragraf ke-2: Tabel 01 diatas menunjukkan bahwa criteria keberhasilan kegiatan dapat diukur dengan membandingkan kondisi dan kompetensi peserta sebelum dan setelah pelaksanaan P2M dilaksanakan.

    HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
    Paragraf ke-1: Setelah melaksanakan kegiatan yaitu berupa pelatihan dengan topic kajian Penelitian Tindakan Kelas dan strategi pembelajaran inovatif, dapat dilaporkan bahwa kompetensi peserta di bidang penelitian tindakan kelas dan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran meningkat.
    Paragraf ke-2: Berdasarkan hasil yang dinyatakan dalam table 02 di atas, dapat dinyatakan bahwa pelatihan yang diberikan oleh Tim Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Undiksha mampu meningkatkan wawasan, pengetahuan, dan ketrampilan guru dalam merancang pembelajaran, melaksanakan pembelajaran maupun dalam menentukan dan membuat asesmen untuk mengukur kompetensi siswa.

    Paragaraf ke-3: Dalam hal penelitian tindakan kelas, dapat dinyatakan bahwa guru mempuyai pemahaman yang jelas tentang penelitian tindakan kelas.

    Paragraf ke-4: Pengakuan peserta didukung oleh hasil pekerjaan mereka seperti yang dijelaskan dalam table diatas yang menunjukkan hasil yang memuaskan.

    Paragraf ke-5: Berdasarkan hasil wawancara dapat dinyatakan bahwa masalah yang masih sulit oleh guru adalah memilih masalah yang cocok untuk ditangani dengan PTK.

    Paragraf ke-6: Hal lain yang juga agak sulit untuk dipahami guru selama pelatihan adalah menentukan bentuk asesmen yang tepat untuk mengukur apakah masalah yang dihadapi bisa dipecakhan atau tidak.

    PENUTUP
    Paragraf ke-1: Dengan demikian disarankan agar guru-guru selalu meningkatkan pemahamannya tentang strategi pembelajaran inovatif dan penelitian tindakan kelas dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

     
  • Pada 25 November 2009 pukul 00.53 , Anonymous Anonim mengatakan...

    NAMA: GUNTARI RAHMA WANTI
    NPM: A1A009009
    DOSEN: ARONO
    KELAS: B
    SEMESTER: 1(SATU)
    NAMA JURNAL: JURNAL ILMU PENDIDIKAN
    VOLUME: JILID 7 NO.1
    JUDUL ARTIKEL: IKLIM ORGANISASI JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
    PENULIS: HUSAINI USMAN
    JUMLAH HALAMAN ARTIKEL: 7
    IDE POKOK:
    PARAGRAP:
    1.HARAPAN PARA PENDIDIK MENGENAI IKLIM ORGANISASI
    2.NILAI AKREDITASI DAN PERMASALAHANNYA
    3.PENGERTIAN IKLIM ORGANISASI
    4.DESAIN PENELITIAN BERSIFAT SEMENTARA,INFORMAN BERSIFAT BOLA SALJU, INSTRUMEN
    5.HASIL PENELITIAN GUION,JAMES DAN JONES, HOY, KEEFE
    6.DIMENSI IKLIM ORGANISASI JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN FPTK IKIP YOGYAKARTA
    7.KONSEP DIMENSI
    8.KESAMAAN DAN PERBEDAAN TEMAN DIMENSI IKLIM ORGANISASI

     
  • Pada 25 November 2009 pukul 00.59 , Anonymous Anonim mengatakan...

    Nama: Nofia Angela
    NPM : A1A009021
    Dosen : ARONO
    TGL : 251109

    Nama jurnal : ILMU PENDIDIKAN
    Penulis : Rudi Afriazi
    Volume : FEBUARI 2000, Jilid 7, nomor 1
    Judul Artikel : Pembelajaran Bahasa Inggris di Perguruan Tinggi Menghadapi Tantangan Abad XXI


    P.1
    Penting peranan nya dalam penyimpanan dan penyebaran informasi
    P.2
    Menyiapkan SDM
    P.3
    Kemampuan bahasa inggris dosen yg baru lulus perguruan tinggi sangat rendah
    P.4
    Tuntutan untuk mampu berbahasa inggris terus meningkat
    P.5
    Tidak mampu berkomunikasi dalam bahasa inggris
    P.6
    MKBI belum mendapat perhatian serius
    P.7
    Saat ini MKBI diklasifikasikan sbg MKU
    P.8
    Terdiri dr kurikulum inti & kurikulum lokal
    P.9
    B.inggris merupakan dasar keahlian dlm prodi masing2
    P.10
    Pembentukan kepribadian dan sikap
    P.11
    Dua kredit untuk MKBI
    P.12
    Kemampuan MKBI yg sangat lemah
    P.13
    pENDEKATAN PENGAJARAN TIDAK JELAS
    P.14
    Materi yg diberikan sangat sulit
    P.15
    MKBI ditempatkan pada kelas_kelas sesuai permintaan
    P.16
    Kemampuan SLTA yg rendah
    P.17
    Fasilitas pendukung yg terbatas
    P.18
    Msalah di MKBI
    P.19
    Mengharapkan agar tamatan perguruan tinggi mampu berkomunikasi dlm berbahasa inggris
    P.20
    Perubahan harus mendasar dan melibatkan banyak pihak
    P.21
    Tujuan & target minimal yg harus dicapai
    P.22
    Abad XXI MEMERLUKAN SARJANA YG MAMPU BERKOMUNIKASI B.IGGRIS
    P.23
    4 Unsur keterampilan berbahasa
    P.24
    Difokuskan pd bidang ilmu yg di pelajari
    P.25
    Menguraikan klasifikasi
    P.26
    Tes kemampuan Bahasa inggris
    P.27
    Minimal mengambil MKBI
    P.28
    Matakuliah tidak berkredit
    P.29
    Sistem kredit matakuliah
    P.30
    Sistem kredit sesuai dgn ketentuan
    P.31
    4 Jam untuk kegiatan terstruktur & 4 jam untuk kegiatan mandiri
    P.32
    Target MKBI
    P.33
    Mahasiswa diberikan pilihan
    P.34
    Pusat Belajar Bahasa Inggris Mandiri
    P.35
    Pendukung pelaksanaan MKBI
    P.36
    Metode pengajaran
    P.37
    Mencari bentuk metode pengajaran
    P.38
    Latar belakang kemampuan b.inggris
    P.39
    Kredit tiap semester
    P.40
    Tes Penempatan
    P.41
    Sistem tes penempatan
    P.42
    Isi kelas yg terlalu besar
    P.43
    Kaitan dgn lulusan SLTA yg rendah
    P.44
    Survey
    P.45
    Fasilitas yg terbatas

     
  • Pada 25 November 2009 pukul 00.59 , Anonymous Anonim mengatakan...

    NAMA : YURIKANITA
    NPM : A1A009035
    PRODI : SASTRA INDONESIA
    FAKULTAS KIP
    DOSEN: ARONO
    KELAS : B
    TGL : 25 11 09

    NAMA JURNAL : ILMU PENDIDIKAN
    VOLUME : FEBRUARI 2000, JILID 7, NOMOR 1
    JUDUL ARTIKEL : EVALUASI KURIKULUM 1994 MENURUT PERSEPSI GURU DAN SISWA SMU
    PENULIS : SUKAMTO
    HALAMAN ARTIKEL : 13 HAL

    PARAGRAF 1
    kurikulum disemua jenjang dan jalur pendidikan diindonesia
    PARAGRAF 2
    berbagai karakteristik kurikulum 1994
    PARAGRAF 3
    pergantian kurikulum persekolahan
    PARAGRAF 4
    proses evaluasi kurikulum
    PARAGRAF 5
    pentingnya kurikulum secara formatif
    PARAGRAF 6
    mengintegrasikan pengembangan profesional dan meningkatkan mutu pendidikan
    PARAGRAF 7
    meningkatkan minat dan kebutuhan suatu kurikulum
    PARAGRAF 8
    pengembangan kurikulum
    PARAGRAF 9
    dinamika interaksi pembelajaran'
    PARAGRAF 10
    pentingnya evaluasi kurikulum
    PARAGRAF 11
    populasi yg menjadi wilayah generalisasi penelitian
    PARAGRAF 12
    evaluasi mata pelajaran
    PARAGRAF 13
    teknik pengumpulan data dalam lukakarya evaluasi kurikulum
    PARAGRAF 14
    jawaban guru terhadap pertanyaan evaluasi
    PARAGRAF 15
    hambatan yang dihadapi guru
    PARAGRAF 16
    persepsi guru tentang setiap mata pelajaran
    PARAGRAF 17
    fisika : pembelajaran sudah berjalan seperti diharapkan
    PARAGRAF 18
    kinia : dirasakan kekurangan guru kimia
    PARAGRAF 19
    matematika : urutan materi dalam GBPP tidak sesuai
    PARAGRAF 20
    biologi : kesul;itan penyelenggaraan pratikum
    PARAGRAF 21
    ekonomi : ada keterbatasan kelengkapan perangkat kurikulum
    PARAGRAF 22
    geografi : belum tersedia pembelajaran geografi yang memadai
    PARAGRAF 23
    sosiologi : ada kelangkaan buku
    PARAGRAF 24
    PPKN : gairah belajar siswa yang rendah
    PARAGRAF 25
    sejarah : ada kerancuan materi dan sitematis sejarah
    PARAGRAF 26
    bahasa indonesia : buku dirasakan belum lengkap
    Paragraf 27
    bahasa inggris : pendekatan komunikatif belum dapat dijalankan karena kurang sinkron dengan sistem instrumen evaluasi
    PARAGRAF 28
    kesenian : proses pembelajaran masih sangat tergantung kemampuan masing-masing guru
    PARAGRAF 29
    beberapa kelemahan penyesuaian kurikulum
    PARAGRAF 30
    renponden siswa dalam penelitian evaluasi
    PARAGRAF 31
    relevansi dan daya dukung buku paket belum maksimal
    PARAGRAF 32
    fisika : pembelajaran dinilai masih tradisional
    PARAGRAF 33
    kimia: kekurangan waktu dan sarana laboratorium
    PARAGRAF 34
    matematika : siswa merasa pembelajaran terlalu teoritis
    PARAGRAF 35
    biologi: kapasitas ruangan dan sarana lab kurang memadai
    PARAGRAF 36
    ekonomi : siswa menyatakan guru-guru kurang menguasai beberapa topik
    PARAGRAF 37
    Geografi : siswa merasa kurangnya pembekalan untuk UMPTN
    PARAGRAF 38
    sosiologi : kurangnya koleksi perpustakaan
    PARAGRAF 39
    PPKN : minat siswa belajar rendah
    PARAGRAF 40
    sejarah : mayoritas siswa kurang tertarik dengan cara guru
    PARAGRAF 41
    bahasa indonesia : keluhan siswa terutama pada pembelajaran materi
    PARAGRAF 42
    bahasa inggris : siswa sudah menyadari pentingnnya tetapi masih ada keluhan
    PARAGRAF 43
    kesenian : keluhan guru kesenian kurang profesional
    PARAGRAF 44
    mengevaluasi implementasi kurikulum disekolah

     
  • Pada 25 November 2009 pukul 00.59 , Anonymous Anonim mengatakan...

    Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

     
  • Pada 25 November 2009 pukul 01.02 , Anonymous Anonim mengatakan...

    NAMA : Hasmiana
    NPM : A1A009061

    Nama Jurnal : Teknologi Pendidikan
    Nama Penulis Artikel : Muktiraga's Weblog
    Volume : 24 Desember 2007
    Judul Artikel : E-Learning VS I-Learning

    Paragraf 1
    Belajar bisa dimana saja tanpa terhalang kendala geografis
    Paragraf 2
    Teknologi internet telah memudahkan proses belajar mengajar
    Paragraf 3
    Pengertian E-Learning mengacu pada pembelajaran yang menggunakan teknologi internet
    Paragraf 4
    E-Learning adalah systim pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik
    Paragraf 5
    Media elektronik sangat membantu proses pembelajaran
    Paragraf 6
    Proses pembelajaran yang berbasis elektronik
    Paragraf 7
    Karakteristik khusus
    Paragraf 8
    Jenis alat elektronik
    Paragraf 9
    Bagian mengenai E-learning
    Paragraf 10
    Computer Based Training
    Paragraf 11
    Sistem CBT
    Paragraf 12
    Keuntungan dari sistem CBT
    Paragraf 13
    Perkembangan Web Based Training
    Paragraf 14
    Video-conferencing yang sangat digemari

     
  • Pada 25 November 2009 pukul 01.08 , Anonymous Anonim mengatakan...

    Nama : Iztin Syarifah Ma'ani
    NPM : A1A090013
    Kelas : B
    Semester : 1 (satu)
    Mata kuliah : Membaca
    Dosen pembimbing : Arono
    FKIP Prodi Bahasa Indonesia.

    Identitas Jurnal.
    Nama Jurnal : Jurnal Ilmu Pendidikan
    Volume Jurnal : Jilid 7 nomor 1
    Judul Artikel : Peningkatan Kemampuan Siswa Memahami Puisi dengan Model Strata Norma.
    Penulis Artikel : Nurhayati dan Yuli Karsiah
    Jumlah halaman artikel : 9 halaman.

    Ide pokok dari setiap paragraf..
    Paragraf :
    1. Pembelajaran satra
    2. Penyebab bermasalahnya pembelajaran sastra
    3. Penyebab bermasalahnya pembelajaran sastra faktor eksternal
    4. Hasil evaluasi baca puisi
    5. Cara mempertinggi kualitas pembelajaran puisi
    6. Mengembangkan kegiatan belajar mengajar secara bervariasi
    7.Model strata norma
    8.model strata norma
    9.Lapis bunyi
    10.Lapis arti
    11.Lapis yang berupa objek-objek
    12.Lapis dunia atau realita
    13.Lapis metafisis
    14.Analisis strata norma
    15. Penerapan analisis
    16.Penerapan analisis
    17. Metode penelitian tindakan
    18. Subjek penelitian
    19. Cara penganalisisan data (kualitatif dan kuantitatif)
    20.Dua segi keberhasilan penelitian tindakan
    21.Segi proses
    22.Segi hasil pembelajaran
    23.Hasil tes awal
    24.Rendahnya nilai siswa
    25.Gagalnya tes para siswa
    26.Berhasilnya tes
    27.Persentasi siswa yang berhasil tes
    28.Tujuan pelaksanaan siklus
    29.Hasil pelaksanaan siklus
    30.Materi membaca puisi
    31.Penyebab siswa tidak dapat mengikuti pembelajaran lapis bunyi
    32.Kebingungan siswa
    33.Rima akhir
    34.Pola terusan
    35.Proses penyelesaian unsur lapisan
    36.Model strata norma
    37.Perlunya dilakukan siklus dua.
    38.Pembahasan materi siklus dua
    39.Antusiasme siswa
    40.Pembahasan siswa.
    41.Siswa mampu membahas puisi
    42.Pembahasan rima
    43.Perbedaan pola rima
    44.Lanjutan proses penemuan rima
    45.Pembahasan tema
    46.Proses tindakan siklus dua
    47.Refleksi akhir siklus dua
    48.Faktor kesulitan siswa
    49.Cara menguji kemampuan pemahaman siswa
    50.Tingkat kesulitan puisi
    51.Suasana saat tes
    52.Penyebab penurunan nilai
    53.Penurunan nilai
    54.Peningkatan pemahaman puisi
    55.Perlunya Lembar Kerja Siswa
    56. Kekurangan model strata norma

     
  • Pada 25 November 2009 pukul 01.13 , Anonymous Anonim mengatakan...

    Nama:Risma noflis
    Npm:A1A009027

    Nama jurnal:jurnal mimbar pendidikan
    Penulis:Haryono Sudriamunawar
    Volume:No4 thn 2002
    penerbit:University press upi
    Judul artikel:Fungsi ilmu komunikasi dalam pendidikan nasional

    Paragraf 1:Manusia menghendaki sesuatu yang paling baik
    Paragraf 2:bebas memperoleh berbagai informasi
    Paragraf 3:Timbul persoalan baru
    Paragraf 4:paradigma bersifat linier
    Paragraf 5:Tidak perlu adanya kemampuan akademik
    Paragraf 6:ilmu komunikasi harus lebih berperan
    Paragraf 7:Menjadi fasilitator dan mediator
    Paragraf 8:menjaga keseimbangan antara nilai nilai akademik dengan profesionalisme
    Paragraf 9:menghasilkan lulusan yang mempunyai kemampuan akademik dan profesionalisme
    Paragraf 10:Rusaknya sendi sendi kehidupan manusia
    Paragraf 11:Bangsa indonesia harus berjuang
    Paragraf 12:Transaksi komunikasi
    Paragraf 13:Hasil pendidikan
    Paragraf 14:Memahami proses komunikasi secara utuh
    Paragraf 15:Cara untuk menjaga agar ilmu komunikasi tetap survive

     
  • Pada 25 November 2009 pukul 01.29 , Anonymous Anonim mengatakan...

    NAMA : SRI DEWI APRIANTI
    NPM : A1A009077

    IDENTITAS JURNAL
    Nama : JURNAL ILMU PENDIDIKAN
    Judul Artikel : Cara Guru Memotivasi dan Pengaruhnya terhadap Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran
    Penulis : Hj.Zahera Sy
    Volume : Februari 2000,Jilid 7 No.1

    Ide-ide pokok tiap paragraf

    PARAGRAF 1
    Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakan
    PARAGRAF 2
    Kenyataan bahwa seringkali guru yang aktif,siswa hanya penonton
    PARAGRAF 3
    Guru kurang memahami siapa anak didik dan bagaimana cara membangkitkan minat siswa
    PARAGRAF 4
    Tujuan guru adalah untuk membangkitkan motivasi siswa
    PARAGRAF 5
    Cara yang dapat dilakukan guru untuk memotivasi siswa
    PARAGRAF 6
    Cara guru memotivasi siswa dalam penelitian
    PARAGRAF 7
    Pengertian keaktifan siswa
    PARAGRAF 8
    Jenis aktivitas dalam kegiatan belajar mengajar
    PARAGRAF 9
    Penelitian dalam mata pelajaran IPS
    PARAGRAF 10
    Tujuan pengajaran IPS
    PARAGRAF 11
    Tujuan penelitian
    PARAGRAF 12
    Metode dan lokasi penelitian
    PARAGRAF 13
    Hasil observasi
    PARAGRAF 14
    Pengamatan terhadap metode yang digunakan
    PARAGRAF 15
    Tidak ada hubungan antara pemberian motivasi oleh guru kepada siswa dengan aktivitas siswa dalam proses belajar
    PARAGRAF 16
    Pembahasan hasil analisis
    PARAGRAF 17
    Tujuan pengajaran adalah mula dan muara dari kegiatan belajar mengajar
    PARAGRAF 18
    Menggunakan metode yang bervariasi merupakan salah satu cara memotivasi siswa
    PARAGRAF 19
    Guru menciptakan suasana persaingan dalam kelas
    PARAGRAF 20
    Guru diharapkan mengoreksi hasil pekerjaan siswa dan memberitahukan hasilnya
    PARAGRAF 21
    Pemberian hadiah merupakan faktor motivasi yang positif
    PARAGRAF 22
    Guru hendaknya memperhatikan lingkungan
    PARAGRAF 23
    Faktor lingkungan belajar juga menentukan motivasi
    PARAGRAF 24
    Masih banyak guru yang belum menerapkan cara memotivasi dalam proses belajar
    PARAGRAF 25
    Aktivitas siswa ditentukan oleh faktor dalam diri siswa dan faktor dari luar
    PARAGRAF 26
    Kesimpulan
    PARAGRAF 27
    Saran: Guru hendaklah memperhatikan suasana kelas

     
  • Pada 25 November 2009 pukul 01.39 , Anonymous Anonim mengatakan...

    NAMA :MARDATILLAH
    NPM :A1A009017
    PRODI :SASTRAINDONESIA
    FAKULTAS:KIP
    DOSEN :ARONO
    TANGGAL:25112009

    NAMA JURNAL:ILMU PENDIDIDKAN
    VOLUME JURNAL :FEBRUARI 2000,JILID 7 NO 1
    JUDUL ARTIKEL :MENGOPTIMALKAN KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI UNTUK MENINGKATKAN KESEGARAN JASMANI PESERTA DIDIk SEKOLAH DASAR
    PENULIS :R.P.M.Junusul Hairy
    jumlah halaman :12 halaman

    Paragraf 1
    Menghasilkan manusia yang berkualitas
    Paragraf 2
    Tujuan pendidikan nasional
    Paragraf 3
    Menata kembali kurikulum
    Paragraf 4
    Pertimbangan surat kepetusan mendikbud
    Paragraf 5
    Intensifikasi penyelenggaraan pendididkan
    Paragraf 6
    Peranan pendidikan jasmani merangsang pertumbuhan dan perkembang manusia
    Paragraf 7
    Pembinaan olahraga usia dini masih sangat memprihatin kan
    Paragraf 8
    Murid yang di ajar oleh guru pendidikan jasmani,peningkatan kesegaran jasmaninya jauh lebih tinggi
    Paragraf 9
    Belum terpenuhi anggaran
    Paragraf 10
    Memberikan ide p0kok
    Paragraf 11
    Merekrut guru pendidikan jasmani
    Paragraf 12
    Program kegiatan peningkatan mutu tenaga pendidik
    Paragraf 13
    Upaya peningkatan mutu pengajaran
    Paragraf 14
    Guru pendidikan jasmani denagn guru kelas bisa menjadi mitra
    Paragraf 15
    Mnentukan nilai
    Paragraf 16
    Mengidentifikasi Tujuan
    Paragraf 17
    Menentukan tanggal pretesting
    Paragraf 18
    Mengembangkan kartu catatan kesegaran jasmani
    Paragraf 19
    Menyiapkan murid-murid untuk penilaian kesegaran jasmani
    Pragraf 20
    Guru kelas membantu guru pendidikan jasmani di dalam melaksanakan testing
    Paragraf 21
    Guru pendidikan jasmani mengadakan diskusi
    Paragraf 22
    Setiap murid diberi kesempatan untuk berpartisipasi didalam latihan kesegaran jasmani
    Pragraf 23
    Aktivitas untuk mengembangkan 5 komponen kesehatan
    Paragraf 24
    Menggunakan atribut umum disiplin akademik
    Paragraf 25
    Guru pendidikan jasmani mengintegrasikan konsep pengajaran kesegaran jasmani melalui berbagai aktivitas
    Paragraf 26
    Guru kelas mengajar kesehatan yang berhubungan dengan konsep kesegaran jasmani melalui berbagai aktivitas
    Paragraf 27
    Menentukan tanggal
    Pragraf 28
    Menentukan policy
    Pragraf 29
    Mempergunakan hasil posttest
    Paragraf 30
    Cara menimbulkan antusiasme murid terhadap pendidikan jasmani
    Paragraf 31
    Peningkatan mutu guru pendidikan jasmani
    Paragraf 32
    Mengajar murid-murid untuk lebih aktif berpartisipasi
    Pragraf 33
    Kerjasama guru pendidikanjasmani9 dengan guru-guru kelas lainnya dan terutama kepala sekolah
    Paragraf 34
    Memberi kesempatan kepada murid-murid untuk melakukan self-testing
    Paragraf 35
    Cara kreatif untuk berbagai aktivitas kesegaran jasmani
    Paragraf 36
    Pemanfaatan sisa ruangan kelas untuk dipergunakan sebagi sarana dalam melakukan self-testing

     
  • Pada 25 November 2009 pukul 02.00 , Anonymous Anonim mengatakan...

    NAMA:ERNA SARI
    NPM:A1A009005
    Mata Kuliah:membaca
    Pembimbing:Pak Arono
    Tanggal:25 november 2009


    Judul Artikel: Pendidikan Sebagai Investasi Jangka Panjang
    Penulis :Drs Nurkolis,MM
    Topik : Investasi Pendidikan


    Ide pokok Paragraf 1: Sumber daya Indonesia masih sangat lemah,untuk mendukung perkembangan industri dan ekonomi.

    Ide pokok paragraph 2 :Pemerintah Indonesia mulai melirik pendidikan sebagai investasi jangka panjang,setelah selama ini pendidikan terabaikan.

    Ide pokok Paragraph 3 : Pedidiakan adalah alat untuk perkembangan ekonomi bukan sekedar pertumbuhan ekonomi.

    Ide pokok paragraph 4 : Semakin berpendidikan seseorang maka tingkat pendapatannya semakin baik.

    Ide pokok paragraph 5 : Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia yang memberi manfaat moneter ataupun nonmoneter.

    Ide pokok paragraph 6 : Sumber daya manusia yang berpendidikan akan menjadi modala utama pembangunan nasonal,terutama untuk perkembangan ekonomi.

    Ide pokok paragraph 7: Investasi pendidikan memberikan nilai baik yang lebih tinggi dari pada investasi fisik di bidang lain.

    Ide pokok paragraph 8 : Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka manfaat sosialnya semakin kecil .

    Ide pokok paragraph 9 : Yang menikmati pendidikan di PTN adalah beraal dari masyarakat mampu.

    Ide pokok paragraph 10 : Yang diperlukan di Indonesia adalah pendidikan dasar dan bukan pendidikan yang canggih.

    Ide pokok paragraph 11: Investasi dalam pendidikan memiliki banyak fungsi selain fungsi teknis- ekonomi, fungsi politis, fungsi budaya , dan fungsi kependidikan.

    Ide pokok paragraph 12: Fungsi politis merujuk pada sumbangan pendidikan terhadap perkembangan politik pada tingkatan social yang berbeda .

    Ide pokok paragraph 13 : Fungsi budaya merujuk pada sumbangan pendidikan pada peralihan dan perkembangan budaya pada tingkatan sosial yang berbeda.

    Ide pokok paragraph 14 : Apabila kita ingin mencetak generasi penerus yang mandiri,bermoral, dewasa, dan bertanggung jawab.konsekwensinya , semua yang terlibat dalam dunia pendidikan Indonesia harus mampu memberikan suri tauladan yang bisa jadi panutan generasi muda.

    Ide pokok paragraph 15 : Semua pejabat mulai dari level tertinggi hingga terendah di legislative, eksekutif, dan yudikatif, harus segera menghentikan segala bentuk petualangan mereka yang hanya ingin mengejar kepentingan pribadi atau kelompok sesaat denganmengorbankan kepentingan Negara.

     
  • Pada 25 November 2009 pukul 02.00 , Anonymous Anonim mengatakan...

    NAMA: YUNI ANGGRAINI
    NPM: A1A009033
    MATA KULIAH : MEMBACA
    PEMBIMBING : PAK ARONO
    TANGGAL : 25 NOVEMBER 2009

    Judul artikel : PENDIDIKAN NASIONAL YANG BERMORAL
    Topik: Pendidikan Nasional
    Tanggal : 23 januari 2003
    Penulis : Amirul Mukminin

    Ide pokok

    Paragraf 1 : Generasi muda saat ini mudah emosi dan lebih mengutamakan otot dari pada pikiran.
    Paragraph 2 : Oknum pelajar dan mahasiswa banyak melakukan tindakan kriminal

    Paragraph 3 : Tindakan KKN dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai latar
    belakang pendidikan tinggi baik dalam negeri maupun luar negeri

    Paragraph 4 : Untuk menyiapkan generasi penerus yang bermoral ,beretika,sopan,santun, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa membutuhkan waktu yang lama.

    Paragraph 5 : Pendidikan Nasional dan Nasib generasi penerus memiliki hubungan yang sangat erat.

    Paragraph 6 Perubahan dalan Pendidikan nasional jangan hanya terpaku pada perubahan kurikulum, peningkatan anggaran pendidikan, dan perbaikan fasilitas.

    Paragraph 7 : Anggaran pendidikan yang tinggi belum tentu mengubah dengan cepat kondisi pendidikan kita saat ini.

    Paragraph 8 : Guru harus berlaku adil dan hilangkan perbedaan.
    Paragraph 9 : Pendidikan nasional kita telah berlaku tidak adil dan membuat perbedaan diantara para peserta didik.

    Paragraph 10 : Buatlah perbedaan yang bisa menumbuhkan peserta didik yang mandiri,bermoral,dewasa dan bertanggung jawab.

    Paragraph 11 : Pendidikan nasinal kita belum mengajarkan bagaimana berlaku adil dan menghilangkan perbedaan.

    Paragraf 12 : Pejabat harus segera berbenah diri dan mengubah prilaku.

    Paragraph 13 : Jangan salahkan jika generasi muda saat ini meniru apa yang telah pejabat lakukan.

    Paragraph 14 : Semua pejabat di Negara ini mulai saat ini harus bertanggung jawab dan konsisten dengan ucapannya kepada rakyat.

    Paragraph 15 :Pendidikan nasional selama ini telah mengenyampingkan banyak hal .

    Paragraph 16 : Dalam dunia pendidikan banyak terjadi penyimpangan- penyimpangan yang sangat parah dan pelakunya adalah orang-orang yang mengerti tentang pendidikan .

    Paragraph 17 : Setiap awal tahun ajaran baru pendidikan tingkat dasar sampai menengah sama parahnya.

    Paragraph 18 : Pendidikan nasional harus bisa mencetak generasi muda yang bermoral.
    Paragraph 19 : Proses transformasi ilmu pengetahuan terhadap peserta didik harus dilakukan dengan cara yang bermoral pula.
    Paragraph 2 : Fungsi kependidikan merujuk pada sumbangan pendidikan terhadap perkembangan dan pemeliharaan pendidikan pada tingkat social yang berbeda .

    Paragraph 21 : Semakin berpendidikan maka semakin baik ststus social seseorang dan penghormatan masyarakat terhadap orang yang berpendidikan lebih baik dari pada yang kurang berpendidikan.

    Paragraph 22 : Iinvestasi dalam bidang pendidikan tidak semata-mata untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi tetapi lebih luas lagi.

    Paragraph 23 : Investasi jangka panjang harus menjadi pilihan utama.

     
  • Pada 25 November 2009 pukul 02.09 , Anonymous Anonim mengatakan...

    NAMA : ASRI DYARTI
    NPM : A1A009047
    DOSEN : ARONO,M.Pd
    TANGGAL PEMBUATAN : 25/11/2009

    Nama Jurnal : Mimbar Pendidikan
    Volume : 4 tahun XXII 2002
    Judul Artikel: Menumbuhkan Masyarakat Terdidik
    Penulis : Dr. Andrea Bintoro, Drs, S.E., MS
    Jumlah halaman artikel : 5 halaman

    Ide Pokok Setiap Paragraf :
    Paragraf 1 :
    Tulisan ini berusaha menggambarkan betapa pentingnya menumbuhkan masyarakat terdididk yaitu masyarakat yang cerdas dan etis.
    Paragraf 2 :
    Penanaman dan penumbuhan nilai etis itu sebaiknya dilaksanakan pada masa peka yaitu masa anak belajar di sekolah dasar.
    Paragraf 3 :
    kata kunci (Disiplin, Etik, Etika)
    Paragraf 4 :
    Kemelekatan pada kelompok sosial (Mendidik, Moralitas, Otonomi manusia, Plagiat)
    paragraf 5 :
    Pengertian masyarakat terdidik
    Paragraf 6 :
    Pengertian etika menurut Latulhamalo
    Paragraf 7 :
    Pengertian pendidikan etik
    Paragraf 8 :
    Pendapat Durkheim (1973:2) tentang pendidikan etik
    Paragraf 9 :
    Pendidikan yang murni rasional
    Paragraf 10 :
    Perubahan yang bersifat revolusioner
    Paragraf 11 :
    Menurut Durhkeim jiwa disiplin ialah unsur pertama moralitas
    Paragraf 12 :
    Beberapa unsur dalam karakter etis yang hanya dikaitkan dengan disiplin
    Paragraf 13 :
    Masyarakat memenuhi syarat sebagai tujuan perbuatan etis
    Paragraf 14 :
    Kemerdekaan kepada kelompok sosial ialah unsur moralitas yang kedua
    Paragraf 15 :
    Pendapat Durkheim tentang otonomi
    Paragraf 16 :
    Otonomi ialah unsur etik yang ketiga
    Paragraf 17 :
    Aturan moral atau etis harus secara bebas diinginkan dan diterima karena dipahami.
    Paragraf 18 :
    Setiap aspek kurikulum mengandung banyak hal tentang maslah etis dan moral
    Paragraf 19 :
    Pendidikan moral itu disebut kognitif
    Paragraf 20 :
    Dewey menekankan bahwa tujuan pendidikan ialah perkemnbangan baik intelektual maupun etis
    Paragraf 21 :
    Pendapat Kohlberg tentang nalar
    Paragraf 22 :
    Pendapat Kohlberg mengenai tindakan moral etis
    Paragraf 23 :
    Fakto-faktor tindakan moral-etis
    Paragraf 24 :
    Adanya ketidakjujuran pada tenaga pengajar
    PAragraf 25 :
    Plagiat atau penjiplakan telanjang
    paragraf 26 :
    Tenaga pegajar yang melanggar prinsip etis dan kode etik jabatannya
    Paragraf 27 :
    ganbaran umum mengenai isi dari artikel "Meraih Gelar dengan Nyontek"
    Paragraf 28 :
    Keadaan masyarakat dan pendidikan Indonesia dalam keadaan kritis
    Paragraf 29 :
    Keinginan penulis agar kita mengintrospeksi diri yang disampaikan secara tidak langsung.

     
  • Pada 25 November 2009 pukul 02.52 , Anonymous Anonim mengatakan...

    NAMA : EKIS WILA
    NPM : AIA009057
    DOSEN :ARONO,M.Pd
    Tanggal pembuatan: 251109

    Identitas jurnal:
    Nama jurnal: Mimbar Pendidikan(Pengajaran Budaya dan Sastra)
    Volume: No.4 Tahun XXI 2002
    Judul Artikel: Fungsi Ilmu Komunikasi dalam Pendidikan Nasional.
    Penulis Artikel: Dr.Haryono Sudriamunawar,M.S.(Universitas Nurtanio Bandung)

    Ide Pokok setiap paragraf:
    Paragraf 1:
    manusia cenderung dapat melakukan segala sesuatu dengan cara yang dianggapnya paling mudah.
    Paragraf 2: Di zaman globalisasi ini manusia sangat bebas memperoleh berbagai informasi dengan muda.
    paragraf 3: Timbul persoalan baru yaitu berupa ketepatan pemberian makna informasi sesuai konteks.
    Paragraf 4: Paradigma ilmu komunikasi harus mengalami perubahan(konvergen).
    Paragraf 5:Di Indonesia masih nampak bahwa konsentrasi lebih tertuju kapada kemampuan professional.
    Paragraf 6: Nampaknya masyarakat telah terjebak kepada kehidupan yang serba pragmatis.
    Paragraf 7: Fungsi dan peran ilmu komunikasi harus mampu menjadi fasilitator dan mediator.
    Paragraf 8: Ilmu komunikasi tetap memberikan kontribusi yang kondusif.

    Tuntutan Pendidikan Nasional
    Paragraf 9: Dalam UU No.2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional.
    Paragraf 10: Transaksi komunikasi antar manusia harus bisa berjalan dengan sebaik-baiknya.
    Paragraf 11: Bangsa Indonesia harus berjuang demi terselenggaranya kehidupan yang lebih demokratis.
    Paragraf 12: Proses untuk memperoleh informasi melalui transaksi komunikasi merupakan hak bagi semua orang tanpa adanya perbedaan.
    Paragraf 13: Kebijakan negara adalah serangkaian keputusan yang saling berkaitan yang diambil oleh seoarang aktor politik.
    Paragraf 14: Kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah dibidang pendidikan nasional harus diarahkan.
    Paragraf 15: Proses belajar mengajar pada dasarnya merupakan proses komunikasi.
    Paragraf 16: Cara untuk menjaga agar ilmu komunikasi.

    Ilmu komunikasi dan tantangannya
    paragraf 17: Pertumbuhan dan perkembangan informasi serta teknologi komunikasi dalam era globalisasi.
    Paragraf 18: Akibatnya akan dapat mempengaruhi persepsi dan perilaku masing-masing individu yang dapat terjadi baik secara revolusi maupun evolusi.
    Paragraf 19: Perilaku manusia hanya didorong oleh emosi sesuatu yang lepas dari pengaruh kognisi dan afeksinya.
    Paragraf 20: Tantangan ilmu komunikasi agar transaksi komunikasi menjadi terarah efektif dan efesien.
    Paragraf 21: Untuk mengembalikan manusia agar memahami jati diri.
    Paragraf 22: Di tingkat nasional para pembina ilmu komunikasi harus dapat mempengaruhi dan menciptakan kondisi yang favourable.
    Paragraf 23 : Dalam kehidupan yang demokratis harkat dan martabat manusia memperoleh tempat yang utama.
    Paragraf 24 : Dewasa ini komunikasi interpersonal telah berjalan dengan bebas.
    Paragraf 25 : Sikap komunikasi pun cenderung mengikuti atau melayani sikap komunikator yang terkesan melaksanakan kehendak.
    Paragraf 26 : Keadaan tersebut merupakan pencerminan dari proses komunikasi yang tidak baik.
    Paragraf 27 : Untuk menumbuhkan kehidupan masyarakaat suatu bangsa yang demokratis diperlukan pendorong terciptanya kondisi yang favourable.
    Paragraf 28 : Efek dari globalisasi informasi dan komunikasi.
    Paragarf 29 :Komunikasi harus tetap memegang suatu filosofi bangsa.
    Paragarf 30 : Aktualisasinya harus dipertimbangkan secara profesional.
    Paragraf 31 : Ilmu komunikasi sebagi salah satu sub system dari system pendidikan nasional.

     
  • Pada 25 November 2009 pukul 06.24 , Anonymous Anonim mengatakan...

    NAMA: HESTI JUWITA
    NPM: A1A009063
    DOSEN: ARONO
    TANGGAL PEMBUATAN: 25 NOVEMBER 2009

    NAMA JURNAL: PENDIDIKAN NASIONAL
    NAMA PENULIS: HADA AHKAMAJAYA (MAHASISWA UIN SUNAN KALIJAGA YOGYA)
    VOLUME: EDISI 19 DESEMBER 2007
    JUDUL ARTIKEL: KEMBALIKAN PENDIDIKAN INDONESIA


    ide pokok artikel ini adalah

    PARAGRAF 1:
    kehidupan modern menuntut
    kehidupan yang layak.

    PARAGRAF 2:
    cita-cita bangsa.

    PARAGRAF 3:
    Tugas utama dari pendidikan.

    Paragraf 4:
    mewujudkan mutu pendidikan di Indonesia.

     
  • Pada 25 November 2009 pukul 21.33 , Anonymous Anonim mengatakan...

    Nama : Valentia Nanda Pratiwi
    Npm : A1A009079
    Dosen : Arono,M.Pd
    Tanggal : 261109

    Identitas Jurnal:
    Nama Jurnal : Jurnal Penelitian Pendidikan Dasar
    Volume : Nomor 5 Tahun II 1998
    Judul Artikel : Kemandirian Profesional Guru Dalam Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
    Penulis : Lely Halimah
    Jumlah Halaman : 11 Halaman

    Ide Pokok Setiap Paragraf:
    Paragraf 1 :
    Tujuan pembelajaran IPA
    paragraf 2 :
    Kepedulian guru terhadap potensi peserta didik
    Paragraf 3 :
    Kemandirian profesional guru
    Paragraf 4 :
    Kendala pembelajaran IPA
    Paragraf 5 :
    Tujuan penelitian
    Parargraf 6 :
    Kajian penelitian dari situasi alamiah kelas
    Paragraf 7 :
    Metode penelitian tindakan kelas
    Paragraf 8 :
    Rencana peneltian secara kolaborasi inkuiri reflektif
    Paragraf 9 :
    aktivitas guru dalam menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar
    Parargraf 10 :
    Penentuan sampel ditetapkan melalui teknik purposif sampling
    Paragraf 11 :
    Teknik pengumpulan data
    Paragraf 12 :
    Langkah-langkah menafsirkan data
    Paragraf 13 :
    Perubahan yang mengarah kepada perbaikan tindakan
    Paragraf 14 :
    Penelitian menafsirkan temuan dari setiap tindakan secara kolaboratif inkuiri reflektif
    Paragraf 15 :
    Kemandirian profesional guru
    Paragraf 16 :
    Sikap belajar peserta didik
    Paragraf 17 :
    MOdel pembelajaran inkuiri akrab lingkungan
    Paragraf 18 :
    Guru banyak berperan sebagai sumber informasi
    Paragraf 19 :
    Perubahan terhadap sikap belajar peserta didik
    Paragraf 20 :
    Tindakan yang dilakukan oleh guru
    Paragraf 21 :
    Perubahan peran-peran guru secara istiqomah
    Paragraf 22 :
    Upaya untuk meningkatkan kemandirian profesional dalam memanfaatkan sumber-sumber belajar

     
  • Pada 25 November 2009 pukul 21.45 , Anonymous Anonim mengatakan...

    Nama : Anggilia jani Crista
    Npm : A1A009043
    Tanggal : 25 November 2009
    Dosen : Arono, M.Pd

    Identitas Jurnal :
    Nama Jurnal : Jurnal Pendidikan Dasar
    Penerbit : Proyek Pendidik Guru SD Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
    Departemen Pendidikan dan kebudayaan
    Jakarta
    Volume : Edisi Khusus Penelitian Tindakan Kelas
    Judul Artikel : Usaha Guru Menciptakan Iklim Kelas yang Serasi Bagi terwujudnya Kegiatan Belajar mengajar Yang Optimal Melalui Pelibatan Murid Dalam Pengaturan Fisik Kelas Dan penanganan Gangguan Disiplin Kelas.
    Pengarang : Aunurrahman

    Ide pokok setiap paragraf :

    Paragraf 1 : Faktor dan unsur kegiatan belajar mengajar.
    Paragraf 2 : Perbedaan-perbedaan individu dan suasana kelas yang sesunggguhnya sangat mempengaruhi proses belajar mengajar.
    Paragraf 3 : Iklim kelas yang kondusif.
    Paragraf 4 : Perlu melakukan penelitian dan perbaikan yang lebih spesifik terhadap usaha-usaha guru dalam menciptakan iklim kelas yang kondusif bagi terciptanya proses belajar mengajar yang optimal.
    Paragraf 5 : Tujuan penelitian.
    Paragraf 6 : Usaha-usaha proses belajar yang akan memberikan kegunaan.
    Paragraf 7 : Penelitian ini dilakukan dengan mengggunakan ranangan penelitian tindakan kelas.
    Paragraf 8 : Variable dalam penelitian.
    Paragraf 9 : Variable yang berkenaan dengan iklim kelas.
    Paragraf 10 : Cara memperoleh data.
    Paragraf 11 : Penggumpulan data dalam penelitian.
    Paragraf 12 : Analisis data.
    Paragraf 13 : Cara penafsiran dan penyimpulan.
    Paragraf 14 : Pelaksanaan penelitian siklus 1.
    Paragraf 15 : Tindakan pada siklus 1 dapat disimpulkan.
    Paragraf 16 : Aspek keterlibatan murid dalam rendahnya kegiatan belajar mengajar.
    Paragraf 17 : Wawancara dengan murid-murid.
    Paragraf 18 : Kesimpulan siklus 1.
    Paragraf 19 : Langakh-langkah yang dikembangkan.
    Paragraf 20 : Prosedur dan langkah-langkah yang memberikan hasil cukup baik.
    Paragraf 21 : Iklim kelas yang utuh dan serasi dalam kegiatan pembelajaran perlu dijadikan bagian penting dalam suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang utuh.
    Paragraf 22 : Dampak psikologis yang cukup besar dalam rangka menumbuhkan keikutsertaan mereka dalam memelihara keserasian kelas.
    Paragraf 23 : Usaha menumbuhkankeberanian dan percaya diri murud agar aktif bertanya dan mengemukakan pendapat dalam kegiatan belajar.
    Paragraf 24 : Upaya mencitakan suasana tenag dan keterlibatan murid.
    Paragraf 25 : Pengkajian aspek-aspek makro.

     
  • Pada 25 November 2009 pukul 21.47 , Anonymous Anonim mengatakan...

    Nama : Anggilia jani Crista
    Npm : A1A009043
    Tanggal : 25 November 2009
    Dosen : Arono, M.Pd

    Identitas Jurnal :
    Nama Jurnal : Jurnal Pendidikan Dasar
    Penerbit : Proyek Pendidik Guru SD Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
    Departemen Pendidikan dan kebudayaan
    Jakarta
    Volume : Edisi Khusus Penelitian Tindakan Kelas
    Judul Artikel : Usaha Guru Menciptakan Iklim Kelas yang Serasi Bagi terwujudnya Kegiatan Belajar mengajar Yang Optimal Melalui Pelibatan Murid Dalam Pengaturan Fisik Kelas Dan penanganan Gangguan Disiplin Kelas.
    Pengarang : Aunurrahman

    Ide pokok setiap paragraf :

    Paragraf 1 : Faktor dan unsur kegiatan belajar mengajar.
    Paragraf 2 : Perbedaan-perbedaan individu dan suasana kelas yang sesunggguhnya sangat mempengaruhi proses belajar mengajar.
    Paragraf 3 : Iklim kelas yang kondusif.
    Paragraf 4 : Perlu melakukan penelitian dan perbaikan yang lebih spesifik terhadap usaha-usaha guru dalam menciptakan iklim kelas yang kondusif bagi terciptanya proses belajar mengajar yang optimal.
    Paragraf 5 : Tujuan penelitian.
    Paragraf 6 : Usaha-usaha proses belajar yang akan memberikan kegunaan.
    Paragraf 7 : Penelitian ini dilakukan dengan mengggunakan ranangan penelitian tindakan kelas.
    Paragraf 8 : Variable dalam penelitian.
    Paragraf 9 : Variable yang berkenaan dengan iklim kelas.
    Paragraf 10 : Cara memperoleh data.
    Paragraf 11 : Penggumpulan data dalam penelitian.
    Paragraf 12 : Analisis data.
    Paragraf 13 : Cara penafsiran dan penyimpulan.
    Paragraf 14 : Pelaksanaan penelitian siklus 1.
    Paragraf 15 : Tindakan pada siklus 1 dapat disimpulkan.
    Paragraf 16 : Aspek keterlibatan murid dalam rendahnya kegiatan belajar mengajar.
    Paragraf 17 : Wawancara dengan murid-murid.
    Paragraf 18 : Kesimpulan siklus 1.
    Paragraf 19 : Langakh-langkah yang dikembangkan.
    Paragraf 20 : Prosedur dan langkah-langkah yang memberikan hasil cukup baik.
    Paragraf 21 : Iklim kelas yang utuh dan serasi dalam kegiatan pembelajaran perlu dijadikan bagian penting dalam suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang utuh.
    Paragraf 22 : Dampak psikologis yang cukup besar dalam rangka menumbuhkan keikutsertaan mereka dalam memelihara keserasian kelas.
    Paragraf 23 : Usaha menumbuhkankeberanian dan percaya diri murud agar aktif bertanya dan mengemukakan pendapat dalam kegiatan belajar.
    Paragraf 24 : Upaya mencitakan suasana tenag dan keterlibatan murid.
    Paragraf 25 : Pengkajian aspek-aspek makro.

     
  • Pada 26 November 2009 pukul 01.30 , Anonymous Anonim mengatakan...

    NAMA: GUNTARI RAHMA WANTI
    NPM: A1A009009
    DOSEN: ARONO
    KELAS: B
    SEMESTER: 1(SATU)
    NAMAJURNAL: JURNAL ILMU PENDIDIKAN
    VOLUME: JILID 7 NO.1
    JUDUL ARTIKEL: IKLIM ORGANISASI JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
    PENULIS: HUSAINI USMAN
    JUMLAH HALAMAN ARTIKEL: 7 HALAMAN
    IDE POKOK:
    PARAGRAF:
    1. HARAPAN PARA PENDIDIK MENGENAI IKLIM ORGANISASI
    2. NILAI AKREDITASI DAN PERMASALAHANNYA
    3. PENGERTIAN KLIM ORGANISASI TERDAHULU
    4. DESAIN PENELITIAN SEMANTARA, INFORMAN BOLA SALJU INSTRUMEN
    5. UPAYA PENINGKATAN KREDIBILITAS HASIL PENELITIAN
    6. TRANFERABILITAS HASIL PENELITIAN
    7. BERDASARKAN KATAGORISASI HUBUNGAN ANTARTEMA, ANTAR HIPOTESIS, KONSEP, DEFINISI,DIMENSI IKLIM ORGANISASI
    8. KONSEP DIMENSI IKLIM ORGANISASI JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN FPTK IKIP YOGYAKARTA
    9. TEMUAN DEFINISI IKLIM ORGANISASI
    10. HASIL PENELITIAN GUION, HOY DAN TARTYER, JAMES DAN JONES, HOY DKK, KEEFE DKK
    11. DIMENSI IKLIM ORGANISASI JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
    12. KONSEP DIMENSI
    13. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN TEMUAN DIMENSI

     
  • Pada 26 November 2009 pukul 05.37 , Anonymous Anonim mengatakan...

    NAMA :Lisnia Wati Efendi
    NPM : A1A009015
    DOSEN PEMBIMBING : Arono,M.Pd.
    TANGGAL :26 november 2009

    NAMA JURNAL : bahasa indonesia dan globalisasi
    nama & E-mail (penulis): Drs. Masnur Muslich, M.Si.
    VOLUME: 11 oktober 2006
    JUDUL ARTIKEL: kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.
    JUMLAH HALAMAN : 4 halaman

    paragraf 1
    bahasa indonesia mempunyai empat kedudukan, yaitu bahasa persatuan, bahasa nasional, bahasa negara, dan bahasa resmi.
    paragraf 2
    bahasa indonesia mempersatuakan bangsa Indonesia yang terdiri atas ratusan suku vangsa atau etnik.
    paragraf 3
    bahasa Indonesia dapat menyerasikan hidup sebagai bangsa yang bersatu tanpa meninggalkan identitas kesukuan.
    paragraf 4
    latar belakang budaya dan bangsa yang berbeda-beda berpotensi untuk menghambat perhubungan antardaerah antarbudaya.
    paragraf 5
    bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan.
    paragraf 6
    bahasa Indonesia merupakan alat pengungkapan perasaan.
    paragraf 7
    bahasa Indonesia dipakai dalam kegiatan kenegaraan. baik lisan maupun tulis.
    paragraf 8
    bahas Indonesia juga sebagai alat penghubung formal pemerintahan dan kegiatan formal lainnya.
    paragraf 9
    bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa budaya dan bahasa ilmu.
    paragraf 10
    bahas indonesia berfungsi sebagai bahasa pengantar lembaga-lembaga pendidikan.

     
  • Pada 26 November 2009 pukul 05.49 , Anonymous Anonim mengatakan...

    NAMA :Wahyu Lestari
    NPM : A1A009031
    DOSEN : Arono, M.Pd.
    TANGGAL :26 Nov 2009

    NAMA JURNAL : Pentingnya Pendidikan
    VOLUME : 4 Agustus 2005
    JUDUL ARTIKEL : gagal UN karena Bahasa Indonesia
    topik : lemahnya perhatian terhadap Bahasa Indonesia

    1. hasil ujian Nasional tahun pelajaran 2004/2005
    2. nilai- nilai perolehan hasil UN
    3. bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional
    4. motivasi anak untuk mempelajari bahasa indonesia
    5. pengajaran bahasa Indonesia di sekolah sebagai salah satu media utama dalam menanamkan pengetahuan bahasa Indonesia
    6. pengajaran bahasa Indonesia adalah tanggung jawab guru bahasa Indonesia sepenuhnya.
    7. media massa sebagai sarana pemberi informasi
    8. mempelajari bahasa asing menjadi tuntutan perkembangan zaman
    9. sekolah sebagai media utama pembelajaran bahasa
    10. kesalahan-kesalahan penggunaan bahasa Indonesia akan berpengaruh besar terhadap penggunaannya

     
  • Pada 29 November 2009 pukul 10.07 , Anonymous Anonim mengatakan...

    nama :Agus Budianto
    Npm :A1A009041
    Dosen :Arono
    Tgl pembuatan :29 November 2009


    Nama jurnal :pendidikan
    jumlah halaman :2 halaman


    ide pokok
    Paragraf 1:
    Pengertian pendidikan
    Paragraf 2:
    Ki Hajar Dewantara mengartikan pddkn sbg upaya untik memajukan budi pekerti, pikiran, serta jasmani anak
    Paragraf 3:
    dalam pddkn terdapat dua hal penting, yaitu aspek kognitif(berpikir) dan aspek afektif(merasa)
    Paragraf 4:
    pddkn di indonesia sangat tidak memperhatikan aspek afektif
    Paragraf 5:
    penyempitan makna dari pddkn itu sendiri

     
  • Pada 29 November 2009 pukul 17.52 , Anonymous Anonim mengatakan...

    Nama : Lia Ika Shavitri
    NPM : A1A009069

    Nama Jurnal : Investasi Pendidikan
    Nama & E-mail (Penulis): Drs. Nurkolis, MM
    Judul Artikel : Pendidikan sebagai Investasi Jangka Panjang

    Ide Pokok
    Paragraf 1 : Pemerintah tidak pernah menempatkan pendidikan sebagai prioritas terpenting.

    Paragraf 2 : Pentingnya pendidikan sebagai investasi jangka panjang.

    Paragraf 3 :
    Alasan untuk memprioritaskan pendidikan sebagai investasi jangka panjang yang pertama yaitu, pendidikan adalah alat untuk perkembangan ekonomi dan bukan sekedar pertumbuhan ekonomi.

    Paragraf 4 :
    Secara umum terbukti bahwa semakin berpendidikan seseorang maka tingkat pendapatannya semakin baik.

    Paragraf 5 :
    Para penganut teori human capital berpendapat bahwa pendidikan adalah sebagai investasi sumber daya manusia yang memberi manfaat moneter ataupun non-moneter.

    Paragraf 6 :
    Sumber daya manusia yang berpendidikan akan menjadi modal utama pembangunan nasional, terutama untuk perkembangan ekonomi.

    Paragraf 7 :
    Alasan untuk memprioritaskan pendidikan sebagai investasi jangka panjang yang kedua yaitu investasi pendidikan memberikan nilai balik (rate of return) yang lebih tinggi dari pada investasi fisik di bidang lain.

    Paragraf 8 :
    Pilihan investasi pendidikan juga harus mempertimbangkan tingkatan pendidikan.

    Paragraf 9 :
    Model pembiayaan pendidikan yang ditawarkan ini sesuai dengan kritetia equity dalam pembiayaan pendidikan seperti yang digariskan Unesco.

    Paragraf 10 :
    Profesor Kinosita menyarankan bahwa yang diperlukan di Indonesia adalah pendidikan dasar dan bukan pendidikan yang canggih.

    Paragraf 11 :
    Alasan untuk memprioritaskan pendidikan sebagai investasi jangka panjang yang ketiga yaitu investasi dalam bidang pendidikan memiliki banyak fungsi selain fungsi teknis-ekonomis yaitu fungsi sosial-kemanusiaan, fungsi politis, fungsi budaya, dan fungsi kependidikan.

    Paragraf 12 :
    Fungsi politis merujuk pada sumbangan pendidikan terhadap perkembangan politik pada tingkatan sosial yang berbeda.

    Paragraf 13 :
    Fungsi budaya merujuk pada sumbangan pendidikan pada peralihan dan perkembangan budaya pada tingkatan sosial yang berbeda.

    Paragraf 14 :
    Fungsi kependidikan merujuk pada sumbangan pendidikan terhadap perkembangan dan pemeliharaan pendidikan pada tingkat sosial yang berbeda.

    Paragraf 15 :
    Orang yang berpendidikan diharapkan tidak memiliki kecenderungan orientasi materi/uang apalagi untuk memperkaya diri sendiri.

    Paragraf 16 :
    Kesimpulan
    Jelaslah bahwa investasi dalam bidang pendidikan tidak semata-mata untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi tetapi lebih luas lagi yaitu perkembangan ekonomi.

    Paragraf 17 :
    Perkembangan ekonomi akan tercapai apabila sumber daya manusianya memiliki etika, moral, rasa tanggung jawab, rasa keadilan, jujur, serta menyadari hak dan kewajiban yang kesemuanya itu merupakan indikator hasil pendidikan yang baik.

     
  • Pada 29 November 2009 pukul 18.27 , Anonymous Anonim mengatakan...

    Nama : Deni Tridona
    NPM : A1A009051

    Nama Jurnal :Pendidikan Nasional
    Nama & E-mail (Penulis): Amirul Mukminin ,Dosen di UPT - Kebahasaan UNJA/ASM Jambi, Manager LPK Bahasa Inggris-MEC
    Judul Artikel : Pendidikan nasional yang bermoral
    Tanggal : 23 January 2003

    Ide Pokok
    Paragraf 1:
    Generasi muda saat ini yang mudah emosi lebih mengutamakan otot daripada akal pikiran.

    Paragraf 2 :
    Tindakan kriminal banyak dilakukan oleh kalangan terpelajar.

    Paragraf 3 :
    Tindakan KKN banyak dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai latar belakang pendidikan tinggi.

    Paragraf 4 :
    Hal-hal yang memungkinkan terjadinya generasi penerus yang bermoral.

    Paragraf 5 :
    Melalui pendidikan nasional yang bermoral

    Paragraf 6 :
    Seharusnya pendidikan nasional mampu menciptakan pribadi generasi penerus yang bermoral serta berbudi pekerti luhur yang lebih mementingkan kepentingan bangsa.

    Paragraf 7 :
    Dalam dunia pendidikan sering terjadi penyimpangan yang sangat parah.

    Paragraf 8 :
    Perilaku para orang tua (khususnya kalangan berduit) secara tidak langsung mengajari anak-anak mereka bagaimana melakukan kecurangan dan penipuan.

    Paragraf 9 :
    Proses pendidikan harus bisa membawa peserta didik kearah kedewasaan, kemandirian dan bertanggung jawab, sehingga bisa membangun bangsa.

    Paragraf 10 :
    Proses transformasi ilmu pengetahuan harus dilakukan dengan gaya dan cara yang bermoral.

    Paragraf 11 :
    Perubahan dalam pendidikan nasional jangan hanya terpaku pada perubahan kurikulum, peningkatan anggaran pendidikan, perbaikan fasilitas.

    Paragraf 12 :
    Anggaran pendidikan yang tinggi belum tentu dapat mengubah kondisi pendidikan.

    Paragraf 13 :
    Peserta didik harus berlaku adil dan menghilangkan perbedaan.

    Paragraf 14 :
    Gambaran pendidikan nasional.

    Paragraf 15 :
    Buatlah perbedaan yang bisa menumbuhkan peserta didik yang mandiri, bermoral dan bertanggungjawab.

    Paragraf 16 :
    Pejabat harus segera berbenah diri dan mengubah perilaku.

    Paragraf 17 :
    Para pejabat harus membuktikan bahwa mereka adalah hasil dari sistim pendidikan nasional selama ini.

    Paragraf 18 :
    Semua yang terlibat dalam dunia pendidikan Indonesia harus mampu memberikan suri tauladan yang bisa jadi panutan generasi muda.

    Paragraf 19 :
    Mulai sekarang, semua pejabat harus segera menghentikan segala bentuk tindakan mereka yang hanya mengejar kepentingan pribadi dengan mengorbankan kepentingan negara.

     
  • Pada 29 November 2009 pukul 18.27 , Anonymous Anonim mengatakan...

    Nama : Deni Tridona
    NPM : A1A009051

    Nama Jurnal :Pendidikan Nasional
    Nama & E-mail (Penulis): Amirul Mukminin ,Dosen di UPT - Kebahasaan UNJA/ASM Jambi, Manager LPK Bahasa Inggris-MEC
    Judul Artikel : Pendidikan nasional yang bermoral
    Tanggal : 23 January 2003

    Ide Pokok
    Paragraf 1:
    Generasi muda saat ini yang mudah emosi lebih mengutamakan otot daripada akal pikiran.

    Paragraf 2 :
    Tindakan kriminal banyak dilakukan oleh kalangan terpelajar.

    Paragraf 3 :
    Tindakan KKN banyak dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai latar belakang pendidikan tinggi.

    Paragraf 4 :
    Hal-hal yang memungkinkan terjadinya generasi penerus yang bermoral.

    Paragraf 5 :
    Melalui pendidikan nasional yang bermoral

    Paragraf 6 :
    Seharusnya pendidikan nasional mampu menciptakan pribadi generasi penerus yang bermoral serta berbudi pekerti luhur yang lebih mementingkan kepentingan bangsa.

    Paragraf 7 :
    Dalam dunia pendidikan sering terjadi penyimpangan yang sangat parah.

    Paragraf 8 :
    Perilaku para orang tua (khususnya kalangan berduit) secara tidak langsung mengajari anak-anak mereka bagaimana melakukan kecurangan dan penipuan.

    Paragraf 9 :
    Proses pendidikan harus bisa membawa peserta didik kearah kedewasaan, kemandirian dan bertanggung jawab, sehingga bisa membangun bangsa.

    Paragraf 10 :
    Proses transformasi ilmu pengetahuan harus dilakukan dengan gaya dan cara yang bermoral.

    Paragraf 11 :
    Perubahan dalam pendidikan nasional jangan hanya terpaku pada perubahan kurikulum, peningkatan anggaran pendidikan, perbaikan fasilitas.

    Paragraf 12 :
    Anggaran pendidikan yang tinggi belum tentu dapat mengubah kondisi pendidikan.

    Paragraf 13 :
    Peserta didik harus berlaku adil dan menghilangkan perbedaan.

    Paragraf 14 :
    Gambaran pendidikan nasional.

    Paragraf 15 :
    Buatlah perbedaan yang bisa menumbuhkan peserta didik yang mandiri, bermoral dan bertanggungjawab.

    Paragraf 16 :
    Pejabat harus segera berbenah diri dan mengubah perilaku.

    Paragraf 17 :
    Para pejabat harus membuktikan bahwa mereka adalah hasil dari sistim pendidikan nasional selama ini.

    Paragraf 18 :
    Semua yang terlibat dalam dunia pendidikan Indonesia harus mampu memberikan suri tauladan yang bisa jadi panutan generasi muda.

    Paragraf 19 :
    Mulai sekarang, semua pejabat harus segera menghentikan segala bentuk tindakan mereka yang hanya mengejar kepentingan pribadi dengan mengorbankan kepentingan negara.

     
  • Pada 30 November 2009 pukul 19.19 , Anonymous Anonim mengatakan...

    NAMA:SANTI RAHAYU
    NPM:A1A009075
    DOSEN:ARONO
    TANGGAL PEMBUATAN:11209

    NAMA JURNAL:PENDIDIKAN NASIONAL
    NAMA& E-MAIL (PENULIS):MUHAMMAD KHAIRUL IDAMAN
    SAYA MAHASISWA UMM
    VOLUME:EDISI 27 JUNI 2004
    JUDUL ARTIKEL:BUAT APA SEKOLAH?

    PARAGRAF 1
    OPINI ORANG TUA TENTANG PENDIDIKAN

    PARAGRAF 2
    MASYARAKAT MENILAI KEBERHASILAN SEKOLAH DARI PEKERJAAN

    PARAGRAF 3
    MENGAPA DUNIA PENDIDIKAN BELUM MEMBERIKAN PENCERAHAN DI TINGKAT MASYARAKAT

    PARAGRAF 4
    PENDIDIKAN MERUPAKAN UPAYA MEMANUSIAKAN MANUSIA

    PARAGRAF 5
    MASYARAKAT MEMANDANG DUNIA PENDIDIKAN SEBAGAI INSTITUSI PENYALUR PNS

    PARAGRAF 6
    MERENUNGI DARI BERBAGAI OPINI

    PARAGRAF 7
    MENGEMBALIKAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT AKAN PENDIDIKAN

     
  • Pada 30 November 2009 pukul 20.27 , Anonymous Anonim mengatakan...

    NAMA : watam agus setyawan
    NPM : A1A009081
    DOSEN PEMBIMBING : Arono,M.Pd.
    TANGGAL :1 desember 2009

    NAMA JURNAL : pendidikan dan masa depan
    nama & E-mail (penulis): Nurkholis(dosen akademi pariwisatanusantara jaya, jakarta)
    VOLUME: 11 oktober 2006
    JUDUL ARTIKEL: pendidkan sebagai investasi jangka panjang
    JUMLAH HALAMAN : 4 halaman

    paragaraf 1.
    SDM Indonesia masih sangat lemah untuk mendukung perkembanganindustri dan ekonomi.
    paragaraf 2.
    pendidikan sebagai investasi jangka panjang
    paragaraf 3.
    pendidikan sebagai alat untuk perkembangan bukan sekedar petumbuhan
    paragaraf 4.
    tingkat pendidikan mempengaruhi tingkat pendapatan dimasa depan
    paragaraf 5.
    pendidikan sebagai investasi SDM
    paragaraf 6.
    investasi pendidikan memberi yang lebih dibanding pada investasi fisil lainnya
    paragaraf 7.
    pilihan investasi pendidikan juga harus mempertimbangkan tingkat pendidikan.
    paragaraf 8.
    pentingnya alokasi pendidikan.
    paragaraf 9.
    pendidikan dasar bukan pendidikan yang canggih.
    paragaraf 10.
    macam-macam fungsi pendidikan
    paragaraf 11.
    fungsi politik
    paragaraf 12.
    fungsi sosial budaya.
    paragaraf 13.
    fungsi pemelihara pendidikan.
    paragaraf 14.
    pendidikan mengangkat status dimasyarakat.
    paragaraf 15.
    pendidikan mendongkrak pertumbuhan ekonomi.

     
  • Pada 30 November 2009 pukul 21.03 , Anonymous Anonim mengatakan...

    Nama :Feby Jhansen't
    Nmp :A1A009059
    Dosen :Arono
    Tanggal Pembuatan :1-12-2009

    Nama Jurnal :pendidikan nasional
    Volume :edisi 2009
    Judul Artikel :Pendidikan gratis,salah satu pilar pembanngunan dikota bengkulu
    jumlah Halaman :3 lembar

    PARAGRAF 1
    Tiga pilar pembangunan di BENGKULU
    PARAGRAF 2
    terbuainya masyrakat akan pendidikan gratis
    PARAGRAF 3
    permasalahan yang ditimbulkan
    PARAGRAF 4
    program pendidikan yang lebih rasional
    PARAGRAF 5
    penggunaan dana bos dengan tepat
    PARAGRAF 6
    pilar ekonomi kerakyatan
    PARAGRAF 7
    pendidikan memerlukan partisipasi masyrakat
    PARAGRAF 8
    pendidikan gratis bagi warga miskin
    PARAGRAF 9
    catatan bagi sekolah dalam pembelajarannya
    PARAGRAF 10
    evaluasi akan dana bos
    PARAGRAF 11
    evaluasi tentang warga miskin
    PARAGRAF 12
    transparansi dalam pendanaan sekolah
    PARAGRAF 13
    pemdidikan yang berkulitas berasal dari hati bukan materi

     
  • Pada 30 November 2009 pukul 21.07 , Anonymous Anonim mengatakan...

    Nama : Deden sumantri
    Npm : A1A009003

    Judul artikel : artikel pendidikan
    Jumlah halaman : 7 halaman
    Volume : 9
    Penulis : raden adelina fauizie

    Ide pokok :

    Paragaraf 1.
    Terpenuhinya anggaran pendidikan 20%
    Paragaraf 2.
    Anggaran harus digunakan secara optimal
    Paragaraf 3.
    Pemerintah diharapkan membantu memanfaatkan anggaran
    Paragaraf 4.
    Langkah nyata pemerintah belum menunjukan kesiapan
    Paragaraf 5.
    Pemerintah kesulitan mengelola anggaran 20%.
    Paragaraf 6.
    Pemerintah diharapkan mengambil langkah yang lebih jelas untuk alokasi anggaran.
    Paragaraf 7.
    Pendidikan adalah hal terpenting dari banyak aspek.
    Paragaraf 8.
    Anggaranmenjadi sia-sia jika persiapan tidak dilakukan
    Paragaraf 9.
    Pemerintah bekerja secara terbuka dalam mengelola anggaran.
    Paragaraf 10.
    Pemerintah perlu tegas dalam mengembangkan sarana pedidikan.
    Paragaraf 11.
    Pentingnhya pandidikan dasar yang diemban angkatan muda.
    Paragaraf 12.
    Penyamarataan kurikulum.
    Paragaraf 13.
    Perubahan yang diharaokan harus diupayakan.
    Paragaraf 14.
    Pengembangan sarana pendidikan menjadi prioritas utama.
    Paragaraf 15.
    Masalah pendidika menjadi paling penting dalam sebuah proses pembangunan bangsa.
    Paragaraf 16.
    Munculnya UU BHP membuat konflik semakin rumit.

     
  • Pada 19 Januari 2010 pukul 20.45 , Anonymous Anonim mengatakan...

    nama : santi rahayu
    npm :AIA009075
    kelas : B
    tugas : membaca

    MEMBACA DENGAN METODE SPEED READING

    A. Pengertian Speed Reading
    Soedarso, Speed Reading (Gramedia, cet. 11,2004) mengatakan “metode speed reading merupakan semacam latihan untuk mengelola secara cepat proses penerimaan informasi”. Seseorang akan dituntut untuk membedakan informasi yang diperlukan atau tidak. Informasi itu kemudian disimpan dalam otak.
    Speed reading juga merupakan keterampilan yang harus dipelajari agar mampu membaca lebih cepat sekaligus memahami semua yang terkandung di dalam bacaan yang bersangkutan. Tidak ada orang yang dapat membaca cepat karena bakat. Maka itu harus dipahami bahwa membaca cepat bukanlah melulu cepat memecah kode dan segera menyelesaikan sebuah buku. Membaca cepat adalah bagaimana kita dapat membaca dengan pemahaman yang lebih baik dalam waktu lebih cepat serta mengingatnya dengan baik pula. Bersamaan dengan hal tersebut di atas Supriyadi (1995:127) menyatakan “keterampilan membaca yang sesungguhnya bukan hanya sekedar kemampuan menyuarakan lambang tertulis dengan sebaik-baiknya namun lebih jauh adalah kemampuan memahami dari apa yang tertulis dengan tepat dan cepat”.
    Dengan menggunakan teknik speed reading para siswa diharapkan dapat lebih efesien dalam menggunakan waktu dalam belajar. Data survey menunjukkan bahwa lima dari empat puluh siswa yang telah mampu menggunakan pola speed reading dapat memahami suatu bacaan dengan sama baiknya dengan siswa yang belum menguasai speed reading. Dengan pola pelatihan yang kontiniu diharapkan para siswa dapat membaca dengan kecepatan hingga 800 kata per menit tanpa menghilangkan makna bacaan.

     
  • Pada 19 Januari 2010 pukul 20.52 , Anonymous Anonim mengatakan...

    nama : wahyu lestari
    npm : AIA00931
    kelas : B
    tugas : menyimak

    MEMBERDAYAKAN KEMAMPUAN MENYIMAK ANAK
    Minggu,21 juni 2009
    ARTIKEL
    Menyimak adalah sebuah tindakan menyengajakan diri untuk mendengar. Mendengar suara burung berkicau menangkap gelombang suara melalui daun telinga. Sedangkan menyimak suara burung berkicau adalah menyengaja mendengar apa yang melintasi daun telinga oleh sebuah kesadaran diri.
    Menyimak adalah cara mendengar dan menerima perasaan serta memberi tanggapan yang bertujuan menunjukkan bahwa kita sungguh–sungguh telah menangkap pesan serta perasaan yang terkandung di dalammnya. Tindakan dalam menyimak diperlukan sebagai cermin, dengan memantulkan kembali, menamai perasaan, serta mengulangi inti pesan yang diungkapkan anak sehingga ia merasa didengar, dipahami dan didukung.
    Menyimak bukan hanya “masuk telinga kiri keluar telinga kanan” atau sebaliknya. Menyimak ternyata benar–benar mencoba memahami apa yang dikatakan orang lain. Menyimak adalah sebuah proses serius yang tidak bisa dilakukan hanya dengan mengandalkan kebiasaan, refleks atau insting.
    Keterampilan menyimak telah diajarkan sejak dini. Selama sekolah sebagian besar pelajaran disampaikan melalui ucapan verbal. Bagi murid, menyimak adalah satu–satunya alat terbaik untuk menyerap apa yang disampaikan oleh guru. Beberapa metode ujian dilakukan dengan mendikte soal sehingga yang diuji pada murid bukan hanya kemampuan ingatannya, melainkan juga kemampuan menyimak murid tersebut.
    Hambatan terutama mengapa anak terkadang tidak mampu menyimak dengan baik adalah karena biasanya anak cenderung hanya ingin mendengar apa yang ingin kita dengar. Inilah yang oleh beberapa pakar disebut sebagai saringan persepsi, atau persepsi selektif. Persepsi selektif ini dibentuk oleh nilai, kepribadian, kepentingan, tujuan, kecerdasan. Persepsi selektif ini mendorong seseorang hanya mau mendengarkan apa yang “menguntungkan” atau sesuai dengan keinginannya.
    Secara umum, masalah – masalah komunikasi yang dilami anak adalah:
    a. Sulit menyimak
    b. Sulit mengikuti perintah yang rumit atau kompleks
    c. Sulit beriteraksi dan bercakap–cakap
    d. Kurang kosakata saat bercakap
    e. Sulit memepelajari warna dan pembilangan
    g. Gagap
    h. Sulit memahami tata bahasa dan tata kalimat
    i. Pengucapan yang tak jelas
    Keuntungan yang diperoleh dari menyimak adalah:
    a. Membantu anak untuk mengenal, menerima dan mengerti perasaanya sendiri serta menemukan cara mengatasi perasaan dan masalahnya.
    b. Merangsang mereka untuk berbicara dan mengemukakan masalahnya sehingga kita dapat mengetahui dengan tepat apa yang sebenarnya dirasakan anak. Dengan demikian perasaan negatif tersebut sedikit demi sedikit akan hilang.
    c. Menumbuhkan rasa hangat dan mengakrabkan hubungan orang tua dan anak. Kita jadi belajar untuk bisa menerima keunikan anakyang sedang kita dengarkan masalahnya.
    d. Membuat anak merasa dirinya penting dan berharga
    e. Membuat anak merasa diterima dan dipahami cenderung akan mudah menerima dan memahami orang lain.
    f. Membuat anak mau mendengarkan orang tuanya sehingga terjalin kerjasama
    Bagaimanakah menyimak dengan baik?
    Ketika menyimak seseorang tidak dapat berbicara. Kata pepatah

     
  • Pada 19 Januari 2010 pukul 20.54 , Anonymous Anonim mengatakan...

    NAMA : WAHYU LESTARI
    NPM : AIA009031
    KELAS :B
    TUGAS : MENYIMAK

    MEMBERDAYAKAN KEMAMPUAN MENYIMAK ANAK
    Minggu,21 juni 2009
    ARTIKEL
    Menyimak adalah sebuah tindakan menyengajakan diri untuk mendengar. Mendengar suara burung berkicau menangkap gelombang suara melalui daun telinga. Sedangkan menyimak suara burung berkicau adalah menyengaja mendengar apa yang melintasi daun telinga oleh sebuah kesadaran diri.
    Menyimak adalah cara mendengar dan menerima perasaan serta memberi tanggapan yang bertujuan menunjukkan bahwa kita sungguh–sungguh telah menangkap pesan serta perasaan yang terkandung di dalammnya. Tindakan dalam menyimak diperlukan sebagai cermin, dengan memantulkan kembali, menamai perasaan, serta mengulangi inti pesan yang diungkapkan anak sehingga ia merasa didengar, dipahami dan didukung.
    Menyimak bukan hanya “masuk telinga kiri keluar telinga kanan” atau sebaliknya. Menyimak ternyata benar–benar mencoba memahami apa yang dikatakan orang lain. Menyimak adalah sebuah proses serius yang tidak bisa dilakukan hanya dengan mengandalkan kebiasaan, refleks atau insting.
    Keterampilan menyimak telah diajarkan sejak dini. Selama sekolah sebagian besar pelajaran disampaikan melalui ucapan verbal. Bagi murid, menyimak adalah satu–satunya alat terbaik untuk menyerap apa yang disampaikan oleh guru. Beberapa metode ujian dilakukan dengan mendikte soal sehingga yang diuji pada murid bukan hanya kemampuan ingatannya, melainkan juga kemampuan menyimak murid tersebut.
    Hambatan terutama mengapa anak terkadang tidak mampu menyimak dengan baik adalah karena biasanya anak cenderung hanya ingin mendengar apa yang ingin kita dengar. Inilah yang oleh beberapa pakar disebut sebagai saringan persepsi, atau persepsi selektif. Persepsi selektif ini dibentuk oleh nilai, kepribadian, kepentingan, tujuan, kecerdasan. Persepsi selektif ini mendorong seseorang hanya mau mendengarkan apa yang “menguntungkan” atau sesuai dengan keinginannya.
    Secara umum, masalah – masalah komunikasi yang dilami anak adalah:
    a. Sulit menyimak
    b. Sulit mengikuti perintah yang rumit atau kompleks
    c. Sulit beriteraksi dan bercakap–cakap
    d. Kurang kosakata saat bercakap
    e. Sulit memepelajari warna dan pembilangan
    g. Gagap
    h. Sulit memahami tata bahasa dan tata kalimat
    i. Pengucapan yang tak jelas
    Keuntungan yang diperoleh dari menyimak adalah:
    a. Membantu anak untuk mengenal, menerima dan mengerti perasaanya sendiri serta menemukan cara mengatasi perasaan dan masalahnya.
    b. Merangsang mereka untuk berbicara dan mengemukakan masalahnya sehingga kita dapat mengetahui dengan tepat apa yang sebenarnya dirasakan anak. Dengan demikian perasaan negatif tersebut sedikit demi sedikit akan hilang.
    c. Menumbuhkan rasa hangat dan mengakrabkan hubungan orang tua dan anak. Kita jadi belajar untuk bisa menerima keunikan anakyang sedang kita dengarkan masalahnya.
    d. Membuat anak merasa dirinya penting dan berharga
    e. Membuat anak merasa diterima dan dipahami cenderung akan mudah menerima dan memahami orang lain.
    f. Membuat anak mau mendengarkan orang tuanya sehingga terjalin kerjasama
    Bagaimanakah menyimak dengan baik?
    Ketika menyimak seseorang tidak dapat berbicara. Kata pepatah

     
  • Pada 19 Januari 2010 pukul 20.55 , Anonymous Anonim mengatakan...

    nama : santi rahayu
    npm : AIA009075
    Tugas : membaca
    kelas : B
    MEMBACA DENGAN METODE SPEED READING

    A. Pengertian Speed Reading
    Soedarso, Speed Reading (Gramedia, cet. 11,2004) mengatakan “metode speed reading merupakan semacam latihan untuk mengelola secara cepat proses penerimaan informasi”. Seseorang akan dituntut untuk membedakan informasi yang diperlukan atau tidak. Informasi itu kemudian disimpan dalam otak.
    Speed reading juga merupakan keterampilan yang harus dipelajari agar mampu membaca lebih cepat sekaligus memahami semua yang terkandung di dalam bacaan yang bersangkutan. Tidak ada orang yang dapat membaca cepat karena bakat. Maka itu harus dipahami bahwa membaca cepat bukanlah melulu cepat memecah kode dan segera menyelesaikan sebuah buku. Membaca cepat adalah bagaimana kita dapat membaca dengan pemahaman yang lebih baik dalam waktu lebih cepat serta mengingatnya dengan baik pula. Bersamaan dengan hal tersebut di atas Supriyadi (1995:127) menyatakan “keterampilan membaca yang sesungguhnya bukan hanya sekedar kemampuan menyuarakan lambang tertulis dengan sebaik-baiknya namun lebih jauh adalah kemampuan memahami dari apa yang tertulis dengan tepat dan cepat”.
    Dengan menggunakan teknik speed reading para siswa diharapkan dapat lebih efesien dalam menggunakan waktu dalam belajar. Data survey menunjukkan bahwa lima dari empat puluh siswa yang telah mampu menggunakan pola speed reading dapat memahami suatu bacaan dengan sama baiknya dengan siswa yang belum menguasai speed reading. Dengan pola pelatihan yang kontiniu diharapkan para siswa dapat membaca dengan kecepatan hingga 800 kata per menit tanpa menghilangkan makna bacaan.

     
  • Pada 20 Januari 2010 pukul 01.14 , Anonymous Anonim mengatakan...

    Nama:Agus Budianto
    Npm:A1A009041

    Metode Membaca Cepat

    Salah satu perbedaan yang menyolok antara kuliah di sini dengan di Indonesia adalah jumlah bacaannya. Di sini bacaannya banyak sekali ! Dan bacaan ini harus dibaca sebelum kuliah. Sekedar gambaran, bacaannya biasa berupa paper yang panjangnya belasan sampai dua puluhan halaman dan untuk setiap kuliah bisa 2-3 paper seperti itu. Akhirnya untuk membaca saja butuh waktu berjam-jam.

    Teknik membaca cepat dengan dua hal saja, yaitu:

    1. Menghilangkan subvokalisasi

    Subvokalisasi ini adalah suara yang biasa “ikut membaca” di dalam pikiran kita. Jadi waktu kita membaca, di dalam pikiran kita seperti ada suara yang menyuarakan bacaan itu. Ternyata ini sangat menghambat kecepatan membaca, karena otak kita sebenarnya mampu membaca dengan kecepatan yang lebih tinggi daripada suara di dalam pikiran kita itu. Karenanya salah satu teknik membaca cepat adalah dengan menghilangkan suara ini. Tidak mudah memang karena sudah jadi kebiasaan bertahun-tahun, tapi bagaimana pun kita perlu belajar melakukannya. Kita harus menemukan metode belajar membaca cepat.

    2. Jangan kembali ke belakang

    Nah, ini malah lebih sulit lagi. Kalau kita sudah melewati suatu bagian bacaan maka jangan sekali-kali mengulang lagi bagian itu. Baca terus dan maju terus. Ada yang terlewat ? Jangan hiraukan, maju terus ! Ada kata-kata yang hilang ? Jangan hiraukan juga, maju terus ! Pokoknya maju terus pantang mundur ! belajar membaca cepat harus terus dilakukan. Intinya di sini adalah kita harus membaca untuk mendapatkan ide, bukan untuk mendapatkan kata per kata (lihat juga post Ide per Menit). Kembali ke belakang akan sangat mengurangi kecepatan membaca kita sementara dengan maju terus toh idenya akan kita dapatkan

    Ngomong-ngomong, ada aplikasi web yang bisa membantu kita untuk belajar membaca cepat, yaitu ZAP Reader dan Spreeder. Dengan aplikasi ini kita bisa meng-copy-paste bahan yang hendak dibaca atau menuliskan alamat Internetnya. Kita juga bisa mengatur kecepatan membaca yang diinginkan, misalnya 300 wpm (word per minute – kata per menit). Jadi nantinya kita dijamin sedang membaca dengan kecepatan 300 wpm ! Asyik kan ? Kita bisa mengatur sendiri seberapa cepat kita ingin membaca.

    Setelah itu tekan tombol ‘Play’ dan apa yang terjadi ? Aplikasi ini bakal “melemparkan” kata per kata di depan mata kita ! Kecepatannya sesuai dengan yang kita atur. Dengan aplikasi ini paling tidak ada tiga keuntungan yang kita dapatkan:

    1. Mata kita cukup fokus ke satu tempatYup, mata kita tidak perlu bergerak ke kiri ke kanan seperti biasanya waktu membaca. Cukup pusatkan ke satu tempat di layar.

    2. Kita diajar menghilangkan subvokalisasiSeringkali kata-katanya dilempar begitu cepat sampai kita tidak sempat “menyuarakan” di dalam pikiran kita ! Dengan begitu kita mau tak mau “dipaksa” untuk membaca tanpa subvokalisasi.

    3. Kita “dipaksa” untuk maju terus Ini asyiknya: dengan aplikasi membaca cepat ini kita sama sekali tidak bisa kembali ke belakang ! Pokoknya kita dipaksa untuk maju dan maju terus !

    Jadi bisa dibilang aplikasi metode belajar membaca ini sangat baik untuk melatih kita membaca cepat. Pertama-tama tentu belum terbiasa, seperti saya sekarang ) . Tapi lambat laun kita pasti bakal menuai hasilnya.

     
  • Pada 20 Januari 2010 pukul 01.16 , Anonymous Anonim mengatakan...

    Nama:Agus Budianto
    Npm:A1A009041


    Metode Membaca Cepat



    Salah satu perbedaan yang menyolok antara kuliah di sini dengan di Indonesia adalah jumlah bacaannya. Di sini bacaannya banyak sekali ! Dan bacaan ini harus dibaca sebelum kuliah. Sekedar gambaran, bacaannya biasa berupa paper yang panjangnya belasan sampai dua puluhan halaman dan untuk setiap kuliah bisa 2-3 paper seperti itu. Akhirnya untuk membaca saja butuh waktu berjam-jam.

    Teknik membaca cepat dengan dua hal saja, yaitu:

    1. Menghilangkan subvokalisasi

    Subvokalisasi ini adalah suara yang biasa “ikut membaca” di dalam pikiran kita. Jadi waktu kita membaca, di dalam pikiran kita seperti ada suara yang menyuarakan bacaan itu. Ternyata ini sangat menghambat kecepatan membaca, karena otak kita sebenarnya mampu membaca dengan kecepatan yang lebih tinggi daripada suara di dalam pikiran kita itu. Karenanya salah satu teknik membaca cepat adalah dengan menghilangkan suara ini. Tidak mudah memang karena sudah jadi kebiasaan bertahun-tahun, tapi bagaimana pun kita perlu belajar melakukannya. Kita harus menemukan metode belajar membaca cepat.

    2. Jangan kembali ke belakang

    Nah, ini malah lebih sulit lagi. Kalau kita sudah melewati suatu bagian bacaan maka jangan sekali-kali mengulang lagi bagian itu. Baca terus dan maju terus. Ada yang terlewat ? Jangan hiraukan, maju terus ! Ada kata-kata yang hilang ? Jangan hiraukan juga, maju terus ! Pokoknya maju terus pantang mundur ! belajar membaca cepat harus terus dilakukan. Intinya di sini adalah kita harus membaca untuk mendapatkan ide, bukan untuk mendapatkan kata per kata (lihat juga post Ide per Menit). Kembali ke belakang akan sangat mengurangi kecepatan membaca kita sementara dengan maju terus toh idenya akan kita dapatkan

    Ngomong-ngomong, ada aplikasi web yang bisa membantu kita untuk belajar membaca cepat, yaitu ZAP Reader dan Spreeder. Dengan aplikasi ini kita bisa meng-copy-paste bahan yang hendak dibaca atau menuliskan alamat Internetnya. Kita juga bisa mengatur kecepatan membaca yang diinginkan, misalnya 300 wpm (word per minute – kata per menit). Jadi nantinya kita dijamin sedang membaca dengan kecepatan 300 wpm ! Asyik kan ? Kita bisa mengatur sendiri seberapa cepat kita ingin membaca.

    Setelah itu tekan tombol ‘Play’ dan apa yang terjadi ? Aplikasi ini bakal “melemparkan” kata per kata di depan mata kita ! Kecepatannya sesuai dengan yang kita atur. Dengan aplikasi ini paling tidak ada tiga keuntungan yang kita dapatkan:

    1. Mata kita cukup fokus ke satu tempatYup, mata kita tidak perlu bergerak ke kiri ke kanan seperti biasanya waktu membaca. Cukup pusatkan ke satu tempat di layar.

    2. Kita diajar menghilangkan subvokalisasiSeringkali kata-katanya dilempar begitu cepat sampai kita tidak sempat “menyuarakan” di dalam pikiran kita ! Dengan begitu kita mau tak mau “dipaksa” untuk membaca tanpa subvokalisasi.

    3. Kita “dipaksa” untuk maju terus Ini asyiknya: dengan aplikasi membaca cepat ini kita sama sekali tidak bisa kembali ke belakang ! Pokoknya kita dipaksa untuk maju dan maju terus !

    Jadi bisa dibilang aplikasi metode belajar membaca ini sangat baik untuk melatih kita membaca cepat. Pertama-tama tentu belum terbiasa, seperti saya sekarang ) . Tapi lambat laun kita pasti bakal menuai hasilnya.

     
  • Pada 20 Januari 2010 pukul 03.36 , Anonymous Anonim mengatakan...

    nama: hendro johannes
    npm : A1A009011
    TUGAS MEMBACA

    Bagi siswa kelas rendah (I dan II), penting sekali guru menggunakan metode membaca. Depdiknas (2000:4) menawarkan berbagai metode yang diperuntukkan bagi siswa permulaan, antara lain: metode eja/bunyi, metode kata lembaga, metode global, dan metode SAS.

    Metode eja adalah belajar membaca yang dimulai dari mengeja huruf demi huruf. Pendekatan yang dipakai dalam metode eja adalah pendekatan harfiah. Siswa mulai diperkenalkan dengan lambang-lambang huruf. Pembelajaran metode Eja terdiri dari pengenalan huruf atau abjad A sampai dengan Z dan pengenalan bunyi huruf atau fonem. Metode kata lembaga didasarkan atas pendekatan kata, yaitu cara memulai mengajarkan membaca dan menulis permulaan dengan menampilkan kata-kata. Metode global adalah belajar membaca kalimat secara utuh. Adapun pendekatan yang dipakai dalam metode global ini adalah pendekatan kalimat. Selanjutnya, metode SAS didasarkan atas pendekatan cerita.

    Metode pembelajaran di atas dapat diterapkan pada siswa kelas rendah (I dan II) di sekolah dasar. Guru dianjurkan memilih salah satu metode yang cocok dan sesuai untuk diterapkan pada siswa. Menurut hemat penulis, guru sebaiknya mempertimbangkan pemilihan metode pembelajaran yang akan digunakan sebagai berikut:

    1. Dapat menyenangkan siswa
    2. Tidak menyulitkan siswa untuk menyerapnya
    3. Bila dilaksanakan, lebih efektif dan efisien
    4. Tidak memerlukan fasilitas dan sarana yang lebih rumit

    Salah satu metode pembelajaran membaca permulaan yang akan diangkat dalam tulisan ini adalah metode membaca global. Menurut Purwanto (1997:32), “Metode global adalah metode yang melihat segala sesuatu sebagai keseluruhan. Penemu metode ini ialah seorang ahli ilmu jiwa dan ahli pendidikan bangsa Belgia yang bernama Decroly.” Kemudian Depdiknas (2000:6) mendefinisikan bahwa metode global adalah cara belajar membaca kalimat secara utuh. Metode global ini didasarkan pada pendekatan kalimat. Caranya ialah guru mengajarkan membaca dan menulis dengan menampilkan kalimat di bawah gambar. Metode global dapat juga diterapkan dengan kalimat tanpa bantuan gambar. Selanjutnya, siswa menguraikan kalimat menjadi kata, menguraikan kata menjadi suku kata, dan menguraikan suku kata menjadi huruf.

    Langkah-langkah penerapan metode global adalah sebagai berikut:

    1) Siswa membaca kalimat dengan bantuan gambar. Jika sudah lancar, siswa membaca tanpa bantuan gambar, misalnya:

    Ini nani

    2) Menguraikan kalimat dengan kata-kata: /ini/ /nani/
    3) Menguraikan kata-kata menjadi suku kata: i – ni na – ni
    4) Menguraikan suku kata menjadi huruf-huruf, misalnya: i – n – i - n – a – n – i

     
  • Pada 20 Januari 2010 pukul 03.53 , Anonymous Anonim mengatakan...

    nama: joko wahyudo
    npn: a1a009067
    metode membaca "KUBACA"
    Pentingnya Membaca

    * Sarana untuk mengetahui sesuatu yang baru
    * Sarana menambah wawasan tentang sesuatu yang sedang berkembang
    * Lebih mudah untuk dipahami dan dimengerti maksudnya
    * Membuka peluang untuk menjalin hubungan lebih luas
    * Kemampuan dasar yang akan terus terbawa selamanya

    8 Hal Positif yang didapat dari Kursus Kubaca

    1. Koordinasi antara mata dan mulut
    2. Melatih daya ingat
    3. Mengajarkan lancar bicara
    4. Memperbanyak perbendaharaan kata
    5. Membuat percaya diri
    6. Dapat menyusun kata menjadi kalimat yang benar dan bermakna
    7. Dapat membuat cerita dari 40 sampai 50 kata yang sering didengar dalam percakapan
    8. Memberi anak permulaan lebih awal untuk dapat menyerap ilmu pengetahuan melalui membaca

     
  • Pada 20 Januari 2010 pukul 04.12 , Anonymous Anonim mengatakan...

    tugas membaca(metode cantol)
    nama : Watam Agus Setyawan
    npm :A1A009081

    Metode Cantol adalah salah satu tekhnik menghapal yang dikembangkan dalam "Quantum Learning". Dalam penerapannya, metoda ini bersosialisasi dalam persamaan bunyi dan bentuk visual. Sebagai contoh salah satu teknik menghapal dengan metode Cantol adalah ketika di SMA, ada suatu pelajaran dari ilmu kimia tentang menghapal unsur kimia, di antaranya menghapal unsur golongan VII A yang terdiri dari unsur Helium, Neon, Argon, Kripton, Xenon dan Rn. Untuk memudahkan menghapal dibuatlah kalimat, yaitu: hehoh negara argentina karena xenat runtuh. Dengan mudah dapat menghapal nama-nama unsur kimia tiap golongan.

    Itu adalah salah satu metoda menghapal yang efektif untuk mengingat daftar. Dalam mengajarkan membaca teknik-teknik tersebut sangat diperlukan untuk mempermudah anak dalam mengingat simbol-simbol huruf. Metode yang cocok untuk memudahkan anak mengingat kembali simbol-simbol huruf adalah Metode Cantol. Pengenalan membaca yang efektif adalah mengenalkan seluruh bunyi suku kata dasar yang menjadi pembentukan kata dalam bahasa Indonesia. Dan tahap selanjutnya adalah "kata" yang dikenalkan kepada anak.

    Dalam pengenalan suku kata, irama bunyi tiap kelompok sama yaitu: a, i, u, e, o. Apabila anak sudah dapat menangkap titian ingatan ini sama dengan kelompok-kelompok suku kata lainnya, maka ia sudah dapat menduga suku kata kelompok lain yang belum dikenalkan kepadanya. Apabila ia sudah dapat mengenal huruf dari a sampai z, maka ia dapat menebak dengan benar bunyi suku kata tersebut. Misalnya ia baru dikenalkan pada kelompok suku kata ga, gi, gu, ge, go. Apabila titian ingatan sudah dipahami, maka ia dapat mengetahui kelompok lainnya dari huruf yang ia kenal. Ia akan mengetahui bunyi kelompok ha, ja, dan selanjutnya. Jadi ia akan cepat sekali mengenal seluruh suku kata. Tetapi bagi anak yang belum mengetahui huruf perlu suatu kerangka pikiran yang dapat membantu untuk mengingatnya dengan mudah. Di sinilah metode Cantol sangat efektif dalam membantu kerangka pikiran anak bagi anak yang belum kenal huruf. Terlebih-lebih anak yang sudah mengenal huruf.

    Bagaimana Metode Cantol ini dapat diterapkan dalam tehnik membaca?

    Pada metode membaca ini anak diarahkan untuk terlebih dahulu menguasai titian ingatannya. Anak akan mengetahui bunyi kelompoknya, cukup apabila ia mengetahui bunyi awal kelompok suku kata tersebut, yaitu ba, ca, da, dan seterusnya. Untuk membantu anak sebagai sandaran dalam pola berfikir, maka suku awal diberi cantolan berupa nama-nama benda yang bunyi suku awalnya sama dengan bunyi suku awal tiap kelompok. Misalnya kelompok 1 cantolannya "baju", kelompok 2 "cabe", kelompok 3 "dadu" dan seterusnya. Nama benda-benda yang diijadikan cantolan diusahakan dikenal anak. Cantolan diterapkan dalam bentuk kartu-kartu yang dijadikan sebagai alat peraga. Misalnya kelompok 1 kartu bergambar baju, kelompok 2 kartu bergambar cabe dan seterusnya.

     
  • Pada 20 Januari 2010 pukul 04.16 , Anonymous Anonim mengatakan...

    tugas membaca(metode cantol)

    nama : hendro johannes
    npm : A1A009011

    Metode cepat membaca ini awalnya dipergunakan oleh Ibu Erna Nurhasanah kepada anak-anaknya. Awalnya beliau menggunakan metode Glenn Doman untuk mengajari balitanya membaca. Tapi waktu itu anaknya cuma satu. Setelah lahir adiknya, ternyata metode membaca Glenn Doman sudah tidak mampu beliau terapkan lagi.

    Akhirnya dengan berbekal metode Glenn Doman yang sudah dia kuasai dan metode cantolan dari buku Quantum Learning, ibu Erna berhasil mengembangkan metode belajar membaca untuk Balita yang kemudian diberi nama metode Cantol Roudhoh.

    Beberapa waktu yang lalu istri saya mengikuti pelatihan metode ini. Dan alhamdulillah memang cara belajarnya sangat menyenangkan. Metode ini diberikan melalui bentuk cerita, gambar, ketrampilan dan permainan. Akibatnya, kegiatan belajar menjadi sangat menyenangkan.

    Dari penuturan beliau, rata2 hanya dalam 32x pertemuan atau 20 Jam anak-anak sudah mampu membaca. Artinya metode ini memang mampu memaksimalkan kemampuan otak balita yang sedang tumbuh berkembang.

    Saya sendiri yakin, metode ini akan booming di masa mendatang. Karena memang proses belajarnya sangat menyenangkan. Bahkan mungkin bisa dikatakan proses bermain daripada proses belajar.

    Nah, buat anda yang saat ini lagi malas baca, bersiaplah menghadapi generasi2 baru yang mampu membaca sejak usia 3 tahun. Hasil penelitian Glenn Doman menyatakan bahwa anak-anak yang mengalami cedera otak dapat membaca dengan baik di usia 3 tahun.

    Menurut beliau, anak2 mampu membaca sebuah kata di usia 1 tahun. Membaca sebuah kalimat di usia 2 tahun dan membaca sebuah buku di usia 3 tahun. Dengan perlakuan yang baik dan bimbingan yang penuh perhatian dari orang tua dan lingkungannya, insya Allah generasi ini akan mengalahkan kita dimasa mendatang.

     
  • Pada 24 Januari 2010 pukul 20.05 , Anonymous Anonim mengatakan...

    TUGAS MEMBACA ARTIKEL
    Nama :Dian kharisma
    npm :A1A009053



    Pembelajaran Akselerasi adalah sebuah metode belajar yang membantu anda mengorganisasikan, mengatur dan mengasimilasikan informasi pada kecepatan tinggi. Jika anda pernah membaca 7 Intelejensia dari Pembelajaran Akselerasi dan Kemampuan Belajar Multi Sensor Tingkat Lanjutan, maka anda sudah memiliki dasar pengertian betapa pentingnya dalam mempelajari segumpal informasi (keping jigsaw informasi) dengan memanfaatkan beragam input dari sensor/ panca indra dan strategi pembelajaran kreatif yang menstimulasi ketujuh intelenjensia kita.
    Semenjak penemuan mesin cetak oleh Johannes Gutenberg pada tahun 1450, maka hampir semua informasi yang kita hadapi setiap hari dipresentasikan di dalam “kalimat tercetak”. Dengan peningkatan dan kemajuan layanan multimedia berbasis web, maka “kalimat tercetak” sepertinya kehilangan pijakan, walaupun masih memainkan dan cara populer untuk menyampaikan informasi di era modern. Adanya epidemi sosial nomor 1 di jaman sekarang adalah “Kebanjiran Informasi/ Information Overload”. Epidemi ini menyapu seluruh dunia dan menekan para pengumpul informasi untuk melakukan pekerjaan ekstra dan terbaiknya untuk memahami dunia yang sedang bergeraks secara dinamik di sekeliling mereka. Dengan alasan-alasan itulah, maka sangat kritikal bahwa kita perlu mempelajari kemampuan untuk mengkoleksi, menyerap dan mengasimiliasikan “kalimat tercetak” dengan suatu cara yang dapat membantu kita menghemat waktu, energi dan yang paling penting adalah tetap membuat kita “sadar” di dalam dunia informasi yang terus berkembang pesat.
    Gambar Accelerated Speed Reading Principles Concept Map, pertama-tama memberikan pencerahan pada detil proses membaca, dan membantu untuk mengindentifikasikan relasi pada potensi belajar kita. Kedua, Study Matrix ini akan membagi proses Baca Cepat dari Pembelajaran Akselerasi, termasuk di dalamnya langkah-demi-langkah penjelasan bagaimana caranya untuk memanfaatkan kombinasi baca cepat dan kemampuan belajar komplementari lainnya dalam proses pemahaman secara menyeluruh dan komprehensif dari suatu buku teks dengan cepat. Ketiga, Adam akan mengajak anda untuk melihat secara lebih dekat sebuah metode sub-konsius (otak setengah sadar) Baca Secara Photografik, yang dapat meningkatkan belajar dan pemahaman terhadap informasi pada tingkat ke-tidaksadaran (Sur menambahkan: kemampuan otak bawah sadar memiliki kemampuan luar biasa dalam menyerap informasi dan masuk langsung ke ingatan jangka panjang). Akhirnya, Study Matrix ini akan mempresentasikan anda dengan beberapa ujian, tips untuk belajar dan strategi untuk mengikutsertakan prinsip-prinsip Pembelajaran Akselerasi secara Photo dan Baca Cepat.

     
  • Pada 24 Januari 2010 pukul 20.09 , Anonymous Anonim mengatakan...

    Nama:Dian Kharisma
    Npm:A1A009053





    MENYIMAK INTENSIF

    Kalau menyimak ekstensif lebih diarahkan pada kegiatan menyimak secara lebih bebas dan lebih umum serta tidak perlu di bawah bimbingan langsung para guru, maka menyimak intensif diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih diawasi, dikontrol terhadap satu hal tertentu. Dalam hal ini haruslah diadakan suatu pembagian penting sebagai berikut :

    a) Menyimak intensif ini terutama sekali dapat diarahkan pada butir –butir sebagai bagian dari program pengajaran bahasa, atau

    b) Terutama sekali dapat diarahkan pada pemahan serta pengertian umum.
    Jelas bahwa dalam butir kedua ini makna bahasa secara umum sudah diketahui oleh para siswa.

    Di samping itu, masih ada faktor-faktor lain yang harus dipertimbangkan. Salah satu di antaranya adalah formalitas bahasa, yaitu situasi tempatnya berada pada poros berikut ini:

    slang — akrab — netral —formal

    Kebanyakan kelas sedikit sekali mengingat latihan dan praktek dengan mempergunakan suatu jenis bahasa selain daripada bahasa netral. Faktor lain yang juga harus dipahami adalah yang menyangkut kecepatan pengutaraan: apakah itu suatu percakap yang cepat, atau suatu ujaran yang diatur? Lebih jauh, apakah itu dipersiapkan dan dilalui ataukah mendadak tanpa persiapan? Berapa orang ikut terlibat? Jelas bahwa semakin banyak terlibat maka semakin sulit jadinyaa. Apak aksen si pembicara sudah biasa didengar oleh para siswa? Aksen-aksen bahasa regional atau bahasa kelompok sangat membingungkan siswa pada pendengaran pertama, bahkan bagi beberapa siswa mencemaskan. Sekali lagi, kekurangakraban dengan faktor-faktor ini benar dapat mengganggu pemahaman siswa terhadap makna bagian tersebut.

     
  • Pada 24 Januari 2010 pukul 20.11 , Anonymous Anonim mengatakan...

    Nama:Dian Kharisma
    Npm:A1A009053





    MENYIMAK INTENSIF

    Kalau menyimak ekstensif lebih diarahkan pada kegiatan menyimak secara lebih bebas dan lebih umum serta tidak perlu di bawah bimbingan langsung para guru, maka menyimak intensif diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih diawasi, dikontrol terhadap satu hal tertentu. Dalam hal ini haruslah diadakan suatu pembagian penting sebagai berikut :

    a) Menyimak intensif ini terutama sekali dapat diarahkan pada butir –butir sebagai bagian dari program pengajaran bahasa, atau

    b) Terutama sekali dapat diarahkan pada pemahan serta pengertian umum.
    Jelas bahwa dalam butir kedua ini makna bahasa secara umum sudah diketahui oleh para siswa.

    Di samping itu, masih ada faktor-faktor lain yang harus dipertimbangkan. Salah satu di antaranya adalah formalitas bahasa, yaitu situasi tempatnya berada pada poros berikut ini:

    slang — akrab — netral —formal

    Kebanyakan kelas sedikit sekali mengingat latihan dan praktek dengan mempergunakan suatu jenis bahasa selain daripada bahasa netral. Faktor lain yang juga harus dipahami adalah yang menyangkut kecepatan pengutaraan: apakah itu suatu percakap yang cepat, atau suatu ujaran yang diatur? Lebih jauh, apakah itu dipersiapkan dan dilalui ataukah mendadak tanpa persiapan? Berapa orang ikut terlibat? Jelas bahwa semakin banyak terlibat maka semakin sulit jadinyaa. Apak aksen si pembicara sudah biasa didengar oleh para siswa? Aksen-aksen bahasa regional atau bahasa kelompok sangat membingungkan siswa pada pendengaran pertama, bahkan bagi beberapa siswa mencemaskan. Sekali lagi, kekurangakraban dengan faktor-faktor ini benar dapat mengganggu pemahaman siswa terhadap makna bagian tersebut.

     

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda