NAMA:WIDYA FEBRI YANTI NPM:A1A009083 TANGGAL PEMBUATAN:24 NOVEMBER 2009 DOSEN:ARONO
NAMA JURNAL:pendidikan nasional VOLUME:EDISI 2003 JUMLAH HALAMAN:2 LEMBAR IDE POKOK: PARAGRAF 1 generasi muda yan g lebih mengutamakan otot daripada otak PARAGRAF 2 Tindakan kriminal yang da di kehidupan yang dialami oleh golongan terpelajar PARAGRAF 3 morat-marit keadaan bangsa PARAGRAF 4 keprihatinan terhadap generasi penerus bangsa PARAGRAF 5 pendidikan nasional yang mengeyampingkan banyak hal PARAGRAF 6 tentang penyimpangan PARAGRAF 7 perilaku penyimpangan di dunia pendidikan PARAGRAR 8 harapan pendidikan nasional yang bermoral
NAMA : RIA WAHYU NUR INDAH SARI NMP : A1A009025 DOSEN : ARONO TANGGAL PEMBUATAN :251109
NAMA JURNAL : KEBIJAKAN PENDIDIKAN Nama & E-mail (Penulis): Mochammad Asyhar Saya Mahasiswa di Depok Volume: Edisi 2002 Judul Artikel: Tahun 2020 Indonesia Kehabisan Guru
PARAGRAF 1 Pesan stasiun televisi PARAGRAF 2 Realita potret pendidikan PARAGRAF 3 Efek jika tidak di jumpai sosok guru PARAGRF 4 keadaan pendidikan dan penyebab kekurangan guru PARAGRAF 5 Penutupan lembaga pendidikan PARAGRAF 6 Perubahan status & perubahan visi dan misi PARAGRAF 7 Solusi kurangnya guru PARAGRAF 8 mengatasi persoalan kekurangan guru pada jenjang pendidikan dasar PARAGRAF 9 perekrutan mahasiswa PARAGRAF 10 mengatasi persoalan kekurangan guru
Nama: Dwi Nita Meylina. S NPM: A1A009055 Prodi: Bahasa Indonesia Lokal : B
* Identitas Jurnal Nama: Ilmu TEknologi Pendidikan Voume:3 September 2009 Judul Artikel: Kesantunan Berbahasa Penulis Artikel: Drs. MAsyur Muslich, M.Si JUmlah Hal Artikel: 6 Halaman
* Ide-ide Pokok setap Paragraf: Pengertian Kesantunan 1. kesantunan adalah tata cara atau adat yang berlaku dalam masyarakat. 2. Kesantunan memperlihatkan kesantunan kita dalam pergaulan sehari-hari. 3. kesantunan sangat Kontekstual. 4. Kesantunan selalu Bipolar. 5. Kesantunan tercermin dalam cara berpakaian, berbuat, dan bertutur.
Jenis Kesantunan: 1. Kesantunan dalam berpakaian. 2. Kesantunan perbuatan dalam menghadapi sesuatu. 3. Kesantunan berbahasa tercermin tatacara berkomunikasi. 4. Tatacara sangat penting demi kelancaran berkomunikasi. 5. Tatacara berbahasa seseorang di pengaruhi norma-norma budaya suku bangsa.
*Pembentukan Kesantunan Berbahasa: 1. Penerapan prinsip kesopanan dalam berbahasa. 2. Penghindaran pemakaian kata tabu. 3. Penggunaan Eufemisme atau ungkapan penghalus. 4. Penggunaan pilihan kata Honorifik. 5. Tujuan utama kesantunan berbahasa adalah mempelancar komunikasi.
* Aspek-aspek Non-lingustik Mempengaruhi Kesantunan Berbahasa: 1. Penutur harus memahami unsur-unsur verbal ketika ketika berbicara kepada orang lain. 2. gerak isyarat digunakan tepiasah dengan unsur verbal karena pertimbangan tertentu. 3. Unsur yang harus diperhatikan dalam komunikasi adalah Proksemiki. 4. Penjagaan suasana komunikasi yang terlibat.
NAMA: NOVIANA A.F NPM: A1A009023 DOSEN: ARONO KELAS: B SEMESTER: 1(SATU) NAMA JURNAL: JURNAL ILMU PENDIDIKAN VOLUME JURNAL: JILID 7 NO.1 JUDUL ARTIKEL: PERSEPSI GURU TERHADAP IMPLEMENTASI PENDIDIKAN SISTEM GANDA di SEKOLAH MENENGAH EKONOMI ATAS PENULIS:SUHARDJO DWIDJOSUMARTO JUMLAH HALAMAN ARTIKEL: 6(ENAM) IDE POKOK : PRAGRAF: 1.SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL 2.MASALAH RELEVANSI PENDIDIKAN KEJURUAN 3.UPAYA PENINGKATAN RELEVANSI 4.PERSEPSI 5.FAKTOR-FAKTOR IMPLEMENTASI KURIKULUM 6.PENERAPAN KEBIJAKSANAAN LINK AND MATCH 7.TUJUAN PENELITIAN 8.RANCANGAN DESKRIPTIF 9.TEHNIK SAMPEL JATAH PURPOSIP, LOKASI SURABAYA 10.MENGUMPULKAN DATA DENGAN TEHNIK ANGKE, WAWANCARA DAN DOKUMENTASI 11.TINGKAT PEMAHAMAN GURU 12.DATA PERSEPSI GURU 13.PROSES PEMBELAJARAN DARI DATA PERSEPSI GURU 14. MEDIA PEMBELAJARAN KURANG LENGKAP 15.HASIL ANALISIS 16.PENYEBAB 17.KONISI MAYORITAS SISWA
Nama: Nurma Lega Astuti NPM: A1A009071 Mata Kuliah: Membaca Dosen: Arono, M.Pd TUGAS ARTIKEL JURNAL Tanggal: 25 November 2009
Judul Jurnal: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Volume Jurnal: 41 No.1 Januari 2008 Universitas Pendidikan Ganesha Judul Artikel: Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di Sekolah Dasar Kecamatan Buleleng Melalui Pelatihan Strategi Pembelajaran dan Penelitian Tindakan Kelas Jumlah Halaman Artikel: 7 halaman
METODOLOGI KEGIATAN Paragraf ke-1: Sesuai dengan judul dari kegiatan ini, maka metode yang dipakai untuk mengumpulkan data adalah pelatihan dan workshop (Training and Workshop =TW).
Paragraf ke-2: Tabel 01 diatas menunjukkan bahwa criteria keberhasilan kegiatan dapat diukur dengan membandingkan kondisi dan kompetensi peserta sebelum dan setelah pelaksanaan P2M dilaksanakan.
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN Paragraf ke-1: Setelah melaksanakan kegiatan yaitu berupa pelatihan dengan topic kajian Penelitian Tindakan Kelas dan strategi pembelajaran inovatif, dapat dilaporkan bahwa kompetensi peserta di bidang penelitian tindakan kelas dan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran meningkat. Paragraf ke-2: Berdasarkan hasil yang dinyatakan dalam table 02 di atas, dapat dinyatakan bahwa pelatihan yang diberikan oleh Tim Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Undiksha mampu meningkatkan wawasan, pengetahuan, dan ketrampilan guru dalam merancang pembelajaran, melaksanakan pembelajaran maupun dalam menentukan dan membuat asesmen untuk mengukur kompetensi siswa.
Paragaraf ke-3: Dalam hal penelitian tindakan kelas, dapat dinyatakan bahwa guru mempuyai pemahaman yang jelas tentang penelitian tindakan kelas.
Paragraf ke-4: Pengakuan peserta didukung oleh hasil pekerjaan mereka seperti yang dijelaskan dalam table diatas yang menunjukkan hasil yang memuaskan.
Paragraf ke-5: Berdasarkan hasil wawancara dapat dinyatakan bahwa masalah yang masih sulit oleh guru adalah memilih masalah yang cocok untuk ditangani dengan PTK.
Paragraf ke-6: Hal lain yang juga agak sulit untuk dipahami guru selama pelatihan adalah menentukan bentuk asesmen yang tepat untuk mengukur apakah masalah yang dihadapi bisa dipecakhan atau tidak.
PENUTUP Paragraf ke-1: Dengan demikian disarankan agar guru-guru selalu meningkatkan pemahamannya tentang strategi pembelajaran inovatif dan penelitian tindakan kelas dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
Nama: Nurma Lega Astuti NPM: A1A009071 Mata Kuliah: Membaca Dosen: Arono, M.Pd TUGAS ARTIKEL JURNAL Tanggal: 25 November 2009
Judul Jurnal: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Volume Jurnal: 41 No.1 Januari 2008 Universitas Pendidikan Ganesha Judul Artikel: Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di Sekolah Dasar Kecamatan Buleleng Melalui Pelatihan Strategi Pembelajaran dan Penelitian Tindakan Kelas Jumlah Halaman Artikel: 7 halaman
METODOLOGI KEGIATAN Paragraf ke-1: Sesuai dengan judul dari kegiatan ini, maka metode yang dipakai untuk mengumpulkan data adalah pelatihan dan workshop (Training and Workshop =TW).
Paragraf ke-2: Tabel 01 diatas menunjukkan bahwa criteria keberhasilan kegiatan dapat diukur dengan membandingkan kondisi dan kompetensi peserta sebelum dan setelah pelaksanaan P2M dilaksanakan.
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN Paragraf ke-1: Setelah melaksanakan kegiatan yaitu berupa pelatihan dengan topic kajian Penelitian Tindakan Kelas dan strategi pembelajaran inovatif, dapat dilaporkan bahwa kompetensi peserta di bidang penelitian tindakan kelas dan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran meningkat. Paragraf ke-2: Berdasarkan hasil yang dinyatakan dalam table 02 di atas, dapat dinyatakan bahwa pelatihan yang diberikan oleh Tim Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Undiksha mampu meningkatkan wawasan, pengetahuan, dan ketrampilan guru dalam merancang pembelajaran, melaksanakan pembelajaran maupun dalam menentukan dan membuat asesmen untuk mengukur kompetensi siswa.
Paragaraf ke-3: Dalam hal penelitian tindakan kelas, dapat dinyatakan bahwa guru mempuyai pemahaman yang jelas tentang penelitian tindakan kelas.
Paragraf ke-4: Pengakuan peserta didukung oleh hasil pekerjaan mereka seperti yang dijelaskan dalam table diatas yang menunjukkan hasil yang memuaskan.
Paragraf ke-5: Berdasarkan hasil wawancara dapat dinyatakan bahwa masalah yang masih sulit oleh guru adalah memilih masalah yang cocok untuk ditangani dengan PTK.
Paragraf ke-6: Hal lain yang juga agak sulit untuk dipahami guru selama pelatihan adalah menentukan bentuk asesmen yang tepat untuk mengukur apakah masalah yang dihadapi bisa dipecakhan atau tidak.
PENUTUP Paragraf ke-1: Dengan demikian disarankan agar guru-guru selalu meningkatkan pemahamannya tentang strategi pembelajaran inovatif dan penelitian tindakan kelas dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
NAMA: GUNTARI RAHMA WANTI NPM: A1A009009 DOSEN: ARONO KELAS: B SEMESTER: 1(SATU) NAMA JURNAL: JURNAL ILMU PENDIDIKAN VOLUME: JILID 7 NO.1 JUDUL ARTIKEL: IKLIM ORGANISASI JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN PENULIS: HUSAINI USMAN JUMLAH HALAMAN ARTIKEL: 7 IDE POKOK: PARAGRAP: 1.HARAPAN PARA PENDIDIK MENGENAI IKLIM ORGANISASI 2.NILAI AKREDITASI DAN PERMASALAHANNYA 3.PENGERTIAN IKLIM ORGANISASI 4.DESAIN PENELITIAN BERSIFAT SEMENTARA,INFORMAN BERSIFAT BOLA SALJU, INSTRUMEN 5.HASIL PENELITIAN GUION,JAMES DAN JONES, HOY, KEEFE 6.DIMENSI IKLIM ORGANISASI JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN FPTK IKIP YOGYAKARTA 7.KONSEP DIMENSI 8.KESAMAAN DAN PERBEDAAN TEMAN DIMENSI IKLIM ORGANISASI
Nama jurnal : ILMU PENDIDIKAN Penulis : Rudi Afriazi Volume : FEBUARI 2000, Jilid 7, nomor 1 Judul Artikel : Pembelajaran Bahasa Inggris di Perguruan Tinggi Menghadapi Tantangan Abad XXI
P.1 Penting peranan nya dalam penyimpanan dan penyebaran informasi P.2 Menyiapkan SDM P.3 Kemampuan bahasa inggris dosen yg baru lulus perguruan tinggi sangat rendah P.4 Tuntutan untuk mampu berbahasa inggris terus meningkat P.5 Tidak mampu berkomunikasi dalam bahasa inggris P.6 MKBI belum mendapat perhatian serius P.7 Saat ini MKBI diklasifikasikan sbg MKU P.8 Terdiri dr kurikulum inti & kurikulum lokal P.9 B.inggris merupakan dasar keahlian dlm prodi masing2 P.10 Pembentukan kepribadian dan sikap P.11 Dua kredit untuk MKBI P.12 Kemampuan MKBI yg sangat lemah P.13 pENDEKATAN PENGAJARAN TIDAK JELAS P.14 Materi yg diberikan sangat sulit P.15 MKBI ditempatkan pada kelas_kelas sesuai permintaan P.16 Kemampuan SLTA yg rendah P.17 Fasilitas pendukung yg terbatas P.18 Msalah di MKBI P.19 Mengharapkan agar tamatan perguruan tinggi mampu berkomunikasi dlm berbahasa inggris P.20 Perubahan harus mendasar dan melibatkan banyak pihak P.21 Tujuan & target minimal yg harus dicapai P.22 Abad XXI MEMERLUKAN SARJANA YG MAMPU BERKOMUNIKASI B.IGGRIS P.23 4 Unsur keterampilan berbahasa P.24 Difokuskan pd bidang ilmu yg di pelajari P.25 Menguraikan klasifikasi P.26 Tes kemampuan Bahasa inggris P.27 Minimal mengambil MKBI P.28 Matakuliah tidak berkredit P.29 Sistem kredit matakuliah P.30 Sistem kredit sesuai dgn ketentuan P.31 4 Jam untuk kegiatan terstruktur & 4 jam untuk kegiatan mandiri P.32 Target MKBI P.33 Mahasiswa diberikan pilihan P.34 Pusat Belajar Bahasa Inggris Mandiri P.35 Pendukung pelaksanaan MKBI P.36 Metode pengajaran P.37 Mencari bentuk metode pengajaran P.38 Latar belakang kemampuan b.inggris P.39 Kredit tiap semester P.40 Tes Penempatan P.41 Sistem tes penempatan P.42 Isi kelas yg terlalu besar P.43 Kaitan dgn lulusan SLTA yg rendah P.44 Survey P.45 Fasilitas yg terbatas
NAMA : YURIKANITA NPM : A1A009035 PRODI : SASTRA INDONESIA FAKULTAS KIP DOSEN: ARONO KELAS : B TGL : 25 11 09
NAMA JURNAL : ILMU PENDIDIKAN VOLUME : FEBRUARI 2000, JILID 7, NOMOR 1 JUDUL ARTIKEL : EVALUASI KURIKULUM 1994 MENURUT PERSEPSI GURU DAN SISWA SMU PENULIS : SUKAMTO HALAMAN ARTIKEL : 13 HAL
PARAGRAF 1 kurikulum disemua jenjang dan jalur pendidikan diindonesia PARAGRAF 2 berbagai karakteristik kurikulum 1994 PARAGRAF 3 pergantian kurikulum persekolahan PARAGRAF 4 proses evaluasi kurikulum PARAGRAF 5 pentingnya kurikulum secara formatif PARAGRAF 6 mengintegrasikan pengembangan profesional dan meningkatkan mutu pendidikan PARAGRAF 7 meningkatkan minat dan kebutuhan suatu kurikulum PARAGRAF 8 pengembangan kurikulum PARAGRAF 9 dinamika interaksi pembelajaran' PARAGRAF 10 pentingnya evaluasi kurikulum PARAGRAF 11 populasi yg menjadi wilayah generalisasi penelitian PARAGRAF 12 evaluasi mata pelajaran PARAGRAF 13 teknik pengumpulan data dalam lukakarya evaluasi kurikulum PARAGRAF 14 jawaban guru terhadap pertanyaan evaluasi PARAGRAF 15 hambatan yang dihadapi guru PARAGRAF 16 persepsi guru tentang setiap mata pelajaran PARAGRAF 17 fisika : pembelajaran sudah berjalan seperti diharapkan PARAGRAF 18 kinia : dirasakan kekurangan guru kimia PARAGRAF 19 matematika : urutan materi dalam GBPP tidak sesuai PARAGRAF 20 biologi : kesul;itan penyelenggaraan pratikum PARAGRAF 21 ekonomi : ada keterbatasan kelengkapan perangkat kurikulum PARAGRAF 22 geografi : belum tersedia pembelajaran geografi yang memadai PARAGRAF 23 sosiologi : ada kelangkaan buku PARAGRAF 24 PPKN : gairah belajar siswa yang rendah PARAGRAF 25 sejarah : ada kerancuan materi dan sitematis sejarah PARAGRAF 26 bahasa indonesia : buku dirasakan belum lengkap Paragraf 27 bahasa inggris : pendekatan komunikatif belum dapat dijalankan karena kurang sinkron dengan sistem instrumen evaluasi PARAGRAF 28 kesenian : proses pembelajaran masih sangat tergantung kemampuan masing-masing guru PARAGRAF 29 beberapa kelemahan penyesuaian kurikulum PARAGRAF 30 renponden siswa dalam penelitian evaluasi PARAGRAF 31 relevansi dan daya dukung buku paket belum maksimal PARAGRAF 32 fisika : pembelajaran dinilai masih tradisional PARAGRAF 33 kimia: kekurangan waktu dan sarana laboratorium PARAGRAF 34 matematika : siswa merasa pembelajaran terlalu teoritis PARAGRAF 35 biologi: kapasitas ruangan dan sarana lab kurang memadai PARAGRAF 36 ekonomi : siswa menyatakan guru-guru kurang menguasai beberapa topik PARAGRAF 37 Geografi : siswa merasa kurangnya pembekalan untuk UMPTN PARAGRAF 38 sosiologi : kurangnya koleksi perpustakaan PARAGRAF 39 PPKN : minat siswa belajar rendah PARAGRAF 40 sejarah : mayoritas siswa kurang tertarik dengan cara guru PARAGRAF 41 bahasa indonesia : keluhan siswa terutama pada pembelajaran materi PARAGRAF 42 bahasa inggris : siswa sudah menyadari pentingnnya tetapi masih ada keluhan PARAGRAF 43 kesenian : keluhan guru kesenian kurang profesional PARAGRAF 44 mengevaluasi implementasi kurikulum disekolah
Nama Jurnal : Teknologi Pendidikan Nama Penulis Artikel : Muktiraga's Weblog Volume : 24 Desember 2007 Judul Artikel : E-Learning VS I-Learning
Paragraf 1 Belajar bisa dimana saja tanpa terhalang kendala geografis Paragraf 2 Teknologi internet telah memudahkan proses belajar mengajar Paragraf 3 Pengertian E-Learning mengacu pada pembelajaran yang menggunakan teknologi internet Paragraf 4 E-Learning adalah systim pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik Paragraf 5 Media elektronik sangat membantu proses pembelajaran Paragraf 6 Proses pembelajaran yang berbasis elektronik Paragraf 7 Karakteristik khusus Paragraf 8 Jenis alat elektronik Paragraf 9 Bagian mengenai E-learning Paragraf 10 Computer Based Training Paragraf 11 Sistem CBT Paragraf 12 Keuntungan dari sistem CBT Paragraf 13 Perkembangan Web Based Training Paragraf 14 Video-conferencing yang sangat digemari
Nama : Iztin Syarifah Ma'ani NPM : A1A090013 Kelas : B Semester : 1 (satu) Mata kuliah : Membaca Dosen pembimbing : Arono FKIP Prodi Bahasa Indonesia.
Identitas Jurnal. Nama Jurnal : Jurnal Ilmu Pendidikan Volume Jurnal : Jilid 7 nomor 1 Judul Artikel : Peningkatan Kemampuan Siswa Memahami Puisi dengan Model Strata Norma. Penulis Artikel : Nurhayati dan Yuli Karsiah Jumlah halaman artikel : 9 halaman.
Ide pokok dari setiap paragraf.. Paragraf : 1. Pembelajaran satra 2. Penyebab bermasalahnya pembelajaran sastra 3. Penyebab bermasalahnya pembelajaran sastra faktor eksternal 4. Hasil evaluasi baca puisi 5. Cara mempertinggi kualitas pembelajaran puisi 6. Mengembangkan kegiatan belajar mengajar secara bervariasi 7.Model strata norma 8.model strata norma 9.Lapis bunyi 10.Lapis arti 11.Lapis yang berupa objek-objek 12.Lapis dunia atau realita 13.Lapis metafisis 14.Analisis strata norma 15. Penerapan analisis 16.Penerapan analisis 17. Metode penelitian tindakan 18. Subjek penelitian 19. Cara penganalisisan data (kualitatif dan kuantitatif) 20.Dua segi keberhasilan penelitian tindakan 21.Segi proses 22.Segi hasil pembelajaran 23.Hasil tes awal 24.Rendahnya nilai siswa 25.Gagalnya tes para siswa 26.Berhasilnya tes 27.Persentasi siswa yang berhasil tes 28.Tujuan pelaksanaan siklus 29.Hasil pelaksanaan siklus 30.Materi membaca puisi 31.Penyebab siswa tidak dapat mengikuti pembelajaran lapis bunyi 32.Kebingungan siswa 33.Rima akhir 34.Pola terusan 35.Proses penyelesaian unsur lapisan 36.Model strata norma 37.Perlunya dilakukan siklus dua. 38.Pembahasan materi siklus dua 39.Antusiasme siswa 40.Pembahasan siswa. 41.Siswa mampu membahas puisi 42.Pembahasan rima 43.Perbedaan pola rima 44.Lanjutan proses penemuan rima 45.Pembahasan tema 46.Proses tindakan siklus dua 47.Refleksi akhir siklus dua 48.Faktor kesulitan siswa 49.Cara menguji kemampuan pemahaman siswa 50.Tingkat kesulitan puisi 51.Suasana saat tes 52.Penyebab penurunan nilai 53.Penurunan nilai 54.Peningkatan pemahaman puisi 55.Perlunya Lembar Kerja Siswa 56. Kekurangan model strata norma
Nama jurnal:jurnal mimbar pendidikan Penulis:Haryono Sudriamunawar Volume:No4 thn 2002 penerbit:University press upi Judul artikel:Fungsi ilmu komunikasi dalam pendidikan nasional
Paragraf 1:Manusia menghendaki sesuatu yang paling baik Paragraf 2:bebas memperoleh berbagai informasi Paragraf 3:Timbul persoalan baru Paragraf 4:paradigma bersifat linier Paragraf 5:Tidak perlu adanya kemampuan akademik Paragraf 6:ilmu komunikasi harus lebih berperan Paragraf 7:Menjadi fasilitator dan mediator Paragraf 8:menjaga keseimbangan antara nilai nilai akademik dengan profesionalisme Paragraf 9:menghasilkan lulusan yang mempunyai kemampuan akademik dan profesionalisme Paragraf 10:Rusaknya sendi sendi kehidupan manusia Paragraf 11:Bangsa indonesia harus berjuang Paragraf 12:Transaksi komunikasi Paragraf 13:Hasil pendidikan Paragraf 14:Memahami proses komunikasi secara utuh Paragraf 15:Cara untuk menjaga agar ilmu komunikasi tetap survive
IDENTITAS JURNAL Nama : JURNAL ILMU PENDIDIKAN Judul Artikel : Cara Guru Memotivasi dan Pengaruhnya terhadap Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran Penulis : Hj.Zahera Sy Volume : Februari 2000,Jilid 7 No.1
Ide-ide pokok tiap paragraf
PARAGRAF 1 Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakan PARAGRAF 2 Kenyataan bahwa seringkali guru yang aktif,siswa hanya penonton PARAGRAF 3 Guru kurang memahami siapa anak didik dan bagaimana cara membangkitkan minat siswa PARAGRAF 4 Tujuan guru adalah untuk membangkitkan motivasi siswa PARAGRAF 5 Cara yang dapat dilakukan guru untuk memotivasi siswa PARAGRAF 6 Cara guru memotivasi siswa dalam penelitian PARAGRAF 7 Pengertian keaktifan siswa PARAGRAF 8 Jenis aktivitas dalam kegiatan belajar mengajar PARAGRAF 9 Penelitian dalam mata pelajaran IPS PARAGRAF 10 Tujuan pengajaran IPS PARAGRAF 11 Tujuan penelitian PARAGRAF 12 Metode dan lokasi penelitian PARAGRAF 13 Hasil observasi PARAGRAF 14 Pengamatan terhadap metode yang digunakan PARAGRAF 15 Tidak ada hubungan antara pemberian motivasi oleh guru kepada siswa dengan aktivitas siswa dalam proses belajar PARAGRAF 16 Pembahasan hasil analisis PARAGRAF 17 Tujuan pengajaran adalah mula dan muara dari kegiatan belajar mengajar PARAGRAF 18 Menggunakan metode yang bervariasi merupakan salah satu cara memotivasi siswa PARAGRAF 19 Guru menciptakan suasana persaingan dalam kelas PARAGRAF 20 Guru diharapkan mengoreksi hasil pekerjaan siswa dan memberitahukan hasilnya PARAGRAF 21 Pemberian hadiah merupakan faktor motivasi yang positif PARAGRAF 22 Guru hendaknya memperhatikan lingkungan PARAGRAF 23 Faktor lingkungan belajar juga menentukan motivasi PARAGRAF 24 Masih banyak guru yang belum menerapkan cara memotivasi dalam proses belajar PARAGRAF 25 Aktivitas siswa ditentukan oleh faktor dalam diri siswa dan faktor dari luar PARAGRAF 26 Kesimpulan PARAGRAF 27 Saran: Guru hendaklah memperhatikan suasana kelas
NAMA :MARDATILLAH NPM :A1A009017 PRODI :SASTRAINDONESIA FAKULTAS:KIP DOSEN :ARONO TANGGAL:25112009
NAMA JURNAL:ILMU PENDIDIDKAN VOLUME JURNAL :FEBRUARI 2000,JILID 7 NO 1 JUDUL ARTIKEL :MENGOPTIMALKAN KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI UNTUK MENINGKATKAN KESEGARAN JASMANI PESERTA DIDIk SEKOLAH DASAR PENULIS :R.P.M.Junusul Hairy jumlah halaman :12 halaman
Paragraf 1 Menghasilkan manusia yang berkualitas Paragraf 2 Tujuan pendidikan nasional Paragraf 3 Menata kembali kurikulum Paragraf 4 Pertimbangan surat kepetusan mendikbud Paragraf 5 Intensifikasi penyelenggaraan pendididkan Paragraf 6 Peranan pendidikan jasmani merangsang pertumbuhan dan perkembang manusia Paragraf 7 Pembinaan olahraga usia dini masih sangat memprihatin kan Paragraf 8 Murid yang di ajar oleh guru pendidikan jasmani,peningkatan kesegaran jasmaninya jauh lebih tinggi Paragraf 9 Belum terpenuhi anggaran Paragraf 10 Memberikan ide p0kok Paragraf 11 Merekrut guru pendidikan jasmani Paragraf 12 Program kegiatan peningkatan mutu tenaga pendidik Paragraf 13 Upaya peningkatan mutu pengajaran Paragraf 14 Guru pendidikan jasmani denagn guru kelas bisa menjadi mitra Paragraf 15 Mnentukan nilai Paragraf 16 Mengidentifikasi Tujuan Paragraf 17 Menentukan tanggal pretesting Paragraf 18 Mengembangkan kartu catatan kesegaran jasmani Paragraf 19 Menyiapkan murid-murid untuk penilaian kesegaran jasmani Pragraf 20 Guru kelas membantu guru pendidikan jasmani di dalam melaksanakan testing Paragraf 21 Guru pendidikan jasmani mengadakan diskusi Paragraf 22 Setiap murid diberi kesempatan untuk berpartisipasi didalam latihan kesegaran jasmani Pragraf 23 Aktivitas untuk mengembangkan 5 komponen kesehatan Paragraf 24 Menggunakan atribut umum disiplin akademik Paragraf 25 Guru pendidikan jasmani mengintegrasikan konsep pengajaran kesegaran jasmani melalui berbagai aktivitas Paragraf 26 Guru kelas mengajar kesehatan yang berhubungan dengan konsep kesegaran jasmani melalui berbagai aktivitas Paragraf 27 Menentukan tanggal Pragraf 28 Menentukan policy Pragraf 29 Mempergunakan hasil posttest Paragraf 30 Cara menimbulkan antusiasme murid terhadap pendidikan jasmani Paragraf 31 Peningkatan mutu guru pendidikan jasmani Paragraf 32 Mengajar murid-murid untuk lebih aktif berpartisipasi Pragraf 33 Kerjasama guru pendidikanjasmani9 dengan guru-guru kelas lainnya dan terutama kepala sekolah Paragraf 34 Memberi kesempatan kepada murid-murid untuk melakukan self-testing Paragraf 35 Cara kreatif untuk berbagai aktivitas kesegaran jasmani Paragraf 36 Pemanfaatan sisa ruangan kelas untuk dipergunakan sebagi sarana dalam melakukan self-testing
NAMA:ERNA SARI NPM:A1A009005 Mata Kuliah:membaca Pembimbing:Pak Arono Tanggal:25 november 2009
Judul Artikel: Pendidikan Sebagai Investasi Jangka Panjang Penulis :Drs Nurkolis,MM Topik : Investasi Pendidikan
Ide pokok Paragraf 1: Sumber daya Indonesia masih sangat lemah,untuk mendukung perkembangan industri dan ekonomi.
Ide pokok paragraph 2 :Pemerintah Indonesia mulai melirik pendidikan sebagai investasi jangka panjang,setelah selama ini pendidikan terabaikan.
Ide pokok Paragraph 3 : Pedidiakan adalah alat untuk perkembangan ekonomi bukan sekedar pertumbuhan ekonomi.
Ide pokok paragraph 4 : Semakin berpendidikan seseorang maka tingkat pendapatannya semakin baik.
Ide pokok paragraph 5 : Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia yang memberi manfaat moneter ataupun nonmoneter.
Ide pokok paragraph 6 : Sumber daya manusia yang berpendidikan akan menjadi modala utama pembangunan nasonal,terutama untuk perkembangan ekonomi.
Ide pokok paragraph 7: Investasi pendidikan memberikan nilai baik yang lebih tinggi dari pada investasi fisik di bidang lain.
Ide pokok paragraph 8 : Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka manfaat sosialnya semakin kecil .
Ide pokok paragraph 9 : Yang menikmati pendidikan di PTN adalah beraal dari masyarakat mampu.
Ide pokok paragraph 10 : Yang diperlukan di Indonesia adalah pendidikan dasar dan bukan pendidikan yang canggih.
Ide pokok paragraph 11: Investasi dalam pendidikan memiliki banyak fungsi selain fungsi teknis- ekonomi, fungsi politis, fungsi budaya , dan fungsi kependidikan.
Ide pokok paragraph 12: Fungsi politis merujuk pada sumbangan pendidikan terhadap perkembangan politik pada tingkatan social yang berbeda .
Ide pokok paragraph 13 : Fungsi budaya merujuk pada sumbangan pendidikan pada peralihan dan perkembangan budaya pada tingkatan sosial yang berbeda.
Ide pokok paragraph 14 : Apabila kita ingin mencetak generasi penerus yang mandiri,bermoral, dewasa, dan bertanggung jawab.konsekwensinya , semua yang terlibat dalam dunia pendidikan Indonesia harus mampu memberikan suri tauladan yang bisa jadi panutan generasi muda.
Ide pokok paragraph 15 : Semua pejabat mulai dari level tertinggi hingga terendah di legislative, eksekutif, dan yudikatif, harus segera menghentikan segala bentuk petualangan mereka yang hanya ingin mengejar kepentingan pribadi atau kelompok sesaat denganmengorbankan kepentingan Negara.
NAMA: YUNI ANGGRAINI NPM: A1A009033 MATA KULIAH : MEMBACA PEMBIMBING : PAK ARONO TANGGAL : 25 NOVEMBER 2009
Judul artikel : PENDIDIKAN NASIONAL YANG BERMORAL Topik: Pendidikan Nasional Tanggal : 23 januari 2003 Penulis : Amirul Mukminin
Ide pokok
Paragraf 1 : Generasi muda saat ini mudah emosi dan lebih mengutamakan otot dari pada pikiran. Paragraph 2 : Oknum pelajar dan mahasiswa banyak melakukan tindakan kriminal
Paragraph 3 : Tindakan KKN dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai latar belakang pendidikan tinggi baik dalam negeri maupun luar negeri
Paragraph 4 : Untuk menyiapkan generasi penerus yang bermoral ,beretika,sopan,santun, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa membutuhkan waktu yang lama.
Paragraph 5 : Pendidikan Nasional dan Nasib generasi penerus memiliki hubungan yang sangat erat.
Paragraph 6 Perubahan dalan Pendidikan nasional jangan hanya terpaku pada perubahan kurikulum, peningkatan anggaran pendidikan, dan perbaikan fasilitas.
Paragraph 7 : Anggaran pendidikan yang tinggi belum tentu mengubah dengan cepat kondisi pendidikan kita saat ini.
Paragraph 8 : Guru harus berlaku adil dan hilangkan perbedaan. Paragraph 9 : Pendidikan nasional kita telah berlaku tidak adil dan membuat perbedaan diantara para peserta didik.
Paragraph 10 : Buatlah perbedaan yang bisa menumbuhkan peserta didik yang mandiri,bermoral,dewasa dan bertanggung jawab.
Paragraph 11 : Pendidikan nasinal kita belum mengajarkan bagaimana berlaku adil dan menghilangkan perbedaan.
Paragraf 12 : Pejabat harus segera berbenah diri dan mengubah prilaku.
Paragraph 13 : Jangan salahkan jika generasi muda saat ini meniru apa yang telah pejabat lakukan.
Paragraph 14 : Semua pejabat di Negara ini mulai saat ini harus bertanggung jawab dan konsisten dengan ucapannya kepada rakyat.
Paragraph 15 :Pendidikan nasional selama ini telah mengenyampingkan banyak hal .
Paragraph 16 : Dalam dunia pendidikan banyak terjadi penyimpangan- penyimpangan yang sangat parah dan pelakunya adalah orang-orang yang mengerti tentang pendidikan .
Paragraph 17 : Setiap awal tahun ajaran baru pendidikan tingkat dasar sampai menengah sama parahnya.
Paragraph 18 : Pendidikan nasional harus bisa mencetak generasi muda yang bermoral. Paragraph 19 : Proses transformasi ilmu pengetahuan terhadap peserta didik harus dilakukan dengan cara yang bermoral pula. Paragraph 2 : Fungsi kependidikan merujuk pada sumbangan pendidikan terhadap perkembangan dan pemeliharaan pendidikan pada tingkat social yang berbeda .
Paragraph 21 : Semakin berpendidikan maka semakin baik ststus social seseorang dan penghormatan masyarakat terhadap orang yang berpendidikan lebih baik dari pada yang kurang berpendidikan.
Paragraph 22 : Iinvestasi dalam bidang pendidikan tidak semata-mata untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi tetapi lebih luas lagi.
Paragraph 23 : Investasi jangka panjang harus menjadi pilihan utama.
NAMA : ASRI DYARTI NPM : A1A009047 DOSEN : ARONO,M.Pd TANGGAL PEMBUATAN : 25/11/2009
Nama Jurnal : Mimbar Pendidikan Volume : 4 tahun XXII 2002 Judul Artikel: Menumbuhkan Masyarakat Terdidik Penulis : Dr. Andrea Bintoro, Drs, S.E., MS Jumlah halaman artikel : 5 halaman
Ide Pokok Setiap Paragraf : Paragraf 1 : Tulisan ini berusaha menggambarkan betapa pentingnya menumbuhkan masyarakat terdididk yaitu masyarakat yang cerdas dan etis. Paragraf 2 : Penanaman dan penumbuhan nilai etis itu sebaiknya dilaksanakan pada masa peka yaitu masa anak belajar di sekolah dasar. Paragraf 3 : kata kunci (Disiplin, Etik, Etika) Paragraf 4 : Kemelekatan pada kelompok sosial (Mendidik, Moralitas, Otonomi manusia, Plagiat) paragraf 5 : Pengertian masyarakat terdidik Paragraf 6 : Pengertian etika menurut Latulhamalo Paragraf 7 : Pengertian pendidikan etik Paragraf 8 : Pendapat Durkheim (1973:2) tentang pendidikan etik Paragraf 9 : Pendidikan yang murni rasional Paragraf 10 : Perubahan yang bersifat revolusioner Paragraf 11 : Menurut Durhkeim jiwa disiplin ialah unsur pertama moralitas Paragraf 12 : Beberapa unsur dalam karakter etis yang hanya dikaitkan dengan disiplin Paragraf 13 : Masyarakat memenuhi syarat sebagai tujuan perbuatan etis Paragraf 14 : Kemerdekaan kepada kelompok sosial ialah unsur moralitas yang kedua Paragraf 15 : Pendapat Durkheim tentang otonomi Paragraf 16 : Otonomi ialah unsur etik yang ketiga Paragraf 17 : Aturan moral atau etis harus secara bebas diinginkan dan diterima karena dipahami. Paragraf 18 : Setiap aspek kurikulum mengandung banyak hal tentang maslah etis dan moral Paragraf 19 : Pendidikan moral itu disebut kognitif Paragraf 20 : Dewey menekankan bahwa tujuan pendidikan ialah perkemnbangan baik intelektual maupun etis Paragraf 21 : Pendapat Kohlberg tentang nalar Paragraf 22 : Pendapat Kohlberg mengenai tindakan moral etis Paragraf 23 : Fakto-faktor tindakan moral-etis Paragraf 24 : Adanya ketidakjujuran pada tenaga pengajar PAragraf 25 : Plagiat atau penjiplakan telanjang paragraf 26 : Tenaga pegajar yang melanggar prinsip etis dan kode etik jabatannya Paragraf 27 : ganbaran umum mengenai isi dari artikel "Meraih Gelar dengan Nyontek" Paragraf 28 : Keadaan masyarakat dan pendidikan Indonesia dalam keadaan kritis Paragraf 29 : Keinginan penulis agar kita mengintrospeksi diri yang disampaikan secara tidak langsung.
NAMA : EKIS WILA NPM : AIA009057 DOSEN :ARONO,M.Pd Tanggal pembuatan: 251109
Identitas jurnal: Nama jurnal: Mimbar Pendidikan(Pengajaran Budaya dan Sastra) Volume: No.4 Tahun XXI 2002 Judul Artikel: Fungsi Ilmu Komunikasi dalam Pendidikan Nasional. Penulis Artikel: Dr.Haryono Sudriamunawar,M.S.(Universitas Nurtanio Bandung)
Ide Pokok setiap paragraf: Paragraf 1: manusia cenderung dapat melakukan segala sesuatu dengan cara yang dianggapnya paling mudah. Paragraf 2: Di zaman globalisasi ini manusia sangat bebas memperoleh berbagai informasi dengan muda. paragraf 3: Timbul persoalan baru yaitu berupa ketepatan pemberian makna informasi sesuai konteks. Paragraf 4: Paradigma ilmu komunikasi harus mengalami perubahan(konvergen). Paragraf 5:Di Indonesia masih nampak bahwa konsentrasi lebih tertuju kapada kemampuan professional. Paragraf 6: Nampaknya masyarakat telah terjebak kepada kehidupan yang serba pragmatis. Paragraf 7: Fungsi dan peran ilmu komunikasi harus mampu menjadi fasilitator dan mediator. Paragraf 8: Ilmu komunikasi tetap memberikan kontribusi yang kondusif.
Tuntutan Pendidikan Nasional Paragraf 9: Dalam UU No.2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional. Paragraf 10: Transaksi komunikasi antar manusia harus bisa berjalan dengan sebaik-baiknya. Paragraf 11: Bangsa Indonesia harus berjuang demi terselenggaranya kehidupan yang lebih demokratis. Paragraf 12: Proses untuk memperoleh informasi melalui transaksi komunikasi merupakan hak bagi semua orang tanpa adanya perbedaan. Paragraf 13: Kebijakan negara adalah serangkaian keputusan yang saling berkaitan yang diambil oleh seoarang aktor politik. Paragraf 14: Kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah dibidang pendidikan nasional harus diarahkan. Paragraf 15: Proses belajar mengajar pada dasarnya merupakan proses komunikasi. Paragraf 16: Cara untuk menjaga agar ilmu komunikasi.
Ilmu komunikasi dan tantangannya paragraf 17: Pertumbuhan dan perkembangan informasi serta teknologi komunikasi dalam era globalisasi. Paragraf 18: Akibatnya akan dapat mempengaruhi persepsi dan perilaku masing-masing individu yang dapat terjadi baik secara revolusi maupun evolusi. Paragraf 19: Perilaku manusia hanya didorong oleh emosi sesuatu yang lepas dari pengaruh kognisi dan afeksinya. Paragraf 20: Tantangan ilmu komunikasi agar transaksi komunikasi menjadi terarah efektif dan efesien. Paragraf 21: Untuk mengembalikan manusia agar memahami jati diri. Paragraf 22: Di tingkat nasional para pembina ilmu komunikasi harus dapat mempengaruhi dan menciptakan kondisi yang favourable. Paragraf 23 : Dalam kehidupan yang demokratis harkat dan martabat manusia memperoleh tempat yang utama. Paragraf 24 : Dewasa ini komunikasi interpersonal telah berjalan dengan bebas. Paragraf 25 : Sikap komunikasi pun cenderung mengikuti atau melayani sikap komunikator yang terkesan melaksanakan kehendak. Paragraf 26 : Keadaan tersebut merupakan pencerminan dari proses komunikasi yang tidak baik. Paragraf 27 : Untuk menumbuhkan kehidupan masyarakaat suatu bangsa yang demokratis diperlukan pendorong terciptanya kondisi yang favourable. Paragraf 28 : Efek dari globalisasi informasi dan komunikasi. Paragarf 29 :Komunikasi harus tetap memegang suatu filosofi bangsa. Paragarf 30 : Aktualisasinya harus dipertimbangkan secara profesional. Paragraf 31 : Ilmu komunikasi sebagi salah satu sub system dari system pendidikan nasional.
NAMA: HESTI JUWITA NPM: A1A009063 DOSEN: ARONO TANGGAL PEMBUATAN: 25 NOVEMBER 2009
NAMA JURNAL: PENDIDIKAN NASIONAL NAMA PENULIS: HADA AHKAMAJAYA (MAHASISWA UIN SUNAN KALIJAGA YOGYA) VOLUME: EDISI 19 DESEMBER 2007 JUDUL ARTIKEL: KEMBALIKAN PENDIDIKAN INDONESIA
ide pokok artikel ini adalah
PARAGRAF 1: kehidupan modern menuntut kehidupan yang layak.
PARAGRAF 2: cita-cita bangsa.
PARAGRAF 3: Tugas utama dari pendidikan.
Paragraf 4: mewujudkan mutu pendidikan di Indonesia.
Nama : Valentia Nanda Pratiwi Npm : A1A009079 Dosen : Arono,M.Pd Tanggal : 261109
Identitas Jurnal: Nama Jurnal : Jurnal Penelitian Pendidikan Dasar Volume : Nomor 5 Tahun II 1998 Judul Artikel : Kemandirian Profesional Guru Dalam Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Penulis : Lely Halimah Jumlah Halaman : 11 Halaman
Ide Pokok Setiap Paragraf: Paragraf 1 : Tujuan pembelajaran IPA paragraf 2 : Kepedulian guru terhadap potensi peserta didik Paragraf 3 : Kemandirian profesional guru Paragraf 4 : Kendala pembelajaran IPA Paragraf 5 : Tujuan penelitian Parargraf 6 : Kajian penelitian dari situasi alamiah kelas Paragraf 7 : Metode penelitian tindakan kelas Paragraf 8 : Rencana peneltian secara kolaborasi inkuiri reflektif Paragraf 9 : aktivitas guru dalam menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar Parargraf 10 : Penentuan sampel ditetapkan melalui teknik purposif sampling Paragraf 11 : Teknik pengumpulan data Paragraf 12 : Langkah-langkah menafsirkan data Paragraf 13 : Perubahan yang mengarah kepada perbaikan tindakan Paragraf 14 : Penelitian menafsirkan temuan dari setiap tindakan secara kolaboratif inkuiri reflektif Paragraf 15 : Kemandirian profesional guru Paragraf 16 : Sikap belajar peserta didik Paragraf 17 : MOdel pembelajaran inkuiri akrab lingkungan Paragraf 18 : Guru banyak berperan sebagai sumber informasi Paragraf 19 : Perubahan terhadap sikap belajar peserta didik Paragraf 20 : Tindakan yang dilakukan oleh guru Paragraf 21 : Perubahan peran-peran guru secara istiqomah Paragraf 22 : Upaya untuk meningkatkan kemandirian profesional dalam memanfaatkan sumber-sumber belajar
Nama : Anggilia jani Crista Npm : A1A009043 Tanggal : 25 November 2009 Dosen : Arono, M.Pd
Identitas Jurnal : Nama Jurnal : Jurnal Pendidikan Dasar Penerbit : Proyek Pendidik Guru SD Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan kebudayaan Jakarta Volume : Edisi Khusus Penelitian Tindakan Kelas Judul Artikel : Usaha Guru Menciptakan Iklim Kelas yang Serasi Bagi terwujudnya Kegiatan Belajar mengajar Yang Optimal Melalui Pelibatan Murid Dalam Pengaturan Fisik Kelas Dan penanganan Gangguan Disiplin Kelas. Pengarang : Aunurrahman
Ide pokok setiap paragraf :
Paragraf 1 : Faktor dan unsur kegiatan belajar mengajar. Paragraf 2 : Perbedaan-perbedaan individu dan suasana kelas yang sesunggguhnya sangat mempengaruhi proses belajar mengajar. Paragraf 3 : Iklim kelas yang kondusif. Paragraf 4 : Perlu melakukan penelitian dan perbaikan yang lebih spesifik terhadap usaha-usaha guru dalam menciptakan iklim kelas yang kondusif bagi terciptanya proses belajar mengajar yang optimal. Paragraf 5 : Tujuan penelitian. Paragraf 6 : Usaha-usaha proses belajar yang akan memberikan kegunaan. Paragraf 7 : Penelitian ini dilakukan dengan mengggunakan ranangan penelitian tindakan kelas. Paragraf 8 : Variable dalam penelitian. Paragraf 9 : Variable yang berkenaan dengan iklim kelas. Paragraf 10 : Cara memperoleh data. Paragraf 11 : Penggumpulan data dalam penelitian. Paragraf 12 : Analisis data. Paragraf 13 : Cara penafsiran dan penyimpulan. Paragraf 14 : Pelaksanaan penelitian siklus 1. Paragraf 15 : Tindakan pada siklus 1 dapat disimpulkan. Paragraf 16 : Aspek keterlibatan murid dalam rendahnya kegiatan belajar mengajar. Paragraf 17 : Wawancara dengan murid-murid. Paragraf 18 : Kesimpulan siklus 1. Paragraf 19 : Langakh-langkah yang dikembangkan. Paragraf 20 : Prosedur dan langkah-langkah yang memberikan hasil cukup baik. Paragraf 21 : Iklim kelas yang utuh dan serasi dalam kegiatan pembelajaran perlu dijadikan bagian penting dalam suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang utuh. Paragraf 22 : Dampak psikologis yang cukup besar dalam rangka menumbuhkan keikutsertaan mereka dalam memelihara keserasian kelas. Paragraf 23 : Usaha menumbuhkankeberanian dan percaya diri murud agar aktif bertanya dan mengemukakan pendapat dalam kegiatan belajar. Paragraf 24 : Upaya mencitakan suasana tenag dan keterlibatan murid. Paragraf 25 : Pengkajian aspek-aspek makro.
Nama : Anggilia jani Crista Npm : A1A009043 Tanggal : 25 November 2009 Dosen : Arono, M.Pd
Identitas Jurnal : Nama Jurnal : Jurnal Pendidikan Dasar Penerbit : Proyek Pendidik Guru SD Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan kebudayaan Jakarta Volume : Edisi Khusus Penelitian Tindakan Kelas Judul Artikel : Usaha Guru Menciptakan Iklim Kelas yang Serasi Bagi terwujudnya Kegiatan Belajar mengajar Yang Optimal Melalui Pelibatan Murid Dalam Pengaturan Fisik Kelas Dan penanganan Gangguan Disiplin Kelas. Pengarang : Aunurrahman
Ide pokok setiap paragraf :
Paragraf 1 : Faktor dan unsur kegiatan belajar mengajar. Paragraf 2 : Perbedaan-perbedaan individu dan suasana kelas yang sesunggguhnya sangat mempengaruhi proses belajar mengajar. Paragraf 3 : Iklim kelas yang kondusif. Paragraf 4 : Perlu melakukan penelitian dan perbaikan yang lebih spesifik terhadap usaha-usaha guru dalam menciptakan iklim kelas yang kondusif bagi terciptanya proses belajar mengajar yang optimal. Paragraf 5 : Tujuan penelitian. Paragraf 6 : Usaha-usaha proses belajar yang akan memberikan kegunaan. Paragraf 7 : Penelitian ini dilakukan dengan mengggunakan ranangan penelitian tindakan kelas. Paragraf 8 : Variable dalam penelitian. Paragraf 9 : Variable yang berkenaan dengan iklim kelas. Paragraf 10 : Cara memperoleh data. Paragraf 11 : Penggumpulan data dalam penelitian. Paragraf 12 : Analisis data. Paragraf 13 : Cara penafsiran dan penyimpulan. Paragraf 14 : Pelaksanaan penelitian siklus 1. Paragraf 15 : Tindakan pada siklus 1 dapat disimpulkan. Paragraf 16 : Aspek keterlibatan murid dalam rendahnya kegiatan belajar mengajar. Paragraf 17 : Wawancara dengan murid-murid. Paragraf 18 : Kesimpulan siklus 1. Paragraf 19 : Langakh-langkah yang dikembangkan. Paragraf 20 : Prosedur dan langkah-langkah yang memberikan hasil cukup baik. Paragraf 21 : Iklim kelas yang utuh dan serasi dalam kegiatan pembelajaran perlu dijadikan bagian penting dalam suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang utuh. Paragraf 22 : Dampak psikologis yang cukup besar dalam rangka menumbuhkan keikutsertaan mereka dalam memelihara keserasian kelas. Paragraf 23 : Usaha menumbuhkankeberanian dan percaya diri murud agar aktif bertanya dan mengemukakan pendapat dalam kegiatan belajar. Paragraf 24 : Upaya mencitakan suasana tenag dan keterlibatan murid. Paragraf 25 : Pengkajian aspek-aspek makro.
NAMA: GUNTARI RAHMA WANTI NPM: A1A009009 DOSEN: ARONO KELAS: B SEMESTER: 1(SATU) NAMAJURNAL: JURNAL ILMU PENDIDIKAN VOLUME: JILID 7 NO.1 JUDUL ARTIKEL: IKLIM ORGANISASI JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN PENULIS: HUSAINI USMAN JUMLAH HALAMAN ARTIKEL: 7 HALAMAN IDE POKOK: PARAGRAF: 1. HARAPAN PARA PENDIDIK MENGENAI IKLIM ORGANISASI 2. NILAI AKREDITASI DAN PERMASALAHANNYA 3. PENGERTIAN KLIM ORGANISASI TERDAHULU 4. DESAIN PENELITIAN SEMANTARA, INFORMAN BOLA SALJU INSTRUMEN 5. UPAYA PENINGKATAN KREDIBILITAS HASIL PENELITIAN 6. TRANFERABILITAS HASIL PENELITIAN 7. BERDASARKAN KATAGORISASI HUBUNGAN ANTARTEMA, ANTAR HIPOTESIS, KONSEP, DEFINISI,DIMENSI IKLIM ORGANISASI 8. KONSEP DIMENSI IKLIM ORGANISASI JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN FPTK IKIP YOGYAKARTA 9. TEMUAN DEFINISI IKLIM ORGANISASI 10. HASIL PENELITIAN GUION, HOY DAN TARTYER, JAMES DAN JONES, HOY DKK, KEEFE DKK 11. DIMENSI IKLIM ORGANISASI JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN 12. KONSEP DIMENSI 13. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN TEMUAN DIMENSI
NAMA :Lisnia Wati Efendi NPM : A1A009015 DOSEN PEMBIMBING : Arono,M.Pd. TANGGAL :26 november 2009
NAMA JURNAL : bahasa indonesia dan globalisasi nama & E-mail (penulis): Drs. Masnur Muslich, M.Si. VOLUME: 11 oktober 2006 JUDUL ARTIKEL: kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia. JUMLAH HALAMAN : 4 halaman
paragraf 1 bahasa indonesia mempunyai empat kedudukan, yaitu bahasa persatuan, bahasa nasional, bahasa negara, dan bahasa resmi. paragraf 2 bahasa indonesia mempersatuakan bangsa Indonesia yang terdiri atas ratusan suku vangsa atau etnik. paragraf 3 bahasa Indonesia dapat menyerasikan hidup sebagai bangsa yang bersatu tanpa meninggalkan identitas kesukuan. paragraf 4 latar belakang budaya dan bangsa yang berbeda-beda berpotensi untuk menghambat perhubungan antardaerah antarbudaya. paragraf 5 bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan. paragraf 6 bahasa Indonesia merupakan alat pengungkapan perasaan. paragraf 7 bahasa Indonesia dipakai dalam kegiatan kenegaraan. baik lisan maupun tulis. paragraf 8 bahas Indonesia juga sebagai alat penghubung formal pemerintahan dan kegiatan formal lainnya. paragraf 9 bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa budaya dan bahasa ilmu. paragraf 10 bahas indonesia berfungsi sebagai bahasa pengantar lembaga-lembaga pendidikan.
NAMA :Wahyu Lestari NPM : A1A009031 DOSEN : Arono, M.Pd. TANGGAL :26 Nov 2009
NAMA JURNAL : Pentingnya Pendidikan VOLUME : 4 Agustus 2005 JUDUL ARTIKEL : gagal UN karena Bahasa Indonesia topik : lemahnya perhatian terhadap Bahasa Indonesia
1. hasil ujian Nasional tahun pelajaran 2004/2005 2. nilai- nilai perolehan hasil UN 3. bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional 4. motivasi anak untuk mempelajari bahasa indonesia 5. pengajaran bahasa Indonesia di sekolah sebagai salah satu media utama dalam menanamkan pengetahuan bahasa Indonesia 6. pengajaran bahasa Indonesia adalah tanggung jawab guru bahasa Indonesia sepenuhnya. 7. media massa sebagai sarana pemberi informasi 8. mempelajari bahasa asing menjadi tuntutan perkembangan zaman 9. sekolah sebagai media utama pembelajaran bahasa 10. kesalahan-kesalahan penggunaan bahasa Indonesia akan berpengaruh besar terhadap penggunaannya
nama :Agus Budianto Npm :A1A009041 Dosen :Arono Tgl pembuatan :29 November 2009
Nama jurnal :pendidikan jumlah halaman :2 halaman
ide pokok Paragraf 1: Pengertian pendidikan Paragraf 2: Ki Hajar Dewantara mengartikan pddkn sbg upaya untik memajukan budi pekerti, pikiran, serta jasmani anak Paragraf 3: dalam pddkn terdapat dua hal penting, yaitu aspek kognitif(berpikir) dan aspek afektif(merasa) Paragraf 4: pddkn di indonesia sangat tidak memperhatikan aspek afektif Paragraf 5: penyempitan makna dari pddkn itu sendiri
Nama Jurnal : Investasi Pendidikan Nama & E-mail (Penulis): Drs. Nurkolis, MM Judul Artikel : Pendidikan sebagai Investasi Jangka Panjang
Ide Pokok Paragraf 1 : Pemerintah tidak pernah menempatkan pendidikan sebagai prioritas terpenting.
Paragraf 2 : Pentingnya pendidikan sebagai investasi jangka panjang.
Paragraf 3 : Alasan untuk memprioritaskan pendidikan sebagai investasi jangka panjang yang pertama yaitu, pendidikan adalah alat untuk perkembangan ekonomi dan bukan sekedar pertumbuhan ekonomi.
Paragraf 4 : Secara umum terbukti bahwa semakin berpendidikan seseorang maka tingkat pendapatannya semakin baik.
Paragraf 5 : Para penganut teori human capital berpendapat bahwa pendidikan adalah sebagai investasi sumber daya manusia yang memberi manfaat moneter ataupun non-moneter.
Paragraf 6 : Sumber daya manusia yang berpendidikan akan menjadi modal utama pembangunan nasional, terutama untuk perkembangan ekonomi.
Paragraf 7 : Alasan untuk memprioritaskan pendidikan sebagai investasi jangka panjang yang kedua yaitu investasi pendidikan memberikan nilai balik (rate of return) yang lebih tinggi dari pada investasi fisik di bidang lain.
Paragraf 8 : Pilihan investasi pendidikan juga harus mempertimbangkan tingkatan pendidikan.
Paragraf 9 : Model pembiayaan pendidikan yang ditawarkan ini sesuai dengan kritetia equity dalam pembiayaan pendidikan seperti yang digariskan Unesco.
Paragraf 10 : Profesor Kinosita menyarankan bahwa yang diperlukan di Indonesia adalah pendidikan dasar dan bukan pendidikan yang canggih.
Paragraf 11 : Alasan untuk memprioritaskan pendidikan sebagai investasi jangka panjang yang ketiga yaitu investasi dalam bidang pendidikan memiliki banyak fungsi selain fungsi teknis-ekonomis yaitu fungsi sosial-kemanusiaan, fungsi politis, fungsi budaya, dan fungsi kependidikan.
Paragraf 12 : Fungsi politis merujuk pada sumbangan pendidikan terhadap perkembangan politik pada tingkatan sosial yang berbeda.
Paragraf 13 : Fungsi budaya merujuk pada sumbangan pendidikan pada peralihan dan perkembangan budaya pada tingkatan sosial yang berbeda.
Paragraf 14 : Fungsi kependidikan merujuk pada sumbangan pendidikan terhadap perkembangan dan pemeliharaan pendidikan pada tingkat sosial yang berbeda.
Paragraf 15 : Orang yang berpendidikan diharapkan tidak memiliki kecenderungan orientasi materi/uang apalagi untuk memperkaya diri sendiri.
Paragraf 16 : Kesimpulan Jelaslah bahwa investasi dalam bidang pendidikan tidak semata-mata untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi tetapi lebih luas lagi yaitu perkembangan ekonomi.
Paragraf 17 : Perkembangan ekonomi akan tercapai apabila sumber daya manusianya memiliki etika, moral, rasa tanggung jawab, rasa keadilan, jujur, serta menyadari hak dan kewajiban yang kesemuanya itu merupakan indikator hasil pendidikan yang baik.
Nama Jurnal :Pendidikan Nasional Nama & E-mail (Penulis): Amirul Mukminin ,Dosen di UPT - Kebahasaan UNJA/ASM Jambi, Manager LPK Bahasa Inggris-MEC Judul Artikel : Pendidikan nasional yang bermoral Tanggal : 23 January 2003
Ide Pokok Paragraf 1: Generasi muda saat ini yang mudah emosi lebih mengutamakan otot daripada akal pikiran.
Paragraf 2 : Tindakan kriminal banyak dilakukan oleh kalangan terpelajar.
Paragraf 3 : Tindakan KKN banyak dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai latar belakang pendidikan tinggi.
Paragraf 4 : Hal-hal yang memungkinkan terjadinya generasi penerus yang bermoral.
Paragraf 5 : Melalui pendidikan nasional yang bermoral
Paragraf 6 : Seharusnya pendidikan nasional mampu menciptakan pribadi generasi penerus yang bermoral serta berbudi pekerti luhur yang lebih mementingkan kepentingan bangsa.
Paragraf 7 : Dalam dunia pendidikan sering terjadi penyimpangan yang sangat parah.
Paragraf 8 : Perilaku para orang tua (khususnya kalangan berduit) secara tidak langsung mengajari anak-anak mereka bagaimana melakukan kecurangan dan penipuan.
Paragraf 9 : Proses pendidikan harus bisa membawa peserta didik kearah kedewasaan, kemandirian dan bertanggung jawab, sehingga bisa membangun bangsa.
Paragraf 10 : Proses transformasi ilmu pengetahuan harus dilakukan dengan gaya dan cara yang bermoral.
Paragraf 11 : Perubahan dalam pendidikan nasional jangan hanya terpaku pada perubahan kurikulum, peningkatan anggaran pendidikan, perbaikan fasilitas.
Paragraf 12 : Anggaran pendidikan yang tinggi belum tentu dapat mengubah kondisi pendidikan.
Paragraf 13 : Peserta didik harus berlaku adil dan menghilangkan perbedaan.
Paragraf 14 : Gambaran pendidikan nasional.
Paragraf 15 : Buatlah perbedaan yang bisa menumbuhkan peserta didik yang mandiri, bermoral dan bertanggungjawab.
Paragraf 16 : Pejabat harus segera berbenah diri dan mengubah perilaku.
Paragraf 17 : Para pejabat harus membuktikan bahwa mereka adalah hasil dari sistim pendidikan nasional selama ini.
Paragraf 18 : Semua yang terlibat dalam dunia pendidikan Indonesia harus mampu memberikan suri tauladan yang bisa jadi panutan generasi muda.
Paragraf 19 : Mulai sekarang, semua pejabat harus segera menghentikan segala bentuk tindakan mereka yang hanya mengejar kepentingan pribadi dengan mengorbankan kepentingan negara.
Nama Jurnal :Pendidikan Nasional Nama & E-mail (Penulis): Amirul Mukminin ,Dosen di UPT - Kebahasaan UNJA/ASM Jambi, Manager LPK Bahasa Inggris-MEC Judul Artikel : Pendidikan nasional yang bermoral Tanggal : 23 January 2003
Ide Pokok Paragraf 1: Generasi muda saat ini yang mudah emosi lebih mengutamakan otot daripada akal pikiran.
Paragraf 2 : Tindakan kriminal banyak dilakukan oleh kalangan terpelajar.
Paragraf 3 : Tindakan KKN banyak dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai latar belakang pendidikan tinggi.
Paragraf 4 : Hal-hal yang memungkinkan terjadinya generasi penerus yang bermoral.
Paragraf 5 : Melalui pendidikan nasional yang bermoral
Paragraf 6 : Seharusnya pendidikan nasional mampu menciptakan pribadi generasi penerus yang bermoral serta berbudi pekerti luhur yang lebih mementingkan kepentingan bangsa.
Paragraf 7 : Dalam dunia pendidikan sering terjadi penyimpangan yang sangat parah.
Paragraf 8 : Perilaku para orang tua (khususnya kalangan berduit) secara tidak langsung mengajari anak-anak mereka bagaimana melakukan kecurangan dan penipuan.
Paragraf 9 : Proses pendidikan harus bisa membawa peserta didik kearah kedewasaan, kemandirian dan bertanggung jawab, sehingga bisa membangun bangsa.
Paragraf 10 : Proses transformasi ilmu pengetahuan harus dilakukan dengan gaya dan cara yang bermoral.
Paragraf 11 : Perubahan dalam pendidikan nasional jangan hanya terpaku pada perubahan kurikulum, peningkatan anggaran pendidikan, perbaikan fasilitas.
Paragraf 12 : Anggaran pendidikan yang tinggi belum tentu dapat mengubah kondisi pendidikan.
Paragraf 13 : Peserta didik harus berlaku adil dan menghilangkan perbedaan.
Paragraf 14 : Gambaran pendidikan nasional.
Paragraf 15 : Buatlah perbedaan yang bisa menumbuhkan peserta didik yang mandiri, bermoral dan bertanggungjawab.
Paragraf 16 : Pejabat harus segera berbenah diri dan mengubah perilaku.
Paragraf 17 : Para pejabat harus membuktikan bahwa mereka adalah hasil dari sistim pendidikan nasional selama ini.
Paragraf 18 : Semua yang terlibat dalam dunia pendidikan Indonesia harus mampu memberikan suri tauladan yang bisa jadi panutan generasi muda.
Paragraf 19 : Mulai sekarang, semua pejabat harus segera menghentikan segala bentuk tindakan mereka yang hanya mengejar kepentingan pribadi dengan mengorbankan kepentingan negara.
NAMA:SANTI RAHAYU NPM:A1A009075 DOSEN:ARONO TANGGAL PEMBUATAN:11209
NAMA JURNAL:PENDIDIKAN NASIONAL NAMA& E-MAIL (PENULIS):MUHAMMAD KHAIRUL IDAMAN SAYA MAHASISWA UMM VOLUME:EDISI 27 JUNI 2004 JUDUL ARTIKEL:BUAT APA SEKOLAH?
PARAGRAF 1 OPINI ORANG TUA TENTANG PENDIDIKAN
PARAGRAF 2 MASYARAKAT MENILAI KEBERHASILAN SEKOLAH DARI PEKERJAAN
PARAGRAF 3 MENGAPA DUNIA PENDIDIKAN BELUM MEMBERIKAN PENCERAHAN DI TINGKAT MASYARAKAT
PARAGRAF 4 PENDIDIKAN MERUPAKAN UPAYA MEMANUSIAKAN MANUSIA
PARAGRAF 5 MASYARAKAT MEMANDANG DUNIA PENDIDIKAN SEBAGAI INSTITUSI PENYALUR PNS
PARAGRAF 6 MERENUNGI DARI BERBAGAI OPINI
PARAGRAF 7 MENGEMBALIKAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT AKAN PENDIDIKAN
NAMA : watam agus setyawan NPM : A1A009081 DOSEN PEMBIMBING : Arono,M.Pd. TANGGAL :1 desember 2009
NAMA JURNAL : pendidikan dan masa depan nama & E-mail (penulis): Nurkholis(dosen akademi pariwisatanusantara jaya, jakarta) VOLUME: 11 oktober 2006 JUDUL ARTIKEL: pendidkan sebagai investasi jangka panjang JUMLAH HALAMAN : 4 halaman
paragaraf 1. SDM Indonesia masih sangat lemah untuk mendukung perkembanganindustri dan ekonomi. paragaraf 2. pendidikan sebagai investasi jangka panjang paragaraf 3. pendidikan sebagai alat untuk perkembangan bukan sekedar petumbuhan paragaraf 4. tingkat pendidikan mempengaruhi tingkat pendapatan dimasa depan paragaraf 5. pendidikan sebagai investasi SDM paragaraf 6. investasi pendidikan memberi yang lebih dibanding pada investasi fisil lainnya paragaraf 7. pilihan investasi pendidikan juga harus mempertimbangkan tingkat pendidikan. paragaraf 8. pentingnya alokasi pendidikan. paragaraf 9. pendidikan dasar bukan pendidikan yang canggih. paragaraf 10. macam-macam fungsi pendidikan paragaraf 11. fungsi politik paragaraf 12. fungsi sosial budaya. paragaraf 13. fungsi pemelihara pendidikan. paragaraf 14. pendidikan mengangkat status dimasyarakat. paragaraf 15. pendidikan mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
Nama :Feby Jhansen't Nmp :A1A009059 Dosen :Arono Tanggal Pembuatan :1-12-2009
Nama Jurnal :pendidikan nasional Volume :edisi 2009 Judul Artikel :Pendidikan gratis,salah satu pilar pembanngunan dikota bengkulu jumlah Halaman :3 lembar
PARAGRAF 1 Tiga pilar pembangunan di BENGKULU PARAGRAF 2 terbuainya masyrakat akan pendidikan gratis PARAGRAF 3 permasalahan yang ditimbulkan PARAGRAF 4 program pendidikan yang lebih rasional PARAGRAF 5 penggunaan dana bos dengan tepat PARAGRAF 6 pilar ekonomi kerakyatan PARAGRAF 7 pendidikan memerlukan partisipasi masyrakat PARAGRAF 8 pendidikan gratis bagi warga miskin PARAGRAF 9 catatan bagi sekolah dalam pembelajarannya PARAGRAF 10 evaluasi akan dana bos PARAGRAF 11 evaluasi tentang warga miskin PARAGRAF 12 transparansi dalam pendanaan sekolah PARAGRAF 13 pemdidikan yang berkulitas berasal dari hati bukan materi
Judul artikel : artikel pendidikan Jumlah halaman : 7 halaman Volume : 9 Penulis : raden adelina fauizie
Ide pokok :
Paragaraf 1. Terpenuhinya anggaran pendidikan 20% Paragaraf 2. Anggaran harus digunakan secara optimal Paragaraf 3. Pemerintah diharapkan membantu memanfaatkan anggaran Paragaraf 4. Langkah nyata pemerintah belum menunjukan kesiapan Paragaraf 5. Pemerintah kesulitan mengelola anggaran 20%. Paragaraf 6. Pemerintah diharapkan mengambil langkah yang lebih jelas untuk alokasi anggaran. Paragaraf 7. Pendidikan adalah hal terpenting dari banyak aspek. Paragaraf 8. Anggaranmenjadi sia-sia jika persiapan tidak dilakukan Paragaraf 9. Pemerintah bekerja secara terbuka dalam mengelola anggaran. Paragaraf 10. Pemerintah perlu tegas dalam mengembangkan sarana pedidikan. Paragaraf 11. Pentingnhya pandidikan dasar yang diemban angkatan muda. Paragaraf 12. Penyamarataan kurikulum. Paragaraf 13. Perubahan yang diharaokan harus diupayakan. Paragaraf 14. Pengembangan sarana pendidikan menjadi prioritas utama. Paragaraf 15. Masalah pendidika menjadi paling penting dalam sebuah proses pembangunan bangsa. Paragaraf 16. Munculnya UU BHP membuat konflik semakin rumit.
nama : santi rahayu npm :AIA009075 kelas : B tugas : membaca
MEMBACA DENGAN METODE SPEED READING
A. Pengertian Speed Reading Soedarso, Speed Reading (Gramedia, cet. 11,2004) mengatakan “metode speed reading merupakan semacam latihan untuk mengelola secara cepat proses penerimaan informasi”. Seseorang akan dituntut untuk membedakan informasi yang diperlukan atau tidak. Informasi itu kemudian disimpan dalam otak. Speed reading juga merupakan keterampilan yang harus dipelajari agar mampu membaca lebih cepat sekaligus memahami semua yang terkandung di dalam bacaan yang bersangkutan. Tidak ada orang yang dapat membaca cepat karena bakat. Maka itu harus dipahami bahwa membaca cepat bukanlah melulu cepat memecah kode dan segera menyelesaikan sebuah buku. Membaca cepat adalah bagaimana kita dapat membaca dengan pemahaman yang lebih baik dalam waktu lebih cepat serta mengingatnya dengan baik pula. Bersamaan dengan hal tersebut di atas Supriyadi (1995:127) menyatakan “keterampilan membaca yang sesungguhnya bukan hanya sekedar kemampuan menyuarakan lambang tertulis dengan sebaik-baiknya namun lebih jauh adalah kemampuan memahami dari apa yang tertulis dengan tepat dan cepat”. Dengan menggunakan teknik speed reading para siswa diharapkan dapat lebih efesien dalam menggunakan waktu dalam belajar. Data survey menunjukkan bahwa lima dari empat puluh siswa yang telah mampu menggunakan pola speed reading dapat memahami suatu bacaan dengan sama baiknya dengan siswa yang belum menguasai speed reading. Dengan pola pelatihan yang kontiniu diharapkan para siswa dapat membaca dengan kecepatan hingga 800 kata per menit tanpa menghilangkan makna bacaan.
nama : wahyu lestari npm : AIA00931 kelas : B tugas : menyimak
MEMBERDAYAKAN KEMAMPUAN MENYIMAK ANAK Minggu,21 juni 2009 ARTIKEL Menyimak adalah sebuah tindakan menyengajakan diri untuk mendengar. Mendengar suara burung berkicau menangkap gelombang suara melalui daun telinga. Sedangkan menyimak suara burung berkicau adalah menyengaja mendengar apa yang melintasi daun telinga oleh sebuah kesadaran diri. Menyimak adalah cara mendengar dan menerima perasaan serta memberi tanggapan yang bertujuan menunjukkan bahwa kita sungguh–sungguh telah menangkap pesan serta perasaan yang terkandung di dalammnya. Tindakan dalam menyimak diperlukan sebagai cermin, dengan memantulkan kembali, menamai perasaan, serta mengulangi inti pesan yang diungkapkan anak sehingga ia merasa didengar, dipahami dan didukung. Menyimak bukan hanya “masuk telinga kiri keluar telinga kanan” atau sebaliknya. Menyimak ternyata benar–benar mencoba memahami apa yang dikatakan orang lain. Menyimak adalah sebuah proses serius yang tidak bisa dilakukan hanya dengan mengandalkan kebiasaan, refleks atau insting. Keterampilan menyimak telah diajarkan sejak dini. Selama sekolah sebagian besar pelajaran disampaikan melalui ucapan verbal. Bagi murid, menyimak adalah satu–satunya alat terbaik untuk menyerap apa yang disampaikan oleh guru. Beberapa metode ujian dilakukan dengan mendikte soal sehingga yang diuji pada murid bukan hanya kemampuan ingatannya, melainkan juga kemampuan menyimak murid tersebut. Hambatan terutama mengapa anak terkadang tidak mampu menyimak dengan baik adalah karena biasanya anak cenderung hanya ingin mendengar apa yang ingin kita dengar. Inilah yang oleh beberapa pakar disebut sebagai saringan persepsi, atau persepsi selektif. Persepsi selektif ini dibentuk oleh nilai, kepribadian, kepentingan, tujuan, kecerdasan. Persepsi selektif ini mendorong seseorang hanya mau mendengarkan apa yang “menguntungkan” atau sesuai dengan keinginannya. Secara umum, masalah – masalah komunikasi yang dilami anak adalah: a. Sulit menyimak b. Sulit mengikuti perintah yang rumit atau kompleks c. Sulit beriteraksi dan bercakap–cakap d. Kurang kosakata saat bercakap e. Sulit memepelajari warna dan pembilangan g. Gagap h. Sulit memahami tata bahasa dan tata kalimat i. Pengucapan yang tak jelas Keuntungan yang diperoleh dari menyimak adalah: a. Membantu anak untuk mengenal, menerima dan mengerti perasaanya sendiri serta menemukan cara mengatasi perasaan dan masalahnya. b. Merangsang mereka untuk berbicara dan mengemukakan masalahnya sehingga kita dapat mengetahui dengan tepat apa yang sebenarnya dirasakan anak. Dengan demikian perasaan negatif tersebut sedikit demi sedikit akan hilang. c. Menumbuhkan rasa hangat dan mengakrabkan hubungan orang tua dan anak. Kita jadi belajar untuk bisa menerima keunikan anakyang sedang kita dengarkan masalahnya. d. Membuat anak merasa dirinya penting dan berharga e. Membuat anak merasa diterima dan dipahami cenderung akan mudah menerima dan memahami orang lain. f. Membuat anak mau mendengarkan orang tuanya sehingga terjalin kerjasama Bagaimanakah menyimak dengan baik? Ketika menyimak seseorang tidak dapat berbicara. Kata pepatah
NAMA : WAHYU LESTARI NPM : AIA009031 KELAS :B TUGAS : MENYIMAK
MEMBERDAYAKAN KEMAMPUAN MENYIMAK ANAK Minggu,21 juni 2009 ARTIKEL Menyimak adalah sebuah tindakan menyengajakan diri untuk mendengar. Mendengar suara burung berkicau menangkap gelombang suara melalui daun telinga. Sedangkan menyimak suara burung berkicau adalah menyengaja mendengar apa yang melintasi daun telinga oleh sebuah kesadaran diri. Menyimak adalah cara mendengar dan menerima perasaan serta memberi tanggapan yang bertujuan menunjukkan bahwa kita sungguh–sungguh telah menangkap pesan serta perasaan yang terkandung di dalammnya. Tindakan dalam menyimak diperlukan sebagai cermin, dengan memantulkan kembali, menamai perasaan, serta mengulangi inti pesan yang diungkapkan anak sehingga ia merasa didengar, dipahami dan didukung. Menyimak bukan hanya “masuk telinga kiri keluar telinga kanan” atau sebaliknya. Menyimak ternyata benar–benar mencoba memahami apa yang dikatakan orang lain. Menyimak adalah sebuah proses serius yang tidak bisa dilakukan hanya dengan mengandalkan kebiasaan, refleks atau insting. Keterampilan menyimak telah diajarkan sejak dini. Selama sekolah sebagian besar pelajaran disampaikan melalui ucapan verbal. Bagi murid, menyimak adalah satu–satunya alat terbaik untuk menyerap apa yang disampaikan oleh guru. Beberapa metode ujian dilakukan dengan mendikte soal sehingga yang diuji pada murid bukan hanya kemampuan ingatannya, melainkan juga kemampuan menyimak murid tersebut. Hambatan terutama mengapa anak terkadang tidak mampu menyimak dengan baik adalah karena biasanya anak cenderung hanya ingin mendengar apa yang ingin kita dengar. Inilah yang oleh beberapa pakar disebut sebagai saringan persepsi, atau persepsi selektif. Persepsi selektif ini dibentuk oleh nilai, kepribadian, kepentingan, tujuan, kecerdasan. Persepsi selektif ini mendorong seseorang hanya mau mendengarkan apa yang “menguntungkan” atau sesuai dengan keinginannya. Secara umum, masalah – masalah komunikasi yang dilami anak adalah: a. Sulit menyimak b. Sulit mengikuti perintah yang rumit atau kompleks c. Sulit beriteraksi dan bercakap–cakap d. Kurang kosakata saat bercakap e. Sulit memepelajari warna dan pembilangan g. Gagap h. Sulit memahami tata bahasa dan tata kalimat i. Pengucapan yang tak jelas Keuntungan yang diperoleh dari menyimak adalah: a. Membantu anak untuk mengenal, menerima dan mengerti perasaanya sendiri serta menemukan cara mengatasi perasaan dan masalahnya. b. Merangsang mereka untuk berbicara dan mengemukakan masalahnya sehingga kita dapat mengetahui dengan tepat apa yang sebenarnya dirasakan anak. Dengan demikian perasaan negatif tersebut sedikit demi sedikit akan hilang. c. Menumbuhkan rasa hangat dan mengakrabkan hubungan orang tua dan anak. Kita jadi belajar untuk bisa menerima keunikan anakyang sedang kita dengarkan masalahnya. d. Membuat anak merasa dirinya penting dan berharga e. Membuat anak merasa diterima dan dipahami cenderung akan mudah menerima dan memahami orang lain. f. Membuat anak mau mendengarkan orang tuanya sehingga terjalin kerjasama Bagaimanakah menyimak dengan baik? Ketika menyimak seseorang tidak dapat berbicara. Kata pepatah
nama : santi rahayu npm : AIA009075 Tugas : membaca kelas : B MEMBACA DENGAN METODE SPEED READING
A. Pengertian Speed Reading Soedarso, Speed Reading (Gramedia, cet. 11,2004) mengatakan “metode speed reading merupakan semacam latihan untuk mengelola secara cepat proses penerimaan informasi”. Seseorang akan dituntut untuk membedakan informasi yang diperlukan atau tidak. Informasi itu kemudian disimpan dalam otak. Speed reading juga merupakan keterampilan yang harus dipelajari agar mampu membaca lebih cepat sekaligus memahami semua yang terkandung di dalam bacaan yang bersangkutan. Tidak ada orang yang dapat membaca cepat karena bakat. Maka itu harus dipahami bahwa membaca cepat bukanlah melulu cepat memecah kode dan segera menyelesaikan sebuah buku. Membaca cepat adalah bagaimana kita dapat membaca dengan pemahaman yang lebih baik dalam waktu lebih cepat serta mengingatnya dengan baik pula. Bersamaan dengan hal tersebut di atas Supriyadi (1995:127) menyatakan “keterampilan membaca yang sesungguhnya bukan hanya sekedar kemampuan menyuarakan lambang tertulis dengan sebaik-baiknya namun lebih jauh adalah kemampuan memahami dari apa yang tertulis dengan tepat dan cepat”. Dengan menggunakan teknik speed reading para siswa diharapkan dapat lebih efesien dalam menggunakan waktu dalam belajar. Data survey menunjukkan bahwa lima dari empat puluh siswa yang telah mampu menggunakan pola speed reading dapat memahami suatu bacaan dengan sama baiknya dengan siswa yang belum menguasai speed reading. Dengan pola pelatihan yang kontiniu diharapkan para siswa dapat membaca dengan kecepatan hingga 800 kata per menit tanpa menghilangkan makna bacaan.
Salah satu perbedaan yang menyolok antara kuliah di sini dengan di Indonesia adalah jumlah bacaannya. Di sini bacaannya banyak sekali ! Dan bacaan ini harus dibaca sebelum kuliah. Sekedar gambaran, bacaannya biasa berupa paper yang panjangnya belasan sampai dua puluhan halaman dan untuk setiap kuliah bisa 2-3 paper seperti itu. Akhirnya untuk membaca saja butuh waktu berjam-jam.
Teknik membaca cepat dengan dua hal saja, yaitu:
1. Menghilangkan subvokalisasi
Subvokalisasi ini adalah suara yang biasa “ikut membaca” di dalam pikiran kita. Jadi waktu kita membaca, di dalam pikiran kita seperti ada suara yang menyuarakan bacaan itu. Ternyata ini sangat menghambat kecepatan membaca, karena otak kita sebenarnya mampu membaca dengan kecepatan yang lebih tinggi daripada suara di dalam pikiran kita itu. Karenanya salah satu teknik membaca cepat adalah dengan menghilangkan suara ini. Tidak mudah memang karena sudah jadi kebiasaan bertahun-tahun, tapi bagaimana pun kita perlu belajar melakukannya. Kita harus menemukan metode belajar membaca cepat.
2. Jangan kembali ke belakang
Nah, ini malah lebih sulit lagi. Kalau kita sudah melewati suatu bagian bacaan maka jangan sekali-kali mengulang lagi bagian itu. Baca terus dan maju terus. Ada yang terlewat ? Jangan hiraukan, maju terus ! Ada kata-kata yang hilang ? Jangan hiraukan juga, maju terus ! Pokoknya maju terus pantang mundur ! belajar membaca cepat harus terus dilakukan. Intinya di sini adalah kita harus membaca untuk mendapatkan ide, bukan untuk mendapatkan kata per kata (lihat juga post Ide per Menit). Kembali ke belakang akan sangat mengurangi kecepatan membaca kita sementara dengan maju terus toh idenya akan kita dapatkan
Ngomong-ngomong, ada aplikasi web yang bisa membantu kita untuk belajar membaca cepat, yaitu ZAP Reader dan Spreeder. Dengan aplikasi ini kita bisa meng-copy-paste bahan yang hendak dibaca atau menuliskan alamat Internetnya. Kita juga bisa mengatur kecepatan membaca yang diinginkan, misalnya 300 wpm (word per minute – kata per menit). Jadi nantinya kita dijamin sedang membaca dengan kecepatan 300 wpm ! Asyik kan ? Kita bisa mengatur sendiri seberapa cepat kita ingin membaca.
Setelah itu tekan tombol ‘Play’ dan apa yang terjadi ? Aplikasi ini bakal “melemparkan” kata per kata di depan mata kita ! Kecepatannya sesuai dengan yang kita atur. Dengan aplikasi ini paling tidak ada tiga keuntungan yang kita dapatkan:
1. Mata kita cukup fokus ke satu tempatYup, mata kita tidak perlu bergerak ke kiri ke kanan seperti biasanya waktu membaca. Cukup pusatkan ke satu tempat di layar.
2. Kita diajar menghilangkan subvokalisasiSeringkali kata-katanya dilempar begitu cepat sampai kita tidak sempat “menyuarakan” di dalam pikiran kita ! Dengan begitu kita mau tak mau “dipaksa” untuk membaca tanpa subvokalisasi.
3. Kita “dipaksa” untuk maju terus Ini asyiknya: dengan aplikasi membaca cepat ini kita sama sekali tidak bisa kembali ke belakang ! Pokoknya kita dipaksa untuk maju dan maju terus !
Jadi bisa dibilang aplikasi metode belajar membaca ini sangat baik untuk melatih kita membaca cepat. Pertama-tama tentu belum terbiasa, seperti saya sekarang ) . Tapi lambat laun kita pasti bakal menuai hasilnya.
Salah satu perbedaan yang menyolok antara kuliah di sini dengan di Indonesia adalah jumlah bacaannya. Di sini bacaannya banyak sekali ! Dan bacaan ini harus dibaca sebelum kuliah. Sekedar gambaran, bacaannya biasa berupa paper yang panjangnya belasan sampai dua puluhan halaman dan untuk setiap kuliah bisa 2-3 paper seperti itu. Akhirnya untuk membaca saja butuh waktu berjam-jam.
Teknik membaca cepat dengan dua hal saja, yaitu:
1. Menghilangkan subvokalisasi
Subvokalisasi ini adalah suara yang biasa “ikut membaca” di dalam pikiran kita. Jadi waktu kita membaca, di dalam pikiran kita seperti ada suara yang menyuarakan bacaan itu. Ternyata ini sangat menghambat kecepatan membaca, karena otak kita sebenarnya mampu membaca dengan kecepatan yang lebih tinggi daripada suara di dalam pikiran kita itu. Karenanya salah satu teknik membaca cepat adalah dengan menghilangkan suara ini. Tidak mudah memang karena sudah jadi kebiasaan bertahun-tahun, tapi bagaimana pun kita perlu belajar melakukannya. Kita harus menemukan metode belajar membaca cepat.
2. Jangan kembali ke belakang
Nah, ini malah lebih sulit lagi. Kalau kita sudah melewati suatu bagian bacaan maka jangan sekali-kali mengulang lagi bagian itu. Baca terus dan maju terus. Ada yang terlewat ? Jangan hiraukan, maju terus ! Ada kata-kata yang hilang ? Jangan hiraukan juga, maju terus ! Pokoknya maju terus pantang mundur ! belajar membaca cepat harus terus dilakukan. Intinya di sini adalah kita harus membaca untuk mendapatkan ide, bukan untuk mendapatkan kata per kata (lihat juga post Ide per Menit). Kembali ke belakang akan sangat mengurangi kecepatan membaca kita sementara dengan maju terus toh idenya akan kita dapatkan
Ngomong-ngomong, ada aplikasi web yang bisa membantu kita untuk belajar membaca cepat, yaitu ZAP Reader dan Spreeder. Dengan aplikasi ini kita bisa meng-copy-paste bahan yang hendak dibaca atau menuliskan alamat Internetnya. Kita juga bisa mengatur kecepatan membaca yang diinginkan, misalnya 300 wpm (word per minute – kata per menit). Jadi nantinya kita dijamin sedang membaca dengan kecepatan 300 wpm ! Asyik kan ? Kita bisa mengatur sendiri seberapa cepat kita ingin membaca.
Setelah itu tekan tombol ‘Play’ dan apa yang terjadi ? Aplikasi ini bakal “melemparkan” kata per kata di depan mata kita ! Kecepatannya sesuai dengan yang kita atur. Dengan aplikasi ini paling tidak ada tiga keuntungan yang kita dapatkan:
1. Mata kita cukup fokus ke satu tempatYup, mata kita tidak perlu bergerak ke kiri ke kanan seperti biasanya waktu membaca. Cukup pusatkan ke satu tempat di layar.
2. Kita diajar menghilangkan subvokalisasiSeringkali kata-katanya dilempar begitu cepat sampai kita tidak sempat “menyuarakan” di dalam pikiran kita ! Dengan begitu kita mau tak mau “dipaksa” untuk membaca tanpa subvokalisasi.
3. Kita “dipaksa” untuk maju terus Ini asyiknya: dengan aplikasi membaca cepat ini kita sama sekali tidak bisa kembali ke belakang ! Pokoknya kita dipaksa untuk maju dan maju terus !
Jadi bisa dibilang aplikasi metode belajar membaca ini sangat baik untuk melatih kita membaca cepat. Pertama-tama tentu belum terbiasa, seperti saya sekarang ) . Tapi lambat laun kita pasti bakal menuai hasilnya.
nama: hendro johannes npm : A1A009011 TUGAS MEMBACA
Bagi siswa kelas rendah (I dan II), penting sekali guru menggunakan metode membaca. Depdiknas (2000:4) menawarkan berbagai metode yang diperuntukkan bagi siswa permulaan, antara lain: metode eja/bunyi, metode kata lembaga, metode global, dan metode SAS.
Metode eja adalah belajar membaca yang dimulai dari mengeja huruf demi huruf. Pendekatan yang dipakai dalam metode eja adalah pendekatan harfiah. Siswa mulai diperkenalkan dengan lambang-lambang huruf. Pembelajaran metode Eja terdiri dari pengenalan huruf atau abjad A sampai dengan Z dan pengenalan bunyi huruf atau fonem. Metode kata lembaga didasarkan atas pendekatan kata, yaitu cara memulai mengajarkan membaca dan menulis permulaan dengan menampilkan kata-kata. Metode global adalah belajar membaca kalimat secara utuh. Adapun pendekatan yang dipakai dalam metode global ini adalah pendekatan kalimat. Selanjutnya, metode SAS didasarkan atas pendekatan cerita.
Metode pembelajaran di atas dapat diterapkan pada siswa kelas rendah (I dan II) di sekolah dasar. Guru dianjurkan memilih salah satu metode yang cocok dan sesuai untuk diterapkan pada siswa. Menurut hemat penulis, guru sebaiknya mempertimbangkan pemilihan metode pembelajaran yang akan digunakan sebagai berikut:
1. Dapat menyenangkan siswa 2. Tidak menyulitkan siswa untuk menyerapnya 3. Bila dilaksanakan, lebih efektif dan efisien 4. Tidak memerlukan fasilitas dan sarana yang lebih rumit
Salah satu metode pembelajaran membaca permulaan yang akan diangkat dalam tulisan ini adalah metode membaca global. Menurut Purwanto (1997:32), “Metode global adalah metode yang melihat segala sesuatu sebagai keseluruhan. Penemu metode ini ialah seorang ahli ilmu jiwa dan ahli pendidikan bangsa Belgia yang bernama Decroly.” Kemudian Depdiknas (2000:6) mendefinisikan bahwa metode global adalah cara belajar membaca kalimat secara utuh. Metode global ini didasarkan pada pendekatan kalimat. Caranya ialah guru mengajarkan membaca dan menulis dengan menampilkan kalimat di bawah gambar. Metode global dapat juga diterapkan dengan kalimat tanpa bantuan gambar. Selanjutnya, siswa menguraikan kalimat menjadi kata, menguraikan kata menjadi suku kata, dan menguraikan suku kata menjadi huruf.
Langkah-langkah penerapan metode global adalah sebagai berikut:
1) Siswa membaca kalimat dengan bantuan gambar. Jika sudah lancar, siswa membaca tanpa bantuan gambar, misalnya:
Ini nani
2) Menguraikan kalimat dengan kata-kata: /ini/ /nani/ 3) Menguraikan kata-kata menjadi suku kata: i – ni na – ni 4) Menguraikan suku kata menjadi huruf-huruf, misalnya: i – n – i - n – a – n – i
nama: joko wahyudo npn: a1a009067 metode membaca "KUBACA" Pentingnya Membaca
* Sarana untuk mengetahui sesuatu yang baru * Sarana menambah wawasan tentang sesuatu yang sedang berkembang * Lebih mudah untuk dipahami dan dimengerti maksudnya * Membuka peluang untuk menjalin hubungan lebih luas * Kemampuan dasar yang akan terus terbawa selamanya
8 Hal Positif yang didapat dari Kursus Kubaca
1. Koordinasi antara mata dan mulut 2. Melatih daya ingat 3. Mengajarkan lancar bicara 4. Memperbanyak perbendaharaan kata 5. Membuat percaya diri 6. Dapat menyusun kata menjadi kalimat yang benar dan bermakna 7. Dapat membuat cerita dari 40 sampai 50 kata yang sering didengar dalam percakapan 8. Memberi anak permulaan lebih awal untuk dapat menyerap ilmu pengetahuan melalui membaca
tugas membaca(metode cantol) nama : Watam Agus Setyawan npm :A1A009081
Metode Cantol adalah salah satu tekhnik menghapal yang dikembangkan dalam "Quantum Learning". Dalam penerapannya, metoda ini bersosialisasi dalam persamaan bunyi dan bentuk visual. Sebagai contoh salah satu teknik menghapal dengan metode Cantol adalah ketika di SMA, ada suatu pelajaran dari ilmu kimia tentang menghapal unsur kimia, di antaranya menghapal unsur golongan VII A yang terdiri dari unsur Helium, Neon, Argon, Kripton, Xenon dan Rn. Untuk memudahkan menghapal dibuatlah kalimat, yaitu: hehoh negara argentina karena xenat runtuh. Dengan mudah dapat menghapal nama-nama unsur kimia tiap golongan.
Itu adalah salah satu metoda menghapal yang efektif untuk mengingat daftar. Dalam mengajarkan membaca teknik-teknik tersebut sangat diperlukan untuk mempermudah anak dalam mengingat simbol-simbol huruf. Metode yang cocok untuk memudahkan anak mengingat kembali simbol-simbol huruf adalah Metode Cantol. Pengenalan membaca yang efektif adalah mengenalkan seluruh bunyi suku kata dasar yang menjadi pembentukan kata dalam bahasa Indonesia. Dan tahap selanjutnya adalah "kata" yang dikenalkan kepada anak.
Dalam pengenalan suku kata, irama bunyi tiap kelompok sama yaitu: a, i, u, e, o. Apabila anak sudah dapat menangkap titian ingatan ini sama dengan kelompok-kelompok suku kata lainnya, maka ia sudah dapat menduga suku kata kelompok lain yang belum dikenalkan kepadanya. Apabila ia sudah dapat mengenal huruf dari a sampai z, maka ia dapat menebak dengan benar bunyi suku kata tersebut. Misalnya ia baru dikenalkan pada kelompok suku kata ga, gi, gu, ge, go. Apabila titian ingatan sudah dipahami, maka ia dapat mengetahui kelompok lainnya dari huruf yang ia kenal. Ia akan mengetahui bunyi kelompok ha, ja, dan selanjutnya. Jadi ia akan cepat sekali mengenal seluruh suku kata. Tetapi bagi anak yang belum mengetahui huruf perlu suatu kerangka pikiran yang dapat membantu untuk mengingatnya dengan mudah. Di sinilah metode Cantol sangat efektif dalam membantu kerangka pikiran anak bagi anak yang belum kenal huruf. Terlebih-lebih anak yang sudah mengenal huruf.
Bagaimana Metode Cantol ini dapat diterapkan dalam tehnik membaca?
Pada metode membaca ini anak diarahkan untuk terlebih dahulu menguasai titian ingatannya. Anak akan mengetahui bunyi kelompoknya, cukup apabila ia mengetahui bunyi awal kelompok suku kata tersebut, yaitu ba, ca, da, dan seterusnya. Untuk membantu anak sebagai sandaran dalam pola berfikir, maka suku awal diberi cantolan berupa nama-nama benda yang bunyi suku awalnya sama dengan bunyi suku awal tiap kelompok. Misalnya kelompok 1 cantolannya "baju", kelompok 2 "cabe", kelompok 3 "dadu" dan seterusnya. Nama benda-benda yang diijadikan cantolan diusahakan dikenal anak. Cantolan diterapkan dalam bentuk kartu-kartu yang dijadikan sebagai alat peraga. Misalnya kelompok 1 kartu bergambar baju, kelompok 2 kartu bergambar cabe dan seterusnya.
Metode cepat membaca ini awalnya dipergunakan oleh Ibu Erna Nurhasanah kepada anak-anaknya. Awalnya beliau menggunakan metode Glenn Doman untuk mengajari balitanya membaca. Tapi waktu itu anaknya cuma satu. Setelah lahir adiknya, ternyata metode membaca Glenn Doman sudah tidak mampu beliau terapkan lagi.
Akhirnya dengan berbekal metode Glenn Doman yang sudah dia kuasai dan metode cantolan dari buku Quantum Learning, ibu Erna berhasil mengembangkan metode belajar membaca untuk Balita yang kemudian diberi nama metode Cantol Roudhoh.
Beberapa waktu yang lalu istri saya mengikuti pelatihan metode ini. Dan alhamdulillah memang cara belajarnya sangat menyenangkan. Metode ini diberikan melalui bentuk cerita, gambar, ketrampilan dan permainan. Akibatnya, kegiatan belajar menjadi sangat menyenangkan.
Dari penuturan beliau, rata2 hanya dalam 32x pertemuan atau 20 Jam anak-anak sudah mampu membaca. Artinya metode ini memang mampu memaksimalkan kemampuan otak balita yang sedang tumbuh berkembang.
Saya sendiri yakin, metode ini akan booming di masa mendatang. Karena memang proses belajarnya sangat menyenangkan. Bahkan mungkin bisa dikatakan proses bermain daripada proses belajar.
Nah, buat anda yang saat ini lagi malas baca, bersiaplah menghadapi generasi2 baru yang mampu membaca sejak usia 3 tahun. Hasil penelitian Glenn Doman menyatakan bahwa anak-anak yang mengalami cedera otak dapat membaca dengan baik di usia 3 tahun.
Menurut beliau, anak2 mampu membaca sebuah kata di usia 1 tahun. Membaca sebuah kalimat di usia 2 tahun dan membaca sebuah buku di usia 3 tahun. Dengan perlakuan yang baik dan bimbingan yang penuh perhatian dari orang tua dan lingkungannya, insya Allah generasi ini akan mengalahkan kita dimasa mendatang.
TUGAS MEMBACA ARTIKEL Nama :Dian kharisma npm :A1A009053
Pembelajaran Akselerasi adalah sebuah metode belajar yang membantu anda mengorganisasikan, mengatur dan mengasimilasikan informasi pada kecepatan tinggi. Jika anda pernah membaca 7 Intelejensia dari Pembelajaran Akselerasi dan Kemampuan Belajar Multi Sensor Tingkat Lanjutan, maka anda sudah memiliki dasar pengertian betapa pentingnya dalam mempelajari segumpal informasi (keping jigsaw informasi) dengan memanfaatkan beragam input dari sensor/ panca indra dan strategi pembelajaran kreatif yang menstimulasi ketujuh intelenjensia kita. Semenjak penemuan mesin cetak oleh Johannes Gutenberg pada tahun 1450, maka hampir semua informasi yang kita hadapi setiap hari dipresentasikan di dalam “kalimat tercetak”. Dengan peningkatan dan kemajuan layanan multimedia berbasis web, maka “kalimat tercetak” sepertinya kehilangan pijakan, walaupun masih memainkan dan cara populer untuk menyampaikan informasi di era modern. Adanya epidemi sosial nomor 1 di jaman sekarang adalah “Kebanjiran Informasi/ Information Overload”. Epidemi ini menyapu seluruh dunia dan menekan para pengumpul informasi untuk melakukan pekerjaan ekstra dan terbaiknya untuk memahami dunia yang sedang bergeraks secara dinamik di sekeliling mereka. Dengan alasan-alasan itulah, maka sangat kritikal bahwa kita perlu mempelajari kemampuan untuk mengkoleksi, menyerap dan mengasimiliasikan “kalimat tercetak” dengan suatu cara yang dapat membantu kita menghemat waktu, energi dan yang paling penting adalah tetap membuat kita “sadar” di dalam dunia informasi yang terus berkembang pesat. Gambar Accelerated Speed Reading Principles Concept Map, pertama-tama memberikan pencerahan pada detil proses membaca, dan membantu untuk mengindentifikasikan relasi pada potensi belajar kita. Kedua, Study Matrix ini akan membagi proses Baca Cepat dari Pembelajaran Akselerasi, termasuk di dalamnya langkah-demi-langkah penjelasan bagaimana caranya untuk memanfaatkan kombinasi baca cepat dan kemampuan belajar komplementari lainnya dalam proses pemahaman secara menyeluruh dan komprehensif dari suatu buku teks dengan cepat. Ketiga, Adam akan mengajak anda untuk melihat secara lebih dekat sebuah metode sub-konsius (otak setengah sadar) Baca Secara Photografik, yang dapat meningkatkan belajar dan pemahaman terhadap informasi pada tingkat ke-tidaksadaran (Sur menambahkan: kemampuan otak bawah sadar memiliki kemampuan luar biasa dalam menyerap informasi dan masuk langsung ke ingatan jangka panjang). Akhirnya, Study Matrix ini akan mempresentasikan anda dengan beberapa ujian, tips untuk belajar dan strategi untuk mengikutsertakan prinsip-prinsip Pembelajaran Akselerasi secara Photo dan Baca Cepat.
Kalau menyimak ekstensif lebih diarahkan pada kegiatan menyimak secara lebih bebas dan lebih umum serta tidak perlu di bawah bimbingan langsung para guru, maka menyimak intensif diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih diawasi, dikontrol terhadap satu hal tertentu. Dalam hal ini haruslah diadakan suatu pembagian penting sebagai berikut :
a) Menyimak intensif ini terutama sekali dapat diarahkan pada butir –butir sebagai bagian dari program pengajaran bahasa, atau
b) Terutama sekali dapat diarahkan pada pemahan serta pengertian umum. Jelas bahwa dalam butir kedua ini makna bahasa secara umum sudah diketahui oleh para siswa.
Di samping itu, masih ada faktor-faktor lain yang harus dipertimbangkan. Salah satu di antaranya adalah formalitas bahasa, yaitu situasi tempatnya berada pada poros berikut ini:
slang — akrab — netral —formal
Kebanyakan kelas sedikit sekali mengingat latihan dan praktek dengan mempergunakan suatu jenis bahasa selain daripada bahasa netral. Faktor lain yang juga harus dipahami adalah yang menyangkut kecepatan pengutaraan: apakah itu suatu percakap yang cepat, atau suatu ujaran yang diatur? Lebih jauh, apakah itu dipersiapkan dan dilalui ataukah mendadak tanpa persiapan? Berapa orang ikut terlibat? Jelas bahwa semakin banyak terlibat maka semakin sulit jadinyaa. Apak aksen si pembicara sudah biasa didengar oleh para siswa? Aksen-aksen bahasa regional atau bahasa kelompok sangat membingungkan siswa pada pendengaran pertama, bahkan bagi beberapa siswa mencemaskan. Sekali lagi, kekurangakraban dengan faktor-faktor ini benar dapat mengganggu pemahaman siswa terhadap makna bagian tersebut.
Kalau menyimak ekstensif lebih diarahkan pada kegiatan menyimak secara lebih bebas dan lebih umum serta tidak perlu di bawah bimbingan langsung para guru, maka menyimak intensif diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih diawasi, dikontrol terhadap satu hal tertentu. Dalam hal ini haruslah diadakan suatu pembagian penting sebagai berikut :
a) Menyimak intensif ini terutama sekali dapat diarahkan pada butir –butir sebagai bagian dari program pengajaran bahasa, atau
b) Terutama sekali dapat diarahkan pada pemahan serta pengertian umum. Jelas bahwa dalam butir kedua ini makna bahasa secara umum sudah diketahui oleh para siswa.
Di samping itu, masih ada faktor-faktor lain yang harus dipertimbangkan. Salah satu di antaranya adalah formalitas bahasa, yaitu situasi tempatnya berada pada poros berikut ini:
slang — akrab — netral —formal
Kebanyakan kelas sedikit sekali mengingat latihan dan praktek dengan mempergunakan suatu jenis bahasa selain daripada bahasa netral. Faktor lain yang juga harus dipahami adalah yang menyangkut kecepatan pengutaraan: apakah itu suatu percakap yang cepat, atau suatu ujaran yang diatur? Lebih jauh, apakah itu dipersiapkan dan dilalui ataukah mendadak tanpa persiapan? Berapa orang ikut terlibat? Jelas bahwa semakin banyak terlibat maka semakin sulit jadinyaa. Apak aksen si pembicara sudah biasa didengar oleh para siswa? Aksen-aksen bahasa regional atau bahasa kelompok sangat membingungkan siswa pada pendengaran pertama, bahkan bagi beberapa siswa mencemaskan. Sekali lagi, kekurangakraban dengan faktor-faktor ini benar dapat mengganggu pemahaman siswa terhadap makna bagian tersebut.
47 Komentar:
Pada 24 November 2009 pukul 02.52 , Anonim mengatakan...
NAMA:WIDYA FEBRI YANTI
NPM:A1A009083
TANGGAL PEMBUATAN:24 NOVEMBER 2009
DOSEN:ARONO
NAMA JURNAL:pendidikan nasional
VOLUME:EDISI 2003
JUMLAH HALAMAN:2 LEMBAR
IDE POKOK:
PARAGRAF 1
generasi muda yan g lebih mengutamakan otot daripada otak
PARAGRAF 2
Tindakan kriminal yang da di kehidupan yang dialami oleh golongan terpelajar
PARAGRAF 3
morat-marit keadaan bangsa
PARAGRAF 4
keprihatinan terhadap generasi penerus bangsa
PARAGRAF 5
pendidikan nasional yang mengeyampingkan banyak hal
PARAGRAF 6
tentang penyimpangan
PARAGRAF 7
perilaku penyimpangan di dunia pendidikan
PARAGRAR 8
harapan pendidikan nasional yang bermoral
Pada 24 November 2009 pukul 19.21 , Anonim mengatakan...
NAMA : RIA WAHYU NUR INDAH SARI
NMP : A1A009025
DOSEN : ARONO
TANGGAL PEMBUATAN :251109
NAMA JURNAL : KEBIJAKAN PENDIDIKAN
Nama & E-mail (Penulis): Mochammad Asyhar
Saya Mahasiswa di Depok
Volume: Edisi 2002
Judul Artikel: Tahun 2020 Indonesia Kehabisan Guru
PARAGRAF 1
Pesan stasiun televisi
PARAGRAF 2
Realita potret pendidikan
PARAGRAF 3
Efek jika tidak di jumpai sosok guru
PARAGRF 4
keadaan pendidikan dan penyebab kekurangan guru
PARAGRAF 5
Penutupan lembaga pendidikan
PARAGRAF 6
Perubahan status & perubahan visi dan misi
PARAGRAF 7
Solusi kurangnya guru
PARAGRAF 8
mengatasi persoalan kekurangan guru pada jenjang pendidikan dasar
PARAGRAF 9
perekrutan mahasiswa
PARAGRAF 10
mengatasi persoalan kekurangan guru
Pada 24 November 2009 pukul 23.35 , Anonim mengatakan...
Nama: Dwi Nita Meylina. S
NPM: A1A009055
Prodi: Bahasa Indonesia
Lokal : B
* Identitas Jurnal
Nama: Ilmu TEknologi Pendidikan
Voume:3 September 2009
Judul Artikel: Kesantunan Berbahasa
Penulis Artikel: Drs. MAsyur Muslich, M.Si
JUmlah Hal Artikel: 6 Halaman
* Ide-ide Pokok setap Paragraf:
Pengertian Kesantunan
1. kesantunan adalah tata cara atau adat yang berlaku dalam masyarakat.
2. Kesantunan memperlihatkan kesantunan kita dalam pergaulan sehari-hari.
3. kesantunan sangat Kontekstual.
4. Kesantunan selalu Bipolar.
5. Kesantunan tercermin dalam cara berpakaian, berbuat, dan bertutur.
Jenis Kesantunan:
1. Kesantunan dalam berpakaian.
2. Kesantunan perbuatan dalam menghadapi sesuatu.
3. Kesantunan berbahasa tercermin tatacara berkomunikasi.
4. Tatacara sangat penting demi kelancaran berkomunikasi.
5. Tatacara berbahasa seseorang di pengaruhi norma-norma budaya suku bangsa.
*Pembentukan Kesantunan Berbahasa:
1. Penerapan prinsip kesopanan dalam berbahasa.
2. Penghindaran pemakaian kata tabu.
3. Penggunaan Eufemisme atau ungkapan penghalus.
4. Penggunaan pilihan kata Honorifik.
5. Tujuan utama kesantunan berbahasa adalah mempelancar komunikasi.
* Aspek-aspek Non-lingustik Mempengaruhi Kesantunan Berbahasa:
1. Penutur harus memahami unsur-unsur verbal ketika ketika berbicara kepada orang lain.
2. gerak isyarat digunakan tepiasah dengan unsur verbal karena pertimbangan tertentu.
3. Unsur yang harus diperhatikan dalam komunikasi adalah Proksemiki.
4. Penjagaan suasana komunikasi yang terlibat.
Pada 25 November 2009 pukul 00.38 , Anonim mengatakan...
NAMA: NOVIANA A.F
NPM: A1A009023
DOSEN: ARONO
KELAS: B
SEMESTER: 1(SATU)
NAMA JURNAL: JURNAL ILMU PENDIDIKAN
VOLUME JURNAL: JILID 7 NO.1
JUDUL ARTIKEL: PERSEPSI GURU TERHADAP IMPLEMENTASI PENDIDIKAN SISTEM GANDA di SEKOLAH MENENGAH EKONOMI ATAS
PENULIS:SUHARDJO DWIDJOSUMARTO
JUMLAH HALAMAN ARTIKEL: 6(ENAM)
IDE POKOK :
PRAGRAF:
1.SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
2.MASALAH RELEVANSI PENDIDIKAN KEJURUAN
3.UPAYA PENINGKATAN RELEVANSI
4.PERSEPSI
5.FAKTOR-FAKTOR IMPLEMENTASI KURIKULUM
6.PENERAPAN KEBIJAKSANAAN LINK AND MATCH
7.TUJUAN PENELITIAN
8.RANCANGAN DESKRIPTIF
9.TEHNIK SAMPEL JATAH PURPOSIP, LOKASI SURABAYA
10.MENGUMPULKAN DATA DENGAN TEHNIK ANGKE, WAWANCARA DAN DOKUMENTASI
11.TINGKAT PEMAHAMAN GURU
12.DATA PERSEPSI GURU
13.PROSES PEMBELAJARAN DARI DATA PERSEPSI GURU
14. MEDIA PEMBELAJARAN KURANG LENGKAP
15.HASIL ANALISIS
16.PENYEBAB
17.KONISI MAYORITAS SISWA
Pada 25 November 2009 pukul 00.49 , Anonim mengatakan...
Nama: Nurma Lega Astuti
NPM: A1A009071
Mata Kuliah: Membaca
Dosen: Arono, M.Pd
TUGAS ARTIKEL JURNAL
Tanggal: 25 November 2009
Judul Jurnal: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran
Volume Jurnal: 41 No.1 Januari 2008
Universitas Pendidikan Ganesha
Judul Artikel: Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di Sekolah Dasar Kecamatan Buleleng Melalui Pelatihan Strategi Pembelajaran dan Penelitian Tindakan Kelas
Jumlah Halaman Artikel: 7 halaman
METODOLOGI KEGIATAN
Paragraf ke-1: Sesuai dengan judul dari kegiatan ini, maka metode yang dipakai untuk mengumpulkan data adalah pelatihan dan workshop (Training and Workshop =TW).
Paragraf ke-2: Tabel 01 diatas menunjukkan bahwa criteria keberhasilan kegiatan dapat diukur dengan membandingkan kondisi dan kompetensi peserta sebelum dan setelah pelaksanaan P2M dilaksanakan.
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
Paragraf ke-1: Setelah melaksanakan kegiatan yaitu berupa pelatihan dengan topic kajian Penelitian Tindakan Kelas dan strategi pembelajaran inovatif, dapat dilaporkan bahwa kompetensi peserta di bidang penelitian tindakan kelas dan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran meningkat.
Paragraf ke-2: Berdasarkan hasil yang dinyatakan dalam table 02 di atas, dapat dinyatakan bahwa pelatihan yang diberikan oleh Tim Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Undiksha mampu meningkatkan wawasan, pengetahuan, dan ketrampilan guru dalam merancang pembelajaran, melaksanakan pembelajaran maupun dalam menentukan dan membuat asesmen untuk mengukur kompetensi siswa.
Paragaraf ke-3: Dalam hal penelitian tindakan kelas, dapat dinyatakan bahwa guru mempuyai pemahaman yang jelas tentang penelitian tindakan kelas.
Paragraf ke-4: Pengakuan peserta didukung oleh hasil pekerjaan mereka seperti yang dijelaskan dalam table diatas yang menunjukkan hasil yang memuaskan.
Paragraf ke-5: Berdasarkan hasil wawancara dapat dinyatakan bahwa masalah yang masih sulit oleh guru adalah memilih masalah yang cocok untuk ditangani dengan PTK.
Paragraf ke-6: Hal lain yang juga agak sulit untuk dipahami guru selama pelatihan adalah menentukan bentuk asesmen yang tepat untuk mengukur apakah masalah yang dihadapi bisa dipecakhan atau tidak.
PENUTUP
Paragraf ke-1: Dengan demikian disarankan agar guru-guru selalu meningkatkan pemahamannya tentang strategi pembelajaran inovatif dan penelitian tindakan kelas dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
Pada 25 November 2009 pukul 00.51 , Anonim mengatakan...
Nama: Nurma Lega Astuti
NPM: A1A009071
Mata Kuliah: Membaca
Dosen: Arono, M.Pd
TUGAS ARTIKEL JURNAL
Tanggal: 25 November 2009
Judul Jurnal: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran
Volume Jurnal: 41 No.1 Januari 2008
Universitas Pendidikan Ganesha
Judul Artikel: Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di Sekolah Dasar Kecamatan Buleleng Melalui Pelatihan Strategi Pembelajaran dan Penelitian Tindakan Kelas
Jumlah Halaman Artikel: 7 halaman
METODOLOGI KEGIATAN
Paragraf ke-1: Sesuai dengan judul dari kegiatan ini, maka metode yang dipakai untuk mengumpulkan data adalah pelatihan dan workshop (Training and Workshop =TW).
Paragraf ke-2: Tabel 01 diatas menunjukkan bahwa criteria keberhasilan kegiatan dapat diukur dengan membandingkan kondisi dan kompetensi peserta sebelum dan setelah pelaksanaan P2M dilaksanakan.
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
Paragraf ke-1: Setelah melaksanakan kegiatan yaitu berupa pelatihan dengan topic kajian Penelitian Tindakan Kelas dan strategi pembelajaran inovatif, dapat dilaporkan bahwa kompetensi peserta di bidang penelitian tindakan kelas dan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran meningkat.
Paragraf ke-2: Berdasarkan hasil yang dinyatakan dalam table 02 di atas, dapat dinyatakan bahwa pelatihan yang diberikan oleh Tim Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Undiksha mampu meningkatkan wawasan, pengetahuan, dan ketrampilan guru dalam merancang pembelajaran, melaksanakan pembelajaran maupun dalam menentukan dan membuat asesmen untuk mengukur kompetensi siswa.
Paragaraf ke-3: Dalam hal penelitian tindakan kelas, dapat dinyatakan bahwa guru mempuyai pemahaman yang jelas tentang penelitian tindakan kelas.
Paragraf ke-4: Pengakuan peserta didukung oleh hasil pekerjaan mereka seperti yang dijelaskan dalam table diatas yang menunjukkan hasil yang memuaskan.
Paragraf ke-5: Berdasarkan hasil wawancara dapat dinyatakan bahwa masalah yang masih sulit oleh guru adalah memilih masalah yang cocok untuk ditangani dengan PTK.
Paragraf ke-6: Hal lain yang juga agak sulit untuk dipahami guru selama pelatihan adalah menentukan bentuk asesmen yang tepat untuk mengukur apakah masalah yang dihadapi bisa dipecakhan atau tidak.
PENUTUP
Paragraf ke-1: Dengan demikian disarankan agar guru-guru selalu meningkatkan pemahamannya tentang strategi pembelajaran inovatif dan penelitian tindakan kelas dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
Pada 25 November 2009 pukul 00.53 , Anonim mengatakan...
NAMA: GUNTARI RAHMA WANTI
NPM: A1A009009
DOSEN: ARONO
KELAS: B
SEMESTER: 1(SATU)
NAMA JURNAL: JURNAL ILMU PENDIDIKAN
VOLUME: JILID 7 NO.1
JUDUL ARTIKEL: IKLIM ORGANISASI JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
PENULIS: HUSAINI USMAN
JUMLAH HALAMAN ARTIKEL: 7
IDE POKOK:
PARAGRAP:
1.HARAPAN PARA PENDIDIK MENGENAI IKLIM ORGANISASI
2.NILAI AKREDITASI DAN PERMASALAHANNYA
3.PENGERTIAN IKLIM ORGANISASI
4.DESAIN PENELITIAN BERSIFAT SEMENTARA,INFORMAN BERSIFAT BOLA SALJU, INSTRUMEN
5.HASIL PENELITIAN GUION,JAMES DAN JONES, HOY, KEEFE
6.DIMENSI IKLIM ORGANISASI JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN FPTK IKIP YOGYAKARTA
7.KONSEP DIMENSI
8.KESAMAAN DAN PERBEDAAN TEMAN DIMENSI IKLIM ORGANISASI
Pada 25 November 2009 pukul 00.59 , Anonim mengatakan...
Nama: Nofia Angela
NPM : A1A009021
Dosen : ARONO
TGL : 251109
Nama jurnal : ILMU PENDIDIKAN
Penulis : Rudi Afriazi
Volume : FEBUARI 2000, Jilid 7, nomor 1
Judul Artikel : Pembelajaran Bahasa Inggris di Perguruan Tinggi Menghadapi Tantangan Abad XXI
P.1
Penting peranan nya dalam penyimpanan dan penyebaran informasi
P.2
Menyiapkan SDM
P.3
Kemampuan bahasa inggris dosen yg baru lulus perguruan tinggi sangat rendah
P.4
Tuntutan untuk mampu berbahasa inggris terus meningkat
P.5
Tidak mampu berkomunikasi dalam bahasa inggris
P.6
MKBI belum mendapat perhatian serius
P.7
Saat ini MKBI diklasifikasikan sbg MKU
P.8
Terdiri dr kurikulum inti & kurikulum lokal
P.9
B.inggris merupakan dasar keahlian dlm prodi masing2
P.10
Pembentukan kepribadian dan sikap
P.11
Dua kredit untuk MKBI
P.12
Kemampuan MKBI yg sangat lemah
P.13
pENDEKATAN PENGAJARAN TIDAK JELAS
P.14
Materi yg diberikan sangat sulit
P.15
MKBI ditempatkan pada kelas_kelas sesuai permintaan
P.16
Kemampuan SLTA yg rendah
P.17
Fasilitas pendukung yg terbatas
P.18
Msalah di MKBI
P.19
Mengharapkan agar tamatan perguruan tinggi mampu berkomunikasi dlm berbahasa inggris
P.20
Perubahan harus mendasar dan melibatkan banyak pihak
P.21
Tujuan & target minimal yg harus dicapai
P.22
Abad XXI MEMERLUKAN SARJANA YG MAMPU BERKOMUNIKASI B.IGGRIS
P.23
4 Unsur keterampilan berbahasa
P.24
Difokuskan pd bidang ilmu yg di pelajari
P.25
Menguraikan klasifikasi
P.26
Tes kemampuan Bahasa inggris
P.27
Minimal mengambil MKBI
P.28
Matakuliah tidak berkredit
P.29
Sistem kredit matakuliah
P.30
Sistem kredit sesuai dgn ketentuan
P.31
4 Jam untuk kegiatan terstruktur & 4 jam untuk kegiatan mandiri
P.32
Target MKBI
P.33
Mahasiswa diberikan pilihan
P.34
Pusat Belajar Bahasa Inggris Mandiri
P.35
Pendukung pelaksanaan MKBI
P.36
Metode pengajaran
P.37
Mencari bentuk metode pengajaran
P.38
Latar belakang kemampuan b.inggris
P.39
Kredit tiap semester
P.40
Tes Penempatan
P.41
Sistem tes penempatan
P.42
Isi kelas yg terlalu besar
P.43
Kaitan dgn lulusan SLTA yg rendah
P.44
Survey
P.45
Fasilitas yg terbatas
Pada 25 November 2009 pukul 00.59 , Anonim mengatakan...
NAMA : YURIKANITA
NPM : A1A009035
PRODI : SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KIP
DOSEN: ARONO
KELAS : B
TGL : 25 11 09
NAMA JURNAL : ILMU PENDIDIKAN
VOLUME : FEBRUARI 2000, JILID 7, NOMOR 1
JUDUL ARTIKEL : EVALUASI KURIKULUM 1994 MENURUT PERSEPSI GURU DAN SISWA SMU
PENULIS : SUKAMTO
HALAMAN ARTIKEL : 13 HAL
PARAGRAF 1
kurikulum disemua jenjang dan jalur pendidikan diindonesia
PARAGRAF 2
berbagai karakteristik kurikulum 1994
PARAGRAF 3
pergantian kurikulum persekolahan
PARAGRAF 4
proses evaluasi kurikulum
PARAGRAF 5
pentingnya kurikulum secara formatif
PARAGRAF 6
mengintegrasikan pengembangan profesional dan meningkatkan mutu pendidikan
PARAGRAF 7
meningkatkan minat dan kebutuhan suatu kurikulum
PARAGRAF 8
pengembangan kurikulum
PARAGRAF 9
dinamika interaksi pembelajaran'
PARAGRAF 10
pentingnya evaluasi kurikulum
PARAGRAF 11
populasi yg menjadi wilayah generalisasi penelitian
PARAGRAF 12
evaluasi mata pelajaran
PARAGRAF 13
teknik pengumpulan data dalam lukakarya evaluasi kurikulum
PARAGRAF 14
jawaban guru terhadap pertanyaan evaluasi
PARAGRAF 15
hambatan yang dihadapi guru
PARAGRAF 16
persepsi guru tentang setiap mata pelajaran
PARAGRAF 17
fisika : pembelajaran sudah berjalan seperti diharapkan
PARAGRAF 18
kinia : dirasakan kekurangan guru kimia
PARAGRAF 19
matematika : urutan materi dalam GBPP tidak sesuai
PARAGRAF 20
biologi : kesul;itan penyelenggaraan pratikum
PARAGRAF 21
ekonomi : ada keterbatasan kelengkapan perangkat kurikulum
PARAGRAF 22
geografi : belum tersedia pembelajaran geografi yang memadai
PARAGRAF 23
sosiologi : ada kelangkaan buku
PARAGRAF 24
PPKN : gairah belajar siswa yang rendah
PARAGRAF 25
sejarah : ada kerancuan materi dan sitematis sejarah
PARAGRAF 26
bahasa indonesia : buku dirasakan belum lengkap
Paragraf 27
bahasa inggris : pendekatan komunikatif belum dapat dijalankan karena kurang sinkron dengan sistem instrumen evaluasi
PARAGRAF 28
kesenian : proses pembelajaran masih sangat tergantung kemampuan masing-masing guru
PARAGRAF 29
beberapa kelemahan penyesuaian kurikulum
PARAGRAF 30
renponden siswa dalam penelitian evaluasi
PARAGRAF 31
relevansi dan daya dukung buku paket belum maksimal
PARAGRAF 32
fisika : pembelajaran dinilai masih tradisional
PARAGRAF 33
kimia: kekurangan waktu dan sarana laboratorium
PARAGRAF 34
matematika : siswa merasa pembelajaran terlalu teoritis
PARAGRAF 35
biologi: kapasitas ruangan dan sarana lab kurang memadai
PARAGRAF 36
ekonomi : siswa menyatakan guru-guru kurang menguasai beberapa topik
PARAGRAF 37
Geografi : siswa merasa kurangnya pembekalan untuk UMPTN
PARAGRAF 38
sosiologi : kurangnya koleksi perpustakaan
PARAGRAF 39
PPKN : minat siswa belajar rendah
PARAGRAF 40
sejarah : mayoritas siswa kurang tertarik dengan cara guru
PARAGRAF 41
bahasa indonesia : keluhan siswa terutama pada pembelajaran materi
PARAGRAF 42
bahasa inggris : siswa sudah menyadari pentingnnya tetapi masih ada keluhan
PARAGRAF 43
kesenian : keluhan guru kesenian kurang profesional
PARAGRAF 44
mengevaluasi implementasi kurikulum disekolah
Pada 25 November 2009 pukul 00.59 , Anonim mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
Pada 25 November 2009 pukul 01.02 , Anonim mengatakan...
NAMA : Hasmiana
NPM : A1A009061
Nama Jurnal : Teknologi Pendidikan
Nama Penulis Artikel : Muktiraga's Weblog
Volume : 24 Desember 2007
Judul Artikel : E-Learning VS I-Learning
Paragraf 1
Belajar bisa dimana saja tanpa terhalang kendala geografis
Paragraf 2
Teknologi internet telah memudahkan proses belajar mengajar
Paragraf 3
Pengertian E-Learning mengacu pada pembelajaran yang menggunakan teknologi internet
Paragraf 4
E-Learning adalah systim pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik
Paragraf 5
Media elektronik sangat membantu proses pembelajaran
Paragraf 6
Proses pembelajaran yang berbasis elektronik
Paragraf 7
Karakteristik khusus
Paragraf 8
Jenis alat elektronik
Paragraf 9
Bagian mengenai E-learning
Paragraf 10
Computer Based Training
Paragraf 11
Sistem CBT
Paragraf 12
Keuntungan dari sistem CBT
Paragraf 13
Perkembangan Web Based Training
Paragraf 14
Video-conferencing yang sangat digemari
Pada 25 November 2009 pukul 01.08 , Anonim mengatakan...
Nama : Iztin Syarifah Ma'ani
NPM : A1A090013
Kelas : B
Semester : 1 (satu)
Mata kuliah : Membaca
Dosen pembimbing : Arono
FKIP Prodi Bahasa Indonesia.
Identitas Jurnal.
Nama Jurnal : Jurnal Ilmu Pendidikan
Volume Jurnal : Jilid 7 nomor 1
Judul Artikel : Peningkatan Kemampuan Siswa Memahami Puisi dengan Model Strata Norma.
Penulis Artikel : Nurhayati dan Yuli Karsiah
Jumlah halaman artikel : 9 halaman.
Ide pokok dari setiap paragraf..
Paragraf :
1. Pembelajaran satra
2. Penyebab bermasalahnya pembelajaran sastra
3. Penyebab bermasalahnya pembelajaran sastra faktor eksternal
4. Hasil evaluasi baca puisi
5. Cara mempertinggi kualitas pembelajaran puisi
6. Mengembangkan kegiatan belajar mengajar secara bervariasi
7.Model strata norma
8.model strata norma
9.Lapis bunyi
10.Lapis arti
11.Lapis yang berupa objek-objek
12.Lapis dunia atau realita
13.Lapis metafisis
14.Analisis strata norma
15. Penerapan analisis
16.Penerapan analisis
17. Metode penelitian tindakan
18. Subjek penelitian
19. Cara penganalisisan data (kualitatif dan kuantitatif)
20.Dua segi keberhasilan penelitian tindakan
21.Segi proses
22.Segi hasil pembelajaran
23.Hasil tes awal
24.Rendahnya nilai siswa
25.Gagalnya tes para siswa
26.Berhasilnya tes
27.Persentasi siswa yang berhasil tes
28.Tujuan pelaksanaan siklus
29.Hasil pelaksanaan siklus
30.Materi membaca puisi
31.Penyebab siswa tidak dapat mengikuti pembelajaran lapis bunyi
32.Kebingungan siswa
33.Rima akhir
34.Pola terusan
35.Proses penyelesaian unsur lapisan
36.Model strata norma
37.Perlunya dilakukan siklus dua.
38.Pembahasan materi siklus dua
39.Antusiasme siswa
40.Pembahasan siswa.
41.Siswa mampu membahas puisi
42.Pembahasan rima
43.Perbedaan pola rima
44.Lanjutan proses penemuan rima
45.Pembahasan tema
46.Proses tindakan siklus dua
47.Refleksi akhir siklus dua
48.Faktor kesulitan siswa
49.Cara menguji kemampuan pemahaman siswa
50.Tingkat kesulitan puisi
51.Suasana saat tes
52.Penyebab penurunan nilai
53.Penurunan nilai
54.Peningkatan pemahaman puisi
55.Perlunya Lembar Kerja Siswa
56. Kekurangan model strata norma
Pada 25 November 2009 pukul 01.13 , Anonim mengatakan...
Nama:Risma noflis
Npm:A1A009027
Nama jurnal:jurnal mimbar pendidikan
Penulis:Haryono Sudriamunawar
Volume:No4 thn 2002
penerbit:University press upi
Judul artikel:Fungsi ilmu komunikasi dalam pendidikan nasional
Paragraf 1:Manusia menghendaki sesuatu yang paling baik
Paragraf 2:bebas memperoleh berbagai informasi
Paragraf 3:Timbul persoalan baru
Paragraf 4:paradigma bersifat linier
Paragraf 5:Tidak perlu adanya kemampuan akademik
Paragraf 6:ilmu komunikasi harus lebih berperan
Paragraf 7:Menjadi fasilitator dan mediator
Paragraf 8:menjaga keseimbangan antara nilai nilai akademik dengan profesionalisme
Paragraf 9:menghasilkan lulusan yang mempunyai kemampuan akademik dan profesionalisme
Paragraf 10:Rusaknya sendi sendi kehidupan manusia
Paragraf 11:Bangsa indonesia harus berjuang
Paragraf 12:Transaksi komunikasi
Paragraf 13:Hasil pendidikan
Paragraf 14:Memahami proses komunikasi secara utuh
Paragraf 15:Cara untuk menjaga agar ilmu komunikasi tetap survive
Pada 25 November 2009 pukul 01.29 , Anonim mengatakan...
NAMA : SRI DEWI APRIANTI
NPM : A1A009077
IDENTITAS JURNAL
Nama : JURNAL ILMU PENDIDIKAN
Judul Artikel : Cara Guru Memotivasi dan Pengaruhnya terhadap Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran
Penulis : Hj.Zahera Sy
Volume : Februari 2000,Jilid 7 No.1
Ide-ide pokok tiap paragraf
PARAGRAF 1
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakan
PARAGRAF 2
Kenyataan bahwa seringkali guru yang aktif,siswa hanya penonton
PARAGRAF 3
Guru kurang memahami siapa anak didik dan bagaimana cara membangkitkan minat siswa
PARAGRAF 4
Tujuan guru adalah untuk membangkitkan motivasi siswa
PARAGRAF 5
Cara yang dapat dilakukan guru untuk memotivasi siswa
PARAGRAF 6
Cara guru memotivasi siswa dalam penelitian
PARAGRAF 7
Pengertian keaktifan siswa
PARAGRAF 8
Jenis aktivitas dalam kegiatan belajar mengajar
PARAGRAF 9
Penelitian dalam mata pelajaran IPS
PARAGRAF 10
Tujuan pengajaran IPS
PARAGRAF 11
Tujuan penelitian
PARAGRAF 12
Metode dan lokasi penelitian
PARAGRAF 13
Hasil observasi
PARAGRAF 14
Pengamatan terhadap metode yang digunakan
PARAGRAF 15
Tidak ada hubungan antara pemberian motivasi oleh guru kepada siswa dengan aktivitas siswa dalam proses belajar
PARAGRAF 16
Pembahasan hasil analisis
PARAGRAF 17
Tujuan pengajaran adalah mula dan muara dari kegiatan belajar mengajar
PARAGRAF 18
Menggunakan metode yang bervariasi merupakan salah satu cara memotivasi siswa
PARAGRAF 19
Guru menciptakan suasana persaingan dalam kelas
PARAGRAF 20
Guru diharapkan mengoreksi hasil pekerjaan siswa dan memberitahukan hasilnya
PARAGRAF 21
Pemberian hadiah merupakan faktor motivasi yang positif
PARAGRAF 22
Guru hendaknya memperhatikan lingkungan
PARAGRAF 23
Faktor lingkungan belajar juga menentukan motivasi
PARAGRAF 24
Masih banyak guru yang belum menerapkan cara memotivasi dalam proses belajar
PARAGRAF 25
Aktivitas siswa ditentukan oleh faktor dalam diri siswa dan faktor dari luar
PARAGRAF 26
Kesimpulan
PARAGRAF 27
Saran: Guru hendaklah memperhatikan suasana kelas
Pada 25 November 2009 pukul 01.39 , Anonim mengatakan...
NAMA :MARDATILLAH
NPM :A1A009017
PRODI :SASTRAINDONESIA
FAKULTAS:KIP
DOSEN :ARONO
TANGGAL:25112009
NAMA JURNAL:ILMU PENDIDIDKAN
VOLUME JURNAL :FEBRUARI 2000,JILID 7 NO 1
JUDUL ARTIKEL :MENGOPTIMALKAN KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI UNTUK MENINGKATKAN KESEGARAN JASMANI PESERTA DIDIk SEKOLAH DASAR
PENULIS :R.P.M.Junusul Hairy
jumlah halaman :12 halaman
Paragraf 1
Menghasilkan manusia yang berkualitas
Paragraf 2
Tujuan pendidikan nasional
Paragraf 3
Menata kembali kurikulum
Paragraf 4
Pertimbangan surat kepetusan mendikbud
Paragraf 5
Intensifikasi penyelenggaraan pendididkan
Paragraf 6
Peranan pendidikan jasmani merangsang pertumbuhan dan perkembang manusia
Paragraf 7
Pembinaan olahraga usia dini masih sangat memprihatin kan
Paragraf 8
Murid yang di ajar oleh guru pendidikan jasmani,peningkatan kesegaran jasmaninya jauh lebih tinggi
Paragraf 9
Belum terpenuhi anggaran
Paragraf 10
Memberikan ide p0kok
Paragraf 11
Merekrut guru pendidikan jasmani
Paragraf 12
Program kegiatan peningkatan mutu tenaga pendidik
Paragraf 13
Upaya peningkatan mutu pengajaran
Paragraf 14
Guru pendidikan jasmani denagn guru kelas bisa menjadi mitra
Paragraf 15
Mnentukan nilai
Paragraf 16
Mengidentifikasi Tujuan
Paragraf 17
Menentukan tanggal pretesting
Paragraf 18
Mengembangkan kartu catatan kesegaran jasmani
Paragraf 19
Menyiapkan murid-murid untuk penilaian kesegaran jasmani
Pragraf 20
Guru kelas membantu guru pendidikan jasmani di dalam melaksanakan testing
Paragraf 21
Guru pendidikan jasmani mengadakan diskusi
Paragraf 22
Setiap murid diberi kesempatan untuk berpartisipasi didalam latihan kesegaran jasmani
Pragraf 23
Aktivitas untuk mengembangkan 5 komponen kesehatan
Paragraf 24
Menggunakan atribut umum disiplin akademik
Paragraf 25
Guru pendidikan jasmani mengintegrasikan konsep pengajaran kesegaran jasmani melalui berbagai aktivitas
Paragraf 26
Guru kelas mengajar kesehatan yang berhubungan dengan konsep kesegaran jasmani melalui berbagai aktivitas
Paragraf 27
Menentukan tanggal
Pragraf 28
Menentukan policy
Pragraf 29
Mempergunakan hasil posttest
Paragraf 30
Cara menimbulkan antusiasme murid terhadap pendidikan jasmani
Paragraf 31
Peningkatan mutu guru pendidikan jasmani
Paragraf 32
Mengajar murid-murid untuk lebih aktif berpartisipasi
Pragraf 33
Kerjasama guru pendidikanjasmani9 dengan guru-guru kelas lainnya dan terutama kepala sekolah
Paragraf 34
Memberi kesempatan kepada murid-murid untuk melakukan self-testing
Paragraf 35
Cara kreatif untuk berbagai aktivitas kesegaran jasmani
Paragraf 36
Pemanfaatan sisa ruangan kelas untuk dipergunakan sebagi sarana dalam melakukan self-testing
Pada 25 November 2009 pukul 02.00 , Anonim mengatakan...
NAMA:ERNA SARI
NPM:A1A009005
Mata Kuliah:membaca
Pembimbing:Pak Arono
Tanggal:25 november 2009
Judul Artikel: Pendidikan Sebagai Investasi Jangka Panjang
Penulis :Drs Nurkolis,MM
Topik : Investasi Pendidikan
Ide pokok Paragraf 1: Sumber daya Indonesia masih sangat lemah,untuk mendukung perkembangan industri dan ekonomi.
Ide pokok paragraph 2 :Pemerintah Indonesia mulai melirik pendidikan sebagai investasi jangka panjang,setelah selama ini pendidikan terabaikan.
Ide pokok Paragraph 3 : Pedidiakan adalah alat untuk perkembangan ekonomi bukan sekedar pertumbuhan ekonomi.
Ide pokok paragraph 4 : Semakin berpendidikan seseorang maka tingkat pendapatannya semakin baik.
Ide pokok paragraph 5 : Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia yang memberi manfaat moneter ataupun nonmoneter.
Ide pokok paragraph 6 : Sumber daya manusia yang berpendidikan akan menjadi modala utama pembangunan nasonal,terutama untuk perkembangan ekonomi.
Ide pokok paragraph 7: Investasi pendidikan memberikan nilai baik yang lebih tinggi dari pada investasi fisik di bidang lain.
Ide pokok paragraph 8 : Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka manfaat sosialnya semakin kecil .
Ide pokok paragraph 9 : Yang menikmati pendidikan di PTN adalah beraal dari masyarakat mampu.
Ide pokok paragraph 10 : Yang diperlukan di Indonesia adalah pendidikan dasar dan bukan pendidikan yang canggih.
Ide pokok paragraph 11: Investasi dalam pendidikan memiliki banyak fungsi selain fungsi teknis- ekonomi, fungsi politis, fungsi budaya , dan fungsi kependidikan.
Ide pokok paragraph 12: Fungsi politis merujuk pada sumbangan pendidikan terhadap perkembangan politik pada tingkatan social yang berbeda .
Ide pokok paragraph 13 : Fungsi budaya merujuk pada sumbangan pendidikan pada peralihan dan perkembangan budaya pada tingkatan sosial yang berbeda.
Ide pokok paragraph 14 : Apabila kita ingin mencetak generasi penerus yang mandiri,bermoral, dewasa, dan bertanggung jawab.konsekwensinya , semua yang terlibat dalam dunia pendidikan Indonesia harus mampu memberikan suri tauladan yang bisa jadi panutan generasi muda.
Ide pokok paragraph 15 : Semua pejabat mulai dari level tertinggi hingga terendah di legislative, eksekutif, dan yudikatif, harus segera menghentikan segala bentuk petualangan mereka yang hanya ingin mengejar kepentingan pribadi atau kelompok sesaat denganmengorbankan kepentingan Negara.
Pada 25 November 2009 pukul 02.00 , Anonim mengatakan...
NAMA: YUNI ANGGRAINI
NPM: A1A009033
MATA KULIAH : MEMBACA
PEMBIMBING : PAK ARONO
TANGGAL : 25 NOVEMBER 2009
Judul artikel : PENDIDIKAN NASIONAL YANG BERMORAL
Topik: Pendidikan Nasional
Tanggal : 23 januari 2003
Penulis : Amirul Mukminin
Ide pokok
Paragraf 1 : Generasi muda saat ini mudah emosi dan lebih mengutamakan otot dari pada pikiran.
Paragraph 2 : Oknum pelajar dan mahasiswa banyak melakukan tindakan kriminal
Paragraph 3 : Tindakan KKN dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai latar
belakang pendidikan tinggi baik dalam negeri maupun luar negeri
Paragraph 4 : Untuk menyiapkan generasi penerus yang bermoral ,beretika,sopan,santun, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa membutuhkan waktu yang lama.
Paragraph 5 : Pendidikan Nasional dan Nasib generasi penerus memiliki hubungan yang sangat erat.
Paragraph 6 Perubahan dalan Pendidikan nasional jangan hanya terpaku pada perubahan kurikulum, peningkatan anggaran pendidikan, dan perbaikan fasilitas.
Paragraph 7 : Anggaran pendidikan yang tinggi belum tentu mengubah dengan cepat kondisi pendidikan kita saat ini.
Paragraph 8 : Guru harus berlaku adil dan hilangkan perbedaan.
Paragraph 9 : Pendidikan nasional kita telah berlaku tidak adil dan membuat perbedaan diantara para peserta didik.
Paragraph 10 : Buatlah perbedaan yang bisa menumbuhkan peserta didik yang mandiri,bermoral,dewasa dan bertanggung jawab.
Paragraph 11 : Pendidikan nasinal kita belum mengajarkan bagaimana berlaku adil dan menghilangkan perbedaan.
Paragraf 12 : Pejabat harus segera berbenah diri dan mengubah prilaku.
Paragraph 13 : Jangan salahkan jika generasi muda saat ini meniru apa yang telah pejabat lakukan.
Paragraph 14 : Semua pejabat di Negara ini mulai saat ini harus bertanggung jawab dan konsisten dengan ucapannya kepada rakyat.
Paragraph 15 :Pendidikan nasional selama ini telah mengenyampingkan banyak hal .
Paragraph 16 : Dalam dunia pendidikan banyak terjadi penyimpangan- penyimpangan yang sangat parah dan pelakunya adalah orang-orang yang mengerti tentang pendidikan .
Paragraph 17 : Setiap awal tahun ajaran baru pendidikan tingkat dasar sampai menengah sama parahnya.
Paragraph 18 : Pendidikan nasional harus bisa mencetak generasi muda yang bermoral.
Paragraph 19 : Proses transformasi ilmu pengetahuan terhadap peserta didik harus dilakukan dengan cara yang bermoral pula.
Paragraph 2 : Fungsi kependidikan merujuk pada sumbangan pendidikan terhadap perkembangan dan pemeliharaan pendidikan pada tingkat social yang berbeda .
Paragraph 21 : Semakin berpendidikan maka semakin baik ststus social seseorang dan penghormatan masyarakat terhadap orang yang berpendidikan lebih baik dari pada yang kurang berpendidikan.
Paragraph 22 : Iinvestasi dalam bidang pendidikan tidak semata-mata untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi tetapi lebih luas lagi.
Paragraph 23 : Investasi jangka panjang harus menjadi pilihan utama.
Pada 25 November 2009 pukul 02.09 , Anonim mengatakan...
NAMA : ASRI DYARTI
NPM : A1A009047
DOSEN : ARONO,M.Pd
TANGGAL PEMBUATAN : 25/11/2009
Nama Jurnal : Mimbar Pendidikan
Volume : 4 tahun XXII 2002
Judul Artikel: Menumbuhkan Masyarakat Terdidik
Penulis : Dr. Andrea Bintoro, Drs, S.E., MS
Jumlah halaman artikel : 5 halaman
Ide Pokok Setiap Paragraf :
Paragraf 1 :
Tulisan ini berusaha menggambarkan betapa pentingnya menumbuhkan masyarakat terdididk yaitu masyarakat yang cerdas dan etis.
Paragraf 2 :
Penanaman dan penumbuhan nilai etis itu sebaiknya dilaksanakan pada masa peka yaitu masa anak belajar di sekolah dasar.
Paragraf 3 :
kata kunci (Disiplin, Etik, Etika)
Paragraf 4 :
Kemelekatan pada kelompok sosial (Mendidik, Moralitas, Otonomi manusia, Plagiat)
paragraf 5 :
Pengertian masyarakat terdidik
Paragraf 6 :
Pengertian etika menurut Latulhamalo
Paragraf 7 :
Pengertian pendidikan etik
Paragraf 8 :
Pendapat Durkheim (1973:2) tentang pendidikan etik
Paragraf 9 :
Pendidikan yang murni rasional
Paragraf 10 :
Perubahan yang bersifat revolusioner
Paragraf 11 :
Menurut Durhkeim jiwa disiplin ialah unsur pertama moralitas
Paragraf 12 :
Beberapa unsur dalam karakter etis yang hanya dikaitkan dengan disiplin
Paragraf 13 :
Masyarakat memenuhi syarat sebagai tujuan perbuatan etis
Paragraf 14 :
Kemerdekaan kepada kelompok sosial ialah unsur moralitas yang kedua
Paragraf 15 :
Pendapat Durkheim tentang otonomi
Paragraf 16 :
Otonomi ialah unsur etik yang ketiga
Paragraf 17 :
Aturan moral atau etis harus secara bebas diinginkan dan diterima karena dipahami.
Paragraf 18 :
Setiap aspek kurikulum mengandung banyak hal tentang maslah etis dan moral
Paragraf 19 :
Pendidikan moral itu disebut kognitif
Paragraf 20 :
Dewey menekankan bahwa tujuan pendidikan ialah perkemnbangan baik intelektual maupun etis
Paragraf 21 :
Pendapat Kohlberg tentang nalar
Paragraf 22 :
Pendapat Kohlberg mengenai tindakan moral etis
Paragraf 23 :
Fakto-faktor tindakan moral-etis
Paragraf 24 :
Adanya ketidakjujuran pada tenaga pengajar
PAragraf 25 :
Plagiat atau penjiplakan telanjang
paragraf 26 :
Tenaga pegajar yang melanggar prinsip etis dan kode etik jabatannya
Paragraf 27 :
ganbaran umum mengenai isi dari artikel "Meraih Gelar dengan Nyontek"
Paragraf 28 :
Keadaan masyarakat dan pendidikan Indonesia dalam keadaan kritis
Paragraf 29 :
Keinginan penulis agar kita mengintrospeksi diri yang disampaikan secara tidak langsung.
Pada 25 November 2009 pukul 02.52 , Anonim mengatakan...
NAMA : EKIS WILA
NPM : AIA009057
DOSEN :ARONO,M.Pd
Tanggal pembuatan: 251109
Identitas jurnal:
Nama jurnal: Mimbar Pendidikan(Pengajaran Budaya dan Sastra)
Volume: No.4 Tahun XXI 2002
Judul Artikel: Fungsi Ilmu Komunikasi dalam Pendidikan Nasional.
Penulis Artikel: Dr.Haryono Sudriamunawar,M.S.(Universitas Nurtanio Bandung)
Ide Pokok setiap paragraf:
Paragraf 1:
manusia cenderung dapat melakukan segala sesuatu dengan cara yang dianggapnya paling mudah.
Paragraf 2: Di zaman globalisasi ini manusia sangat bebas memperoleh berbagai informasi dengan muda.
paragraf 3: Timbul persoalan baru yaitu berupa ketepatan pemberian makna informasi sesuai konteks.
Paragraf 4: Paradigma ilmu komunikasi harus mengalami perubahan(konvergen).
Paragraf 5:Di Indonesia masih nampak bahwa konsentrasi lebih tertuju kapada kemampuan professional.
Paragraf 6: Nampaknya masyarakat telah terjebak kepada kehidupan yang serba pragmatis.
Paragraf 7: Fungsi dan peran ilmu komunikasi harus mampu menjadi fasilitator dan mediator.
Paragraf 8: Ilmu komunikasi tetap memberikan kontribusi yang kondusif.
Tuntutan Pendidikan Nasional
Paragraf 9: Dalam UU No.2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional.
Paragraf 10: Transaksi komunikasi antar manusia harus bisa berjalan dengan sebaik-baiknya.
Paragraf 11: Bangsa Indonesia harus berjuang demi terselenggaranya kehidupan yang lebih demokratis.
Paragraf 12: Proses untuk memperoleh informasi melalui transaksi komunikasi merupakan hak bagi semua orang tanpa adanya perbedaan.
Paragraf 13: Kebijakan negara adalah serangkaian keputusan yang saling berkaitan yang diambil oleh seoarang aktor politik.
Paragraf 14: Kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah dibidang pendidikan nasional harus diarahkan.
Paragraf 15: Proses belajar mengajar pada dasarnya merupakan proses komunikasi.
Paragraf 16: Cara untuk menjaga agar ilmu komunikasi.
Ilmu komunikasi dan tantangannya
paragraf 17: Pertumbuhan dan perkembangan informasi serta teknologi komunikasi dalam era globalisasi.
Paragraf 18: Akibatnya akan dapat mempengaruhi persepsi dan perilaku masing-masing individu yang dapat terjadi baik secara revolusi maupun evolusi.
Paragraf 19: Perilaku manusia hanya didorong oleh emosi sesuatu yang lepas dari pengaruh kognisi dan afeksinya.
Paragraf 20: Tantangan ilmu komunikasi agar transaksi komunikasi menjadi terarah efektif dan efesien.
Paragraf 21: Untuk mengembalikan manusia agar memahami jati diri.
Paragraf 22: Di tingkat nasional para pembina ilmu komunikasi harus dapat mempengaruhi dan menciptakan kondisi yang favourable.
Paragraf 23 : Dalam kehidupan yang demokratis harkat dan martabat manusia memperoleh tempat yang utama.
Paragraf 24 : Dewasa ini komunikasi interpersonal telah berjalan dengan bebas.
Paragraf 25 : Sikap komunikasi pun cenderung mengikuti atau melayani sikap komunikator yang terkesan melaksanakan kehendak.
Paragraf 26 : Keadaan tersebut merupakan pencerminan dari proses komunikasi yang tidak baik.
Paragraf 27 : Untuk menumbuhkan kehidupan masyarakaat suatu bangsa yang demokratis diperlukan pendorong terciptanya kondisi yang favourable.
Paragraf 28 : Efek dari globalisasi informasi dan komunikasi.
Paragarf 29 :Komunikasi harus tetap memegang suatu filosofi bangsa.
Paragarf 30 : Aktualisasinya harus dipertimbangkan secara profesional.
Paragraf 31 : Ilmu komunikasi sebagi salah satu sub system dari system pendidikan nasional.
Pada 25 November 2009 pukul 06.24 , Anonim mengatakan...
NAMA: HESTI JUWITA
NPM: A1A009063
DOSEN: ARONO
TANGGAL PEMBUATAN: 25 NOVEMBER 2009
NAMA JURNAL: PENDIDIKAN NASIONAL
NAMA PENULIS: HADA AHKAMAJAYA (MAHASISWA UIN SUNAN KALIJAGA YOGYA)
VOLUME: EDISI 19 DESEMBER 2007
JUDUL ARTIKEL: KEMBALIKAN PENDIDIKAN INDONESIA
ide pokok artikel ini adalah
PARAGRAF 1:
kehidupan modern menuntut
kehidupan yang layak.
PARAGRAF 2:
cita-cita bangsa.
PARAGRAF 3:
Tugas utama dari pendidikan.
Paragraf 4:
mewujudkan mutu pendidikan di Indonesia.
Pada 25 November 2009 pukul 21.33 , Anonim mengatakan...
Nama : Valentia Nanda Pratiwi
Npm : A1A009079
Dosen : Arono,M.Pd
Tanggal : 261109
Identitas Jurnal:
Nama Jurnal : Jurnal Penelitian Pendidikan Dasar
Volume : Nomor 5 Tahun II 1998
Judul Artikel : Kemandirian Profesional Guru Dalam Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
Penulis : Lely Halimah
Jumlah Halaman : 11 Halaman
Ide Pokok Setiap Paragraf:
Paragraf 1 :
Tujuan pembelajaran IPA
paragraf 2 :
Kepedulian guru terhadap potensi peserta didik
Paragraf 3 :
Kemandirian profesional guru
Paragraf 4 :
Kendala pembelajaran IPA
Paragraf 5 :
Tujuan penelitian
Parargraf 6 :
Kajian penelitian dari situasi alamiah kelas
Paragraf 7 :
Metode penelitian tindakan kelas
Paragraf 8 :
Rencana peneltian secara kolaborasi inkuiri reflektif
Paragraf 9 :
aktivitas guru dalam menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar
Parargraf 10 :
Penentuan sampel ditetapkan melalui teknik purposif sampling
Paragraf 11 :
Teknik pengumpulan data
Paragraf 12 :
Langkah-langkah menafsirkan data
Paragraf 13 :
Perubahan yang mengarah kepada perbaikan tindakan
Paragraf 14 :
Penelitian menafsirkan temuan dari setiap tindakan secara kolaboratif inkuiri reflektif
Paragraf 15 :
Kemandirian profesional guru
Paragraf 16 :
Sikap belajar peserta didik
Paragraf 17 :
MOdel pembelajaran inkuiri akrab lingkungan
Paragraf 18 :
Guru banyak berperan sebagai sumber informasi
Paragraf 19 :
Perubahan terhadap sikap belajar peserta didik
Paragraf 20 :
Tindakan yang dilakukan oleh guru
Paragraf 21 :
Perubahan peran-peran guru secara istiqomah
Paragraf 22 :
Upaya untuk meningkatkan kemandirian profesional dalam memanfaatkan sumber-sumber belajar
Pada 25 November 2009 pukul 21.45 , Anonim mengatakan...
Nama : Anggilia jani Crista
Npm : A1A009043
Tanggal : 25 November 2009
Dosen : Arono, M.Pd
Identitas Jurnal :
Nama Jurnal : Jurnal Pendidikan Dasar
Penerbit : Proyek Pendidik Guru SD Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan kebudayaan
Jakarta
Volume : Edisi Khusus Penelitian Tindakan Kelas
Judul Artikel : Usaha Guru Menciptakan Iklim Kelas yang Serasi Bagi terwujudnya Kegiatan Belajar mengajar Yang Optimal Melalui Pelibatan Murid Dalam Pengaturan Fisik Kelas Dan penanganan Gangguan Disiplin Kelas.
Pengarang : Aunurrahman
Ide pokok setiap paragraf :
Paragraf 1 : Faktor dan unsur kegiatan belajar mengajar.
Paragraf 2 : Perbedaan-perbedaan individu dan suasana kelas yang sesunggguhnya sangat mempengaruhi proses belajar mengajar.
Paragraf 3 : Iklim kelas yang kondusif.
Paragraf 4 : Perlu melakukan penelitian dan perbaikan yang lebih spesifik terhadap usaha-usaha guru dalam menciptakan iklim kelas yang kondusif bagi terciptanya proses belajar mengajar yang optimal.
Paragraf 5 : Tujuan penelitian.
Paragraf 6 : Usaha-usaha proses belajar yang akan memberikan kegunaan.
Paragraf 7 : Penelitian ini dilakukan dengan mengggunakan ranangan penelitian tindakan kelas.
Paragraf 8 : Variable dalam penelitian.
Paragraf 9 : Variable yang berkenaan dengan iklim kelas.
Paragraf 10 : Cara memperoleh data.
Paragraf 11 : Penggumpulan data dalam penelitian.
Paragraf 12 : Analisis data.
Paragraf 13 : Cara penafsiran dan penyimpulan.
Paragraf 14 : Pelaksanaan penelitian siklus 1.
Paragraf 15 : Tindakan pada siklus 1 dapat disimpulkan.
Paragraf 16 : Aspek keterlibatan murid dalam rendahnya kegiatan belajar mengajar.
Paragraf 17 : Wawancara dengan murid-murid.
Paragraf 18 : Kesimpulan siklus 1.
Paragraf 19 : Langakh-langkah yang dikembangkan.
Paragraf 20 : Prosedur dan langkah-langkah yang memberikan hasil cukup baik.
Paragraf 21 : Iklim kelas yang utuh dan serasi dalam kegiatan pembelajaran perlu dijadikan bagian penting dalam suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang utuh.
Paragraf 22 : Dampak psikologis yang cukup besar dalam rangka menumbuhkan keikutsertaan mereka dalam memelihara keserasian kelas.
Paragraf 23 : Usaha menumbuhkankeberanian dan percaya diri murud agar aktif bertanya dan mengemukakan pendapat dalam kegiatan belajar.
Paragraf 24 : Upaya mencitakan suasana tenag dan keterlibatan murid.
Paragraf 25 : Pengkajian aspek-aspek makro.
Pada 25 November 2009 pukul 21.47 , Anonim mengatakan...
Nama : Anggilia jani Crista
Npm : A1A009043
Tanggal : 25 November 2009
Dosen : Arono, M.Pd
Identitas Jurnal :
Nama Jurnal : Jurnal Pendidikan Dasar
Penerbit : Proyek Pendidik Guru SD Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan kebudayaan
Jakarta
Volume : Edisi Khusus Penelitian Tindakan Kelas
Judul Artikel : Usaha Guru Menciptakan Iklim Kelas yang Serasi Bagi terwujudnya Kegiatan Belajar mengajar Yang Optimal Melalui Pelibatan Murid Dalam Pengaturan Fisik Kelas Dan penanganan Gangguan Disiplin Kelas.
Pengarang : Aunurrahman
Ide pokok setiap paragraf :
Paragraf 1 : Faktor dan unsur kegiatan belajar mengajar.
Paragraf 2 : Perbedaan-perbedaan individu dan suasana kelas yang sesunggguhnya sangat mempengaruhi proses belajar mengajar.
Paragraf 3 : Iklim kelas yang kondusif.
Paragraf 4 : Perlu melakukan penelitian dan perbaikan yang lebih spesifik terhadap usaha-usaha guru dalam menciptakan iklim kelas yang kondusif bagi terciptanya proses belajar mengajar yang optimal.
Paragraf 5 : Tujuan penelitian.
Paragraf 6 : Usaha-usaha proses belajar yang akan memberikan kegunaan.
Paragraf 7 : Penelitian ini dilakukan dengan mengggunakan ranangan penelitian tindakan kelas.
Paragraf 8 : Variable dalam penelitian.
Paragraf 9 : Variable yang berkenaan dengan iklim kelas.
Paragraf 10 : Cara memperoleh data.
Paragraf 11 : Penggumpulan data dalam penelitian.
Paragraf 12 : Analisis data.
Paragraf 13 : Cara penafsiran dan penyimpulan.
Paragraf 14 : Pelaksanaan penelitian siklus 1.
Paragraf 15 : Tindakan pada siklus 1 dapat disimpulkan.
Paragraf 16 : Aspek keterlibatan murid dalam rendahnya kegiatan belajar mengajar.
Paragraf 17 : Wawancara dengan murid-murid.
Paragraf 18 : Kesimpulan siklus 1.
Paragraf 19 : Langakh-langkah yang dikembangkan.
Paragraf 20 : Prosedur dan langkah-langkah yang memberikan hasil cukup baik.
Paragraf 21 : Iklim kelas yang utuh dan serasi dalam kegiatan pembelajaran perlu dijadikan bagian penting dalam suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang utuh.
Paragraf 22 : Dampak psikologis yang cukup besar dalam rangka menumbuhkan keikutsertaan mereka dalam memelihara keserasian kelas.
Paragraf 23 : Usaha menumbuhkankeberanian dan percaya diri murud agar aktif bertanya dan mengemukakan pendapat dalam kegiatan belajar.
Paragraf 24 : Upaya mencitakan suasana tenag dan keterlibatan murid.
Paragraf 25 : Pengkajian aspek-aspek makro.
Pada 26 November 2009 pukul 01.30 , Anonim mengatakan...
NAMA: GUNTARI RAHMA WANTI
NPM: A1A009009
DOSEN: ARONO
KELAS: B
SEMESTER: 1(SATU)
NAMAJURNAL: JURNAL ILMU PENDIDIKAN
VOLUME: JILID 7 NO.1
JUDUL ARTIKEL: IKLIM ORGANISASI JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
PENULIS: HUSAINI USMAN
JUMLAH HALAMAN ARTIKEL: 7 HALAMAN
IDE POKOK:
PARAGRAF:
1. HARAPAN PARA PENDIDIK MENGENAI IKLIM ORGANISASI
2. NILAI AKREDITASI DAN PERMASALAHANNYA
3. PENGERTIAN KLIM ORGANISASI TERDAHULU
4. DESAIN PENELITIAN SEMANTARA, INFORMAN BOLA SALJU INSTRUMEN
5. UPAYA PENINGKATAN KREDIBILITAS HASIL PENELITIAN
6. TRANFERABILITAS HASIL PENELITIAN
7. BERDASARKAN KATAGORISASI HUBUNGAN ANTARTEMA, ANTAR HIPOTESIS, KONSEP, DEFINISI,DIMENSI IKLIM ORGANISASI
8. KONSEP DIMENSI IKLIM ORGANISASI JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN FPTK IKIP YOGYAKARTA
9. TEMUAN DEFINISI IKLIM ORGANISASI
10. HASIL PENELITIAN GUION, HOY DAN TARTYER, JAMES DAN JONES, HOY DKK, KEEFE DKK
11. DIMENSI IKLIM ORGANISASI JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
12. KONSEP DIMENSI
13. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN TEMUAN DIMENSI
Pada 26 November 2009 pukul 05.37 , Anonim mengatakan...
NAMA :Lisnia Wati Efendi
NPM : A1A009015
DOSEN PEMBIMBING : Arono,M.Pd.
TANGGAL :26 november 2009
NAMA JURNAL : bahasa indonesia dan globalisasi
nama & E-mail (penulis): Drs. Masnur Muslich, M.Si.
VOLUME: 11 oktober 2006
JUDUL ARTIKEL: kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.
JUMLAH HALAMAN : 4 halaman
paragraf 1
bahasa indonesia mempunyai empat kedudukan, yaitu bahasa persatuan, bahasa nasional, bahasa negara, dan bahasa resmi.
paragraf 2
bahasa indonesia mempersatuakan bangsa Indonesia yang terdiri atas ratusan suku vangsa atau etnik.
paragraf 3
bahasa Indonesia dapat menyerasikan hidup sebagai bangsa yang bersatu tanpa meninggalkan identitas kesukuan.
paragraf 4
latar belakang budaya dan bangsa yang berbeda-beda berpotensi untuk menghambat perhubungan antardaerah antarbudaya.
paragraf 5
bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan.
paragraf 6
bahasa Indonesia merupakan alat pengungkapan perasaan.
paragraf 7
bahasa Indonesia dipakai dalam kegiatan kenegaraan. baik lisan maupun tulis.
paragraf 8
bahas Indonesia juga sebagai alat penghubung formal pemerintahan dan kegiatan formal lainnya.
paragraf 9
bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa budaya dan bahasa ilmu.
paragraf 10
bahas indonesia berfungsi sebagai bahasa pengantar lembaga-lembaga pendidikan.
Pada 26 November 2009 pukul 05.49 , Anonim mengatakan...
NAMA :Wahyu Lestari
NPM : A1A009031
DOSEN : Arono, M.Pd.
TANGGAL :26 Nov 2009
NAMA JURNAL : Pentingnya Pendidikan
VOLUME : 4 Agustus 2005
JUDUL ARTIKEL : gagal UN karena Bahasa Indonesia
topik : lemahnya perhatian terhadap Bahasa Indonesia
1. hasil ujian Nasional tahun pelajaran 2004/2005
2. nilai- nilai perolehan hasil UN
3. bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional
4. motivasi anak untuk mempelajari bahasa indonesia
5. pengajaran bahasa Indonesia di sekolah sebagai salah satu media utama dalam menanamkan pengetahuan bahasa Indonesia
6. pengajaran bahasa Indonesia adalah tanggung jawab guru bahasa Indonesia sepenuhnya.
7. media massa sebagai sarana pemberi informasi
8. mempelajari bahasa asing menjadi tuntutan perkembangan zaman
9. sekolah sebagai media utama pembelajaran bahasa
10. kesalahan-kesalahan penggunaan bahasa Indonesia akan berpengaruh besar terhadap penggunaannya
Pada 29 November 2009 pukul 10.07 , Anonim mengatakan...
nama :Agus Budianto
Npm :A1A009041
Dosen :Arono
Tgl pembuatan :29 November 2009
Nama jurnal :pendidikan
jumlah halaman :2 halaman
ide pokok
Paragraf 1:
Pengertian pendidikan
Paragraf 2:
Ki Hajar Dewantara mengartikan pddkn sbg upaya untik memajukan budi pekerti, pikiran, serta jasmani anak
Paragraf 3:
dalam pddkn terdapat dua hal penting, yaitu aspek kognitif(berpikir) dan aspek afektif(merasa)
Paragraf 4:
pddkn di indonesia sangat tidak memperhatikan aspek afektif
Paragraf 5:
penyempitan makna dari pddkn itu sendiri
Pada 29 November 2009 pukul 17.52 , Anonim mengatakan...
Nama : Lia Ika Shavitri
NPM : A1A009069
Nama Jurnal : Investasi Pendidikan
Nama & E-mail (Penulis): Drs. Nurkolis, MM
Judul Artikel : Pendidikan sebagai Investasi Jangka Panjang
Ide Pokok
Paragraf 1 : Pemerintah tidak pernah menempatkan pendidikan sebagai prioritas terpenting.
Paragraf 2 : Pentingnya pendidikan sebagai investasi jangka panjang.
Paragraf 3 :
Alasan untuk memprioritaskan pendidikan sebagai investasi jangka panjang yang pertama yaitu, pendidikan adalah alat untuk perkembangan ekonomi dan bukan sekedar pertumbuhan ekonomi.
Paragraf 4 :
Secara umum terbukti bahwa semakin berpendidikan seseorang maka tingkat pendapatannya semakin baik.
Paragraf 5 :
Para penganut teori human capital berpendapat bahwa pendidikan adalah sebagai investasi sumber daya manusia yang memberi manfaat moneter ataupun non-moneter.
Paragraf 6 :
Sumber daya manusia yang berpendidikan akan menjadi modal utama pembangunan nasional, terutama untuk perkembangan ekonomi.
Paragraf 7 :
Alasan untuk memprioritaskan pendidikan sebagai investasi jangka panjang yang kedua yaitu investasi pendidikan memberikan nilai balik (rate of return) yang lebih tinggi dari pada investasi fisik di bidang lain.
Paragraf 8 :
Pilihan investasi pendidikan juga harus mempertimbangkan tingkatan pendidikan.
Paragraf 9 :
Model pembiayaan pendidikan yang ditawarkan ini sesuai dengan kritetia equity dalam pembiayaan pendidikan seperti yang digariskan Unesco.
Paragraf 10 :
Profesor Kinosita menyarankan bahwa yang diperlukan di Indonesia adalah pendidikan dasar dan bukan pendidikan yang canggih.
Paragraf 11 :
Alasan untuk memprioritaskan pendidikan sebagai investasi jangka panjang yang ketiga yaitu investasi dalam bidang pendidikan memiliki banyak fungsi selain fungsi teknis-ekonomis yaitu fungsi sosial-kemanusiaan, fungsi politis, fungsi budaya, dan fungsi kependidikan.
Paragraf 12 :
Fungsi politis merujuk pada sumbangan pendidikan terhadap perkembangan politik pada tingkatan sosial yang berbeda.
Paragraf 13 :
Fungsi budaya merujuk pada sumbangan pendidikan pada peralihan dan perkembangan budaya pada tingkatan sosial yang berbeda.
Paragraf 14 :
Fungsi kependidikan merujuk pada sumbangan pendidikan terhadap perkembangan dan pemeliharaan pendidikan pada tingkat sosial yang berbeda.
Paragraf 15 :
Orang yang berpendidikan diharapkan tidak memiliki kecenderungan orientasi materi/uang apalagi untuk memperkaya diri sendiri.
Paragraf 16 :
Kesimpulan
Jelaslah bahwa investasi dalam bidang pendidikan tidak semata-mata untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi tetapi lebih luas lagi yaitu perkembangan ekonomi.
Paragraf 17 :
Perkembangan ekonomi akan tercapai apabila sumber daya manusianya memiliki etika, moral, rasa tanggung jawab, rasa keadilan, jujur, serta menyadari hak dan kewajiban yang kesemuanya itu merupakan indikator hasil pendidikan yang baik.
Pada 29 November 2009 pukul 18.27 , Anonim mengatakan...
Nama : Deni Tridona
NPM : A1A009051
Nama Jurnal :Pendidikan Nasional
Nama & E-mail (Penulis): Amirul Mukminin ,Dosen di UPT - Kebahasaan UNJA/ASM Jambi, Manager LPK Bahasa Inggris-MEC
Judul Artikel : Pendidikan nasional yang bermoral
Tanggal : 23 January 2003
Ide Pokok
Paragraf 1:
Generasi muda saat ini yang mudah emosi lebih mengutamakan otot daripada akal pikiran.
Paragraf 2 :
Tindakan kriminal banyak dilakukan oleh kalangan terpelajar.
Paragraf 3 :
Tindakan KKN banyak dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai latar belakang pendidikan tinggi.
Paragraf 4 :
Hal-hal yang memungkinkan terjadinya generasi penerus yang bermoral.
Paragraf 5 :
Melalui pendidikan nasional yang bermoral
Paragraf 6 :
Seharusnya pendidikan nasional mampu menciptakan pribadi generasi penerus yang bermoral serta berbudi pekerti luhur yang lebih mementingkan kepentingan bangsa.
Paragraf 7 :
Dalam dunia pendidikan sering terjadi penyimpangan yang sangat parah.
Paragraf 8 :
Perilaku para orang tua (khususnya kalangan berduit) secara tidak langsung mengajari anak-anak mereka bagaimana melakukan kecurangan dan penipuan.
Paragraf 9 :
Proses pendidikan harus bisa membawa peserta didik kearah kedewasaan, kemandirian dan bertanggung jawab, sehingga bisa membangun bangsa.
Paragraf 10 :
Proses transformasi ilmu pengetahuan harus dilakukan dengan gaya dan cara yang bermoral.
Paragraf 11 :
Perubahan dalam pendidikan nasional jangan hanya terpaku pada perubahan kurikulum, peningkatan anggaran pendidikan, perbaikan fasilitas.
Paragraf 12 :
Anggaran pendidikan yang tinggi belum tentu dapat mengubah kondisi pendidikan.
Paragraf 13 :
Peserta didik harus berlaku adil dan menghilangkan perbedaan.
Paragraf 14 :
Gambaran pendidikan nasional.
Paragraf 15 :
Buatlah perbedaan yang bisa menumbuhkan peserta didik yang mandiri, bermoral dan bertanggungjawab.
Paragraf 16 :
Pejabat harus segera berbenah diri dan mengubah perilaku.
Paragraf 17 :
Para pejabat harus membuktikan bahwa mereka adalah hasil dari sistim pendidikan nasional selama ini.
Paragraf 18 :
Semua yang terlibat dalam dunia pendidikan Indonesia harus mampu memberikan suri tauladan yang bisa jadi panutan generasi muda.
Paragraf 19 :
Mulai sekarang, semua pejabat harus segera menghentikan segala bentuk tindakan mereka yang hanya mengejar kepentingan pribadi dengan mengorbankan kepentingan negara.
Pada 29 November 2009 pukul 18.27 , Anonim mengatakan...
Nama : Deni Tridona
NPM : A1A009051
Nama Jurnal :Pendidikan Nasional
Nama & E-mail (Penulis): Amirul Mukminin ,Dosen di UPT - Kebahasaan UNJA/ASM Jambi, Manager LPK Bahasa Inggris-MEC
Judul Artikel : Pendidikan nasional yang bermoral
Tanggal : 23 January 2003
Ide Pokok
Paragraf 1:
Generasi muda saat ini yang mudah emosi lebih mengutamakan otot daripada akal pikiran.
Paragraf 2 :
Tindakan kriminal banyak dilakukan oleh kalangan terpelajar.
Paragraf 3 :
Tindakan KKN banyak dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai latar belakang pendidikan tinggi.
Paragraf 4 :
Hal-hal yang memungkinkan terjadinya generasi penerus yang bermoral.
Paragraf 5 :
Melalui pendidikan nasional yang bermoral
Paragraf 6 :
Seharusnya pendidikan nasional mampu menciptakan pribadi generasi penerus yang bermoral serta berbudi pekerti luhur yang lebih mementingkan kepentingan bangsa.
Paragraf 7 :
Dalam dunia pendidikan sering terjadi penyimpangan yang sangat parah.
Paragraf 8 :
Perilaku para orang tua (khususnya kalangan berduit) secara tidak langsung mengajari anak-anak mereka bagaimana melakukan kecurangan dan penipuan.
Paragraf 9 :
Proses pendidikan harus bisa membawa peserta didik kearah kedewasaan, kemandirian dan bertanggung jawab, sehingga bisa membangun bangsa.
Paragraf 10 :
Proses transformasi ilmu pengetahuan harus dilakukan dengan gaya dan cara yang bermoral.
Paragraf 11 :
Perubahan dalam pendidikan nasional jangan hanya terpaku pada perubahan kurikulum, peningkatan anggaran pendidikan, perbaikan fasilitas.
Paragraf 12 :
Anggaran pendidikan yang tinggi belum tentu dapat mengubah kondisi pendidikan.
Paragraf 13 :
Peserta didik harus berlaku adil dan menghilangkan perbedaan.
Paragraf 14 :
Gambaran pendidikan nasional.
Paragraf 15 :
Buatlah perbedaan yang bisa menumbuhkan peserta didik yang mandiri, bermoral dan bertanggungjawab.
Paragraf 16 :
Pejabat harus segera berbenah diri dan mengubah perilaku.
Paragraf 17 :
Para pejabat harus membuktikan bahwa mereka adalah hasil dari sistim pendidikan nasional selama ini.
Paragraf 18 :
Semua yang terlibat dalam dunia pendidikan Indonesia harus mampu memberikan suri tauladan yang bisa jadi panutan generasi muda.
Paragraf 19 :
Mulai sekarang, semua pejabat harus segera menghentikan segala bentuk tindakan mereka yang hanya mengejar kepentingan pribadi dengan mengorbankan kepentingan negara.
Pada 30 November 2009 pukul 19.19 , Anonim mengatakan...
NAMA:SANTI RAHAYU
NPM:A1A009075
DOSEN:ARONO
TANGGAL PEMBUATAN:11209
NAMA JURNAL:PENDIDIKAN NASIONAL
NAMA& E-MAIL (PENULIS):MUHAMMAD KHAIRUL IDAMAN
SAYA MAHASISWA UMM
VOLUME:EDISI 27 JUNI 2004
JUDUL ARTIKEL:BUAT APA SEKOLAH?
PARAGRAF 1
OPINI ORANG TUA TENTANG PENDIDIKAN
PARAGRAF 2
MASYARAKAT MENILAI KEBERHASILAN SEKOLAH DARI PEKERJAAN
PARAGRAF 3
MENGAPA DUNIA PENDIDIKAN BELUM MEMBERIKAN PENCERAHAN DI TINGKAT MASYARAKAT
PARAGRAF 4
PENDIDIKAN MERUPAKAN UPAYA MEMANUSIAKAN MANUSIA
PARAGRAF 5
MASYARAKAT MEMANDANG DUNIA PENDIDIKAN SEBAGAI INSTITUSI PENYALUR PNS
PARAGRAF 6
MERENUNGI DARI BERBAGAI OPINI
PARAGRAF 7
MENGEMBALIKAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT AKAN PENDIDIKAN
Pada 30 November 2009 pukul 20.27 , Anonim mengatakan...
NAMA : watam agus setyawan
NPM : A1A009081
DOSEN PEMBIMBING : Arono,M.Pd.
TANGGAL :1 desember 2009
NAMA JURNAL : pendidikan dan masa depan
nama & E-mail (penulis): Nurkholis(dosen akademi pariwisatanusantara jaya, jakarta)
VOLUME: 11 oktober 2006
JUDUL ARTIKEL: pendidkan sebagai investasi jangka panjang
JUMLAH HALAMAN : 4 halaman
paragaraf 1.
SDM Indonesia masih sangat lemah untuk mendukung perkembanganindustri dan ekonomi.
paragaraf 2.
pendidikan sebagai investasi jangka panjang
paragaraf 3.
pendidikan sebagai alat untuk perkembangan bukan sekedar petumbuhan
paragaraf 4.
tingkat pendidikan mempengaruhi tingkat pendapatan dimasa depan
paragaraf 5.
pendidikan sebagai investasi SDM
paragaraf 6.
investasi pendidikan memberi yang lebih dibanding pada investasi fisil lainnya
paragaraf 7.
pilihan investasi pendidikan juga harus mempertimbangkan tingkat pendidikan.
paragaraf 8.
pentingnya alokasi pendidikan.
paragaraf 9.
pendidikan dasar bukan pendidikan yang canggih.
paragaraf 10.
macam-macam fungsi pendidikan
paragaraf 11.
fungsi politik
paragaraf 12.
fungsi sosial budaya.
paragaraf 13.
fungsi pemelihara pendidikan.
paragaraf 14.
pendidikan mengangkat status dimasyarakat.
paragaraf 15.
pendidikan mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
Pada 30 November 2009 pukul 21.03 , Anonim mengatakan...
Nama :Feby Jhansen't
Nmp :A1A009059
Dosen :Arono
Tanggal Pembuatan :1-12-2009
Nama Jurnal :pendidikan nasional
Volume :edisi 2009
Judul Artikel :Pendidikan gratis,salah satu pilar pembanngunan dikota bengkulu
jumlah Halaman :3 lembar
PARAGRAF 1
Tiga pilar pembangunan di BENGKULU
PARAGRAF 2
terbuainya masyrakat akan pendidikan gratis
PARAGRAF 3
permasalahan yang ditimbulkan
PARAGRAF 4
program pendidikan yang lebih rasional
PARAGRAF 5
penggunaan dana bos dengan tepat
PARAGRAF 6
pilar ekonomi kerakyatan
PARAGRAF 7
pendidikan memerlukan partisipasi masyrakat
PARAGRAF 8
pendidikan gratis bagi warga miskin
PARAGRAF 9
catatan bagi sekolah dalam pembelajarannya
PARAGRAF 10
evaluasi akan dana bos
PARAGRAF 11
evaluasi tentang warga miskin
PARAGRAF 12
transparansi dalam pendanaan sekolah
PARAGRAF 13
pemdidikan yang berkulitas berasal dari hati bukan materi
Pada 30 November 2009 pukul 21.07 , Anonim mengatakan...
Nama : Deden sumantri
Npm : A1A009003
Judul artikel : artikel pendidikan
Jumlah halaman : 7 halaman
Volume : 9
Penulis : raden adelina fauizie
Ide pokok :
Paragaraf 1.
Terpenuhinya anggaran pendidikan 20%
Paragaraf 2.
Anggaran harus digunakan secara optimal
Paragaraf 3.
Pemerintah diharapkan membantu memanfaatkan anggaran
Paragaraf 4.
Langkah nyata pemerintah belum menunjukan kesiapan
Paragaraf 5.
Pemerintah kesulitan mengelola anggaran 20%.
Paragaraf 6.
Pemerintah diharapkan mengambil langkah yang lebih jelas untuk alokasi anggaran.
Paragaraf 7.
Pendidikan adalah hal terpenting dari banyak aspek.
Paragaraf 8.
Anggaranmenjadi sia-sia jika persiapan tidak dilakukan
Paragaraf 9.
Pemerintah bekerja secara terbuka dalam mengelola anggaran.
Paragaraf 10.
Pemerintah perlu tegas dalam mengembangkan sarana pedidikan.
Paragaraf 11.
Pentingnhya pandidikan dasar yang diemban angkatan muda.
Paragaraf 12.
Penyamarataan kurikulum.
Paragaraf 13.
Perubahan yang diharaokan harus diupayakan.
Paragaraf 14.
Pengembangan sarana pendidikan menjadi prioritas utama.
Paragaraf 15.
Masalah pendidika menjadi paling penting dalam sebuah proses pembangunan bangsa.
Paragaraf 16.
Munculnya UU BHP membuat konflik semakin rumit.
Pada 19 Januari 2010 pukul 20.45 , Anonim mengatakan...
nama : santi rahayu
npm :AIA009075
kelas : B
tugas : membaca
MEMBACA DENGAN METODE SPEED READING
A. Pengertian Speed Reading
Soedarso, Speed Reading (Gramedia, cet. 11,2004) mengatakan “metode speed reading merupakan semacam latihan untuk mengelola secara cepat proses penerimaan informasi”. Seseorang akan dituntut untuk membedakan informasi yang diperlukan atau tidak. Informasi itu kemudian disimpan dalam otak.
Speed reading juga merupakan keterampilan yang harus dipelajari agar mampu membaca lebih cepat sekaligus memahami semua yang terkandung di dalam bacaan yang bersangkutan. Tidak ada orang yang dapat membaca cepat karena bakat. Maka itu harus dipahami bahwa membaca cepat bukanlah melulu cepat memecah kode dan segera menyelesaikan sebuah buku. Membaca cepat adalah bagaimana kita dapat membaca dengan pemahaman yang lebih baik dalam waktu lebih cepat serta mengingatnya dengan baik pula. Bersamaan dengan hal tersebut di atas Supriyadi (1995:127) menyatakan “keterampilan membaca yang sesungguhnya bukan hanya sekedar kemampuan menyuarakan lambang tertulis dengan sebaik-baiknya namun lebih jauh adalah kemampuan memahami dari apa yang tertulis dengan tepat dan cepat”.
Dengan menggunakan teknik speed reading para siswa diharapkan dapat lebih efesien dalam menggunakan waktu dalam belajar. Data survey menunjukkan bahwa lima dari empat puluh siswa yang telah mampu menggunakan pola speed reading dapat memahami suatu bacaan dengan sama baiknya dengan siswa yang belum menguasai speed reading. Dengan pola pelatihan yang kontiniu diharapkan para siswa dapat membaca dengan kecepatan hingga 800 kata per menit tanpa menghilangkan makna bacaan.
Pada 19 Januari 2010 pukul 20.52 , Anonim mengatakan...
nama : wahyu lestari
npm : AIA00931
kelas : B
tugas : menyimak
MEMBERDAYAKAN KEMAMPUAN MENYIMAK ANAK
Minggu,21 juni 2009
ARTIKEL
Menyimak adalah sebuah tindakan menyengajakan diri untuk mendengar. Mendengar suara burung berkicau menangkap gelombang suara melalui daun telinga. Sedangkan menyimak suara burung berkicau adalah menyengaja mendengar apa yang melintasi daun telinga oleh sebuah kesadaran diri.
Menyimak adalah cara mendengar dan menerima perasaan serta memberi tanggapan yang bertujuan menunjukkan bahwa kita sungguh–sungguh telah menangkap pesan serta perasaan yang terkandung di dalammnya. Tindakan dalam menyimak diperlukan sebagai cermin, dengan memantulkan kembali, menamai perasaan, serta mengulangi inti pesan yang diungkapkan anak sehingga ia merasa didengar, dipahami dan didukung.
Menyimak bukan hanya “masuk telinga kiri keluar telinga kanan” atau sebaliknya. Menyimak ternyata benar–benar mencoba memahami apa yang dikatakan orang lain. Menyimak adalah sebuah proses serius yang tidak bisa dilakukan hanya dengan mengandalkan kebiasaan, refleks atau insting.
Keterampilan menyimak telah diajarkan sejak dini. Selama sekolah sebagian besar pelajaran disampaikan melalui ucapan verbal. Bagi murid, menyimak adalah satu–satunya alat terbaik untuk menyerap apa yang disampaikan oleh guru. Beberapa metode ujian dilakukan dengan mendikte soal sehingga yang diuji pada murid bukan hanya kemampuan ingatannya, melainkan juga kemampuan menyimak murid tersebut.
Hambatan terutama mengapa anak terkadang tidak mampu menyimak dengan baik adalah karena biasanya anak cenderung hanya ingin mendengar apa yang ingin kita dengar. Inilah yang oleh beberapa pakar disebut sebagai saringan persepsi, atau persepsi selektif. Persepsi selektif ini dibentuk oleh nilai, kepribadian, kepentingan, tujuan, kecerdasan. Persepsi selektif ini mendorong seseorang hanya mau mendengarkan apa yang “menguntungkan” atau sesuai dengan keinginannya.
Secara umum, masalah – masalah komunikasi yang dilami anak adalah:
a. Sulit menyimak
b. Sulit mengikuti perintah yang rumit atau kompleks
c. Sulit beriteraksi dan bercakap–cakap
d. Kurang kosakata saat bercakap
e. Sulit memepelajari warna dan pembilangan
g. Gagap
h. Sulit memahami tata bahasa dan tata kalimat
i. Pengucapan yang tak jelas
Keuntungan yang diperoleh dari menyimak adalah:
a. Membantu anak untuk mengenal, menerima dan mengerti perasaanya sendiri serta menemukan cara mengatasi perasaan dan masalahnya.
b. Merangsang mereka untuk berbicara dan mengemukakan masalahnya sehingga kita dapat mengetahui dengan tepat apa yang sebenarnya dirasakan anak. Dengan demikian perasaan negatif tersebut sedikit demi sedikit akan hilang.
c. Menumbuhkan rasa hangat dan mengakrabkan hubungan orang tua dan anak. Kita jadi belajar untuk bisa menerima keunikan anakyang sedang kita dengarkan masalahnya.
d. Membuat anak merasa dirinya penting dan berharga
e. Membuat anak merasa diterima dan dipahami cenderung akan mudah menerima dan memahami orang lain.
f. Membuat anak mau mendengarkan orang tuanya sehingga terjalin kerjasama
Bagaimanakah menyimak dengan baik?
Ketika menyimak seseorang tidak dapat berbicara. Kata pepatah
Pada 19 Januari 2010 pukul 20.54 , Anonim mengatakan...
NAMA : WAHYU LESTARI
NPM : AIA009031
KELAS :B
TUGAS : MENYIMAK
MEMBERDAYAKAN KEMAMPUAN MENYIMAK ANAK
Minggu,21 juni 2009
ARTIKEL
Menyimak adalah sebuah tindakan menyengajakan diri untuk mendengar. Mendengar suara burung berkicau menangkap gelombang suara melalui daun telinga. Sedangkan menyimak suara burung berkicau adalah menyengaja mendengar apa yang melintasi daun telinga oleh sebuah kesadaran diri.
Menyimak adalah cara mendengar dan menerima perasaan serta memberi tanggapan yang bertujuan menunjukkan bahwa kita sungguh–sungguh telah menangkap pesan serta perasaan yang terkandung di dalammnya. Tindakan dalam menyimak diperlukan sebagai cermin, dengan memantulkan kembali, menamai perasaan, serta mengulangi inti pesan yang diungkapkan anak sehingga ia merasa didengar, dipahami dan didukung.
Menyimak bukan hanya “masuk telinga kiri keluar telinga kanan” atau sebaliknya. Menyimak ternyata benar–benar mencoba memahami apa yang dikatakan orang lain. Menyimak adalah sebuah proses serius yang tidak bisa dilakukan hanya dengan mengandalkan kebiasaan, refleks atau insting.
Keterampilan menyimak telah diajarkan sejak dini. Selama sekolah sebagian besar pelajaran disampaikan melalui ucapan verbal. Bagi murid, menyimak adalah satu–satunya alat terbaik untuk menyerap apa yang disampaikan oleh guru. Beberapa metode ujian dilakukan dengan mendikte soal sehingga yang diuji pada murid bukan hanya kemampuan ingatannya, melainkan juga kemampuan menyimak murid tersebut.
Hambatan terutama mengapa anak terkadang tidak mampu menyimak dengan baik adalah karena biasanya anak cenderung hanya ingin mendengar apa yang ingin kita dengar. Inilah yang oleh beberapa pakar disebut sebagai saringan persepsi, atau persepsi selektif. Persepsi selektif ini dibentuk oleh nilai, kepribadian, kepentingan, tujuan, kecerdasan. Persepsi selektif ini mendorong seseorang hanya mau mendengarkan apa yang “menguntungkan” atau sesuai dengan keinginannya.
Secara umum, masalah – masalah komunikasi yang dilami anak adalah:
a. Sulit menyimak
b. Sulit mengikuti perintah yang rumit atau kompleks
c. Sulit beriteraksi dan bercakap–cakap
d. Kurang kosakata saat bercakap
e. Sulit memepelajari warna dan pembilangan
g. Gagap
h. Sulit memahami tata bahasa dan tata kalimat
i. Pengucapan yang tak jelas
Keuntungan yang diperoleh dari menyimak adalah:
a. Membantu anak untuk mengenal, menerima dan mengerti perasaanya sendiri serta menemukan cara mengatasi perasaan dan masalahnya.
b. Merangsang mereka untuk berbicara dan mengemukakan masalahnya sehingga kita dapat mengetahui dengan tepat apa yang sebenarnya dirasakan anak. Dengan demikian perasaan negatif tersebut sedikit demi sedikit akan hilang.
c. Menumbuhkan rasa hangat dan mengakrabkan hubungan orang tua dan anak. Kita jadi belajar untuk bisa menerima keunikan anakyang sedang kita dengarkan masalahnya.
d. Membuat anak merasa dirinya penting dan berharga
e. Membuat anak merasa diterima dan dipahami cenderung akan mudah menerima dan memahami orang lain.
f. Membuat anak mau mendengarkan orang tuanya sehingga terjalin kerjasama
Bagaimanakah menyimak dengan baik?
Ketika menyimak seseorang tidak dapat berbicara. Kata pepatah
Pada 19 Januari 2010 pukul 20.55 , Anonim mengatakan...
nama : santi rahayu
npm : AIA009075
Tugas : membaca
kelas : B
MEMBACA DENGAN METODE SPEED READING
A. Pengertian Speed Reading
Soedarso, Speed Reading (Gramedia, cet. 11,2004) mengatakan “metode speed reading merupakan semacam latihan untuk mengelola secara cepat proses penerimaan informasi”. Seseorang akan dituntut untuk membedakan informasi yang diperlukan atau tidak. Informasi itu kemudian disimpan dalam otak.
Speed reading juga merupakan keterampilan yang harus dipelajari agar mampu membaca lebih cepat sekaligus memahami semua yang terkandung di dalam bacaan yang bersangkutan. Tidak ada orang yang dapat membaca cepat karena bakat. Maka itu harus dipahami bahwa membaca cepat bukanlah melulu cepat memecah kode dan segera menyelesaikan sebuah buku. Membaca cepat adalah bagaimana kita dapat membaca dengan pemahaman yang lebih baik dalam waktu lebih cepat serta mengingatnya dengan baik pula. Bersamaan dengan hal tersebut di atas Supriyadi (1995:127) menyatakan “keterampilan membaca yang sesungguhnya bukan hanya sekedar kemampuan menyuarakan lambang tertulis dengan sebaik-baiknya namun lebih jauh adalah kemampuan memahami dari apa yang tertulis dengan tepat dan cepat”.
Dengan menggunakan teknik speed reading para siswa diharapkan dapat lebih efesien dalam menggunakan waktu dalam belajar. Data survey menunjukkan bahwa lima dari empat puluh siswa yang telah mampu menggunakan pola speed reading dapat memahami suatu bacaan dengan sama baiknya dengan siswa yang belum menguasai speed reading. Dengan pola pelatihan yang kontiniu diharapkan para siswa dapat membaca dengan kecepatan hingga 800 kata per menit tanpa menghilangkan makna bacaan.
Pada 20 Januari 2010 pukul 01.14 , Anonim mengatakan...
Nama:Agus Budianto
Npm:A1A009041
Metode Membaca Cepat
Salah satu perbedaan yang menyolok antara kuliah di sini dengan di Indonesia adalah jumlah bacaannya. Di sini bacaannya banyak sekali ! Dan bacaan ini harus dibaca sebelum kuliah. Sekedar gambaran, bacaannya biasa berupa paper yang panjangnya belasan sampai dua puluhan halaman dan untuk setiap kuliah bisa 2-3 paper seperti itu. Akhirnya untuk membaca saja butuh waktu berjam-jam.
Teknik membaca cepat dengan dua hal saja, yaitu:
1. Menghilangkan subvokalisasi
Subvokalisasi ini adalah suara yang biasa “ikut membaca” di dalam pikiran kita. Jadi waktu kita membaca, di dalam pikiran kita seperti ada suara yang menyuarakan bacaan itu. Ternyata ini sangat menghambat kecepatan membaca, karena otak kita sebenarnya mampu membaca dengan kecepatan yang lebih tinggi daripada suara di dalam pikiran kita itu. Karenanya salah satu teknik membaca cepat adalah dengan menghilangkan suara ini. Tidak mudah memang karena sudah jadi kebiasaan bertahun-tahun, tapi bagaimana pun kita perlu belajar melakukannya. Kita harus menemukan metode belajar membaca cepat.
2. Jangan kembali ke belakang
Nah, ini malah lebih sulit lagi. Kalau kita sudah melewati suatu bagian bacaan maka jangan sekali-kali mengulang lagi bagian itu. Baca terus dan maju terus. Ada yang terlewat ? Jangan hiraukan, maju terus ! Ada kata-kata yang hilang ? Jangan hiraukan juga, maju terus ! Pokoknya maju terus pantang mundur ! belajar membaca cepat harus terus dilakukan. Intinya di sini adalah kita harus membaca untuk mendapatkan ide, bukan untuk mendapatkan kata per kata (lihat juga post Ide per Menit). Kembali ke belakang akan sangat mengurangi kecepatan membaca kita sementara dengan maju terus toh idenya akan kita dapatkan
Ngomong-ngomong, ada aplikasi web yang bisa membantu kita untuk belajar membaca cepat, yaitu ZAP Reader dan Spreeder. Dengan aplikasi ini kita bisa meng-copy-paste bahan yang hendak dibaca atau menuliskan alamat Internetnya. Kita juga bisa mengatur kecepatan membaca yang diinginkan, misalnya 300 wpm (word per minute – kata per menit). Jadi nantinya kita dijamin sedang membaca dengan kecepatan 300 wpm ! Asyik kan ? Kita bisa mengatur sendiri seberapa cepat kita ingin membaca.
Setelah itu tekan tombol ‘Play’ dan apa yang terjadi ? Aplikasi ini bakal “melemparkan” kata per kata di depan mata kita ! Kecepatannya sesuai dengan yang kita atur. Dengan aplikasi ini paling tidak ada tiga keuntungan yang kita dapatkan:
1. Mata kita cukup fokus ke satu tempatYup, mata kita tidak perlu bergerak ke kiri ke kanan seperti biasanya waktu membaca. Cukup pusatkan ke satu tempat di layar.
2. Kita diajar menghilangkan subvokalisasiSeringkali kata-katanya dilempar begitu cepat sampai kita tidak sempat “menyuarakan” di dalam pikiran kita ! Dengan begitu kita mau tak mau “dipaksa” untuk membaca tanpa subvokalisasi.
3. Kita “dipaksa” untuk maju terus Ini asyiknya: dengan aplikasi membaca cepat ini kita sama sekali tidak bisa kembali ke belakang ! Pokoknya kita dipaksa untuk maju dan maju terus !
Jadi bisa dibilang aplikasi metode belajar membaca ini sangat baik untuk melatih kita membaca cepat. Pertama-tama tentu belum terbiasa, seperti saya sekarang ) . Tapi lambat laun kita pasti bakal menuai hasilnya.
Pada 20 Januari 2010 pukul 01.16 , Anonim mengatakan...
Nama:Agus Budianto
Npm:A1A009041
Metode Membaca Cepat
Salah satu perbedaan yang menyolok antara kuliah di sini dengan di Indonesia adalah jumlah bacaannya. Di sini bacaannya banyak sekali ! Dan bacaan ini harus dibaca sebelum kuliah. Sekedar gambaran, bacaannya biasa berupa paper yang panjangnya belasan sampai dua puluhan halaman dan untuk setiap kuliah bisa 2-3 paper seperti itu. Akhirnya untuk membaca saja butuh waktu berjam-jam.
Teknik membaca cepat dengan dua hal saja, yaitu:
1. Menghilangkan subvokalisasi
Subvokalisasi ini adalah suara yang biasa “ikut membaca” di dalam pikiran kita. Jadi waktu kita membaca, di dalam pikiran kita seperti ada suara yang menyuarakan bacaan itu. Ternyata ini sangat menghambat kecepatan membaca, karena otak kita sebenarnya mampu membaca dengan kecepatan yang lebih tinggi daripada suara di dalam pikiran kita itu. Karenanya salah satu teknik membaca cepat adalah dengan menghilangkan suara ini. Tidak mudah memang karena sudah jadi kebiasaan bertahun-tahun, tapi bagaimana pun kita perlu belajar melakukannya. Kita harus menemukan metode belajar membaca cepat.
2. Jangan kembali ke belakang
Nah, ini malah lebih sulit lagi. Kalau kita sudah melewati suatu bagian bacaan maka jangan sekali-kali mengulang lagi bagian itu. Baca terus dan maju terus. Ada yang terlewat ? Jangan hiraukan, maju terus ! Ada kata-kata yang hilang ? Jangan hiraukan juga, maju terus ! Pokoknya maju terus pantang mundur ! belajar membaca cepat harus terus dilakukan. Intinya di sini adalah kita harus membaca untuk mendapatkan ide, bukan untuk mendapatkan kata per kata (lihat juga post Ide per Menit). Kembali ke belakang akan sangat mengurangi kecepatan membaca kita sementara dengan maju terus toh idenya akan kita dapatkan
Ngomong-ngomong, ada aplikasi web yang bisa membantu kita untuk belajar membaca cepat, yaitu ZAP Reader dan Spreeder. Dengan aplikasi ini kita bisa meng-copy-paste bahan yang hendak dibaca atau menuliskan alamat Internetnya. Kita juga bisa mengatur kecepatan membaca yang diinginkan, misalnya 300 wpm (word per minute – kata per menit). Jadi nantinya kita dijamin sedang membaca dengan kecepatan 300 wpm ! Asyik kan ? Kita bisa mengatur sendiri seberapa cepat kita ingin membaca.
Setelah itu tekan tombol ‘Play’ dan apa yang terjadi ? Aplikasi ini bakal “melemparkan” kata per kata di depan mata kita ! Kecepatannya sesuai dengan yang kita atur. Dengan aplikasi ini paling tidak ada tiga keuntungan yang kita dapatkan:
1. Mata kita cukup fokus ke satu tempatYup, mata kita tidak perlu bergerak ke kiri ke kanan seperti biasanya waktu membaca. Cukup pusatkan ke satu tempat di layar.
2. Kita diajar menghilangkan subvokalisasiSeringkali kata-katanya dilempar begitu cepat sampai kita tidak sempat “menyuarakan” di dalam pikiran kita ! Dengan begitu kita mau tak mau “dipaksa” untuk membaca tanpa subvokalisasi.
3. Kita “dipaksa” untuk maju terus Ini asyiknya: dengan aplikasi membaca cepat ini kita sama sekali tidak bisa kembali ke belakang ! Pokoknya kita dipaksa untuk maju dan maju terus !
Jadi bisa dibilang aplikasi metode belajar membaca ini sangat baik untuk melatih kita membaca cepat. Pertama-tama tentu belum terbiasa, seperti saya sekarang ) . Tapi lambat laun kita pasti bakal menuai hasilnya.
Pada 20 Januari 2010 pukul 03.36 , Anonim mengatakan...
nama: hendro johannes
npm : A1A009011
TUGAS MEMBACA
Bagi siswa kelas rendah (I dan II), penting sekali guru menggunakan metode membaca. Depdiknas (2000:4) menawarkan berbagai metode yang diperuntukkan bagi siswa permulaan, antara lain: metode eja/bunyi, metode kata lembaga, metode global, dan metode SAS.
Metode eja adalah belajar membaca yang dimulai dari mengeja huruf demi huruf. Pendekatan yang dipakai dalam metode eja adalah pendekatan harfiah. Siswa mulai diperkenalkan dengan lambang-lambang huruf. Pembelajaran metode Eja terdiri dari pengenalan huruf atau abjad A sampai dengan Z dan pengenalan bunyi huruf atau fonem. Metode kata lembaga didasarkan atas pendekatan kata, yaitu cara memulai mengajarkan membaca dan menulis permulaan dengan menampilkan kata-kata. Metode global adalah belajar membaca kalimat secara utuh. Adapun pendekatan yang dipakai dalam metode global ini adalah pendekatan kalimat. Selanjutnya, metode SAS didasarkan atas pendekatan cerita.
Metode pembelajaran di atas dapat diterapkan pada siswa kelas rendah (I dan II) di sekolah dasar. Guru dianjurkan memilih salah satu metode yang cocok dan sesuai untuk diterapkan pada siswa. Menurut hemat penulis, guru sebaiknya mempertimbangkan pemilihan metode pembelajaran yang akan digunakan sebagai berikut:
1. Dapat menyenangkan siswa
2. Tidak menyulitkan siswa untuk menyerapnya
3. Bila dilaksanakan, lebih efektif dan efisien
4. Tidak memerlukan fasilitas dan sarana yang lebih rumit
Salah satu metode pembelajaran membaca permulaan yang akan diangkat dalam tulisan ini adalah metode membaca global. Menurut Purwanto (1997:32), “Metode global adalah metode yang melihat segala sesuatu sebagai keseluruhan. Penemu metode ini ialah seorang ahli ilmu jiwa dan ahli pendidikan bangsa Belgia yang bernama Decroly.” Kemudian Depdiknas (2000:6) mendefinisikan bahwa metode global adalah cara belajar membaca kalimat secara utuh. Metode global ini didasarkan pada pendekatan kalimat. Caranya ialah guru mengajarkan membaca dan menulis dengan menampilkan kalimat di bawah gambar. Metode global dapat juga diterapkan dengan kalimat tanpa bantuan gambar. Selanjutnya, siswa menguraikan kalimat menjadi kata, menguraikan kata menjadi suku kata, dan menguraikan suku kata menjadi huruf.
Langkah-langkah penerapan metode global adalah sebagai berikut:
1) Siswa membaca kalimat dengan bantuan gambar. Jika sudah lancar, siswa membaca tanpa bantuan gambar, misalnya:
Ini nani
2) Menguraikan kalimat dengan kata-kata: /ini/ /nani/
3) Menguraikan kata-kata menjadi suku kata: i – ni na – ni
4) Menguraikan suku kata menjadi huruf-huruf, misalnya: i – n – i - n – a – n – i
Pada 20 Januari 2010 pukul 03.53 , Anonim mengatakan...
nama: joko wahyudo
npn: a1a009067
metode membaca "KUBACA"
Pentingnya Membaca
* Sarana untuk mengetahui sesuatu yang baru
* Sarana menambah wawasan tentang sesuatu yang sedang berkembang
* Lebih mudah untuk dipahami dan dimengerti maksudnya
* Membuka peluang untuk menjalin hubungan lebih luas
* Kemampuan dasar yang akan terus terbawa selamanya
8 Hal Positif yang didapat dari Kursus Kubaca
1. Koordinasi antara mata dan mulut
2. Melatih daya ingat
3. Mengajarkan lancar bicara
4. Memperbanyak perbendaharaan kata
5. Membuat percaya diri
6. Dapat menyusun kata menjadi kalimat yang benar dan bermakna
7. Dapat membuat cerita dari 40 sampai 50 kata yang sering didengar dalam percakapan
8. Memberi anak permulaan lebih awal untuk dapat menyerap ilmu pengetahuan melalui membaca
Pada 20 Januari 2010 pukul 04.12 , Anonim mengatakan...
tugas membaca(metode cantol)
nama : Watam Agus Setyawan
npm :A1A009081
Metode Cantol adalah salah satu tekhnik menghapal yang dikembangkan dalam "Quantum Learning". Dalam penerapannya, metoda ini bersosialisasi dalam persamaan bunyi dan bentuk visual. Sebagai contoh salah satu teknik menghapal dengan metode Cantol adalah ketika di SMA, ada suatu pelajaran dari ilmu kimia tentang menghapal unsur kimia, di antaranya menghapal unsur golongan VII A yang terdiri dari unsur Helium, Neon, Argon, Kripton, Xenon dan Rn. Untuk memudahkan menghapal dibuatlah kalimat, yaitu: hehoh negara argentina karena xenat runtuh. Dengan mudah dapat menghapal nama-nama unsur kimia tiap golongan.
Itu adalah salah satu metoda menghapal yang efektif untuk mengingat daftar. Dalam mengajarkan membaca teknik-teknik tersebut sangat diperlukan untuk mempermudah anak dalam mengingat simbol-simbol huruf. Metode yang cocok untuk memudahkan anak mengingat kembali simbol-simbol huruf adalah Metode Cantol. Pengenalan membaca yang efektif adalah mengenalkan seluruh bunyi suku kata dasar yang menjadi pembentukan kata dalam bahasa Indonesia. Dan tahap selanjutnya adalah "kata" yang dikenalkan kepada anak.
Dalam pengenalan suku kata, irama bunyi tiap kelompok sama yaitu: a, i, u, e, o. Apabila anak sudah dapat menangkap titian ingatan ini sama dengan kelompok-kelompok suku kata lainnya, maka ia sudah dapat menduga suku kata kelompok lain yang belum dikenalkan kepadanya. Apabila ia sudah dapat mengenal huruf dari a sampai z, maka ia dapat menebak dengan benar bunyi suku kata tersebut. Misalnya ia baru dikenalkan pada kelompok suku kata ga, gi, gu, ge, go. Apabila titian ingatan sudah dipahami, maka ia dapat mengetahui kelompok lainnya dari huruf yang ia kenal. Ia akan mengetahui bunyi kelompok ha, ja, dan selanjutnya. Jadi ia akan cepat sekali mengenal seluruh suku kata. Tetapi bagi anak yang belum mengetahui huruf perlu suatu kerangka pikiran yang dapat membantu untuk mengingatnya dengan mudah. Di sinilah metode Cantol sangat efektif dalam membantu kerangka pikiran anak bagi anak yang belum kenal huruf. Terlebih-lebih anak yang sudah mengenal huruf.
Bagaimana Metode Cantol ini dapat diterapkan dalam tehnik membaca?
Pada metode membaca ini anak diarahkan untuk terlebih dahulu menguasai titian ingatannya. Anak akan mengetahui bunyi kelompoknya, cukup apabila ia mengetahui bunyi awal kelompok suku kata tersebut, yaitu ba, ca, da, dan seterusnya. Untuk membantu anak sebagai sandaran dalam pola berfikir, maka suku awal diberi cantolan berupa nama-nama benda yang bunyi suku awalnya sama dengan bunyi suku awal tiap kelompok. Misalnya kelompok 1 cantolannya "baju", kelompok 2 "cabe", kelompok 3 "dadu" dan seterusnya. Nama benda-benda yang diijadikan cantolan diusahakan dikenal anak. Cantolan diterapkan dalam bentuk kartu-kartu yang dijadikan sebagai alat peraga. Misalnya kelompok 1 kartu bergambar baju, kelompok 2 kartu bergambar cabe dan seterusnya.
Pada 20 Januari 2010 pukul 04.16 , Anonim mengatakan...
tugas membaca(metode cantol)
nama : hendro johannes
npm : A1A009011
Metode cepat membaca ini awalnya dipergunakan oleh Ibu Erna Nurhasanah kepada anak-anaknya. Awalnya beliau menggunakan metode Glenn Doman untuk mengajari balitanya membaca. Tapi waktu itu anaknya cuma satu. Setelah lahir adiknya, ternyata metode membaca Glenn Doman sudah tidak mampu beliau terapkan lagi.
Akhirnya dengan berbekal metode Glenn Doman yang sudah dia kuasai dan metode cantolan dari buku Quantum Learning, ibu Erna berhasil mengembangkan metode belajar membaca untuk Balita yang kemudian diberi nama metode Cantol Roudhoh.
Beberapa waktu yang lalu istri saya mengikuti pelatihan metode ini. Dan alhamdulillah memang cara belajarnya sangat menyenangkan. Metode ini diberikan melalui bentuk cerita, gambar, ketrampilan dan permainan. Akibatnya, kegiatan belajar menjadi sangat menyenangkan.
Dari penuturan beliau, rata2 hanya dalam 32x pertemuan atau 20 Jam anak-anak sudah mampu membaca. Artinya metode ini memang mampu memaksimalkan kemampuan otak balita yang sedang tumbuh berkembang.
Saya sendiri yakin, metode ini akan booming di masa mendatang. Karena memang proses belajarnya sangat menyenangkan. Bahkan mungkin bisa dikatakan proses bermain daripada proses belajar.
Nah, buat anda yang saat ini lagi malas baca, bersiaplah menghadapi generasi2 baru yang mampu membaca sejak usia 3 tahun. Hasil penelitian Glenn Doman menyatakan bahwa anak-anak yang mengalami cedera otak dapat membaca dengan baik di usia 3 tahun.
Menurut beliau, anak2 mampu membaca sebuah kata di usia 1 tahun. Membaca sebuah kalimat di usia 2 tahun dan membaca sebuah buku di usia 3 tahun. Dengan perlakuan yang baik dan bimbingan yang penuh perhatian dari orang tua dan lingkungannya, insya Allah generasi ini akan mengalahkan kita dimasa mendatang.
Pada 24 Januari 2010 pukul 20.05 , Anonim mengatakan...
TUGAS MEMBACA ARTIKEL
Nama :Dian kharisma
npm :A1A009053
Pembelajaran Akselerasi adalah sebuah metode belajar yang membantu anda mengorganisasikan, mengatur dan mengasimilasikan informasi pada kecepatan tinggi. Jika anda pernah membaca 7 Intelejensia dari Pembelajaran Akselerasi dan Kemampuan Belajar Multi Sensor Tingkat Lanjutan, maka anda sudah memiliki dasar pengertian betapa pentingnya dalam mempelajari segumpal informasi (keping jigsaw informasi) dengan memanfaatkan beragam input dari sensor/ panca indra dan strategi pembelajaran kreatif yang menstimulasi ketujuh intelenjensia kita.
Semenjak penemuan mesin cetak oleh Johannes Gutenberg pada tahun 1450, maka hampir semua informasi yang kita hadapi setiap hari dipresentasikan di dalam “kalimat tercetak”. Dengan peningkatan dan kemajuan layanan multimedia berbasis web, maka “kalimat tercetak” sepertinya kehilangan pijakan, walaupun masih memainkan dan cara populer untuk menyampaikan informasi di era modern. Adanya epidemi sosial nomor 1 di jaman sekarang adalah “Kebanjiran Informasi/ Information Overload”. Epidemi ini menyapu seluruh dunia dan menekan para pengumpul informasi untuk melakukan pekerjaan ekstra dan terbaiknya untuk memahami dunia yang sedang bergeraks secara dinamik di sekeliling mereka. Dengan alasan-alasan itulah, maka sangat kritikal bahwa kita perlu mempelajari kemampuan untuk mengkoleksi, menyerap dan mengasimiliasikan “kalimat tercetak” dengan suatu cara yang dapat membantu kita menghemat waktu, energi dan yang paling penting adalah tetap membuat kita “sadar” di dalam dunia informasi yang terus berkembang pesat.
Gambar Accelerated Speed Reading Principles Concept Map, pertama-tama memberikan pencerahan pada detil proses membaca, dan membantu untuk mengindentifikasikan relasi pada potensi belajar kita. Kedua, Study Matrix ini akan membagi proses Baca Cepat dari Pembelajaran Akselerasi, termasuk di dalamnya langkah-demi-langkah penjelasan bagaimana caranya untuk memanfaatkan kombinasi baca cepat dan kemampuan belajar komplementari lainnya dalam proses pemahaman secara menyeluruh dan komprehensif dari suatu buku teks dengan cepat. Ketiga, Adam akan mengajak anda untuk melihat secara lebih dekat sebuah metode sub-konsius (otak setengah sadar) Baca Secara Photografik, yang dapat meningkatkan belajar dan pemahaman terhadap informasi pada tingkat ke-tidaksadaran (Sur menambahkan: kemampuan otak bawah sadar memiliki kemampuan luar biasa dalam menyerap informasi dan masuk langsung ke ingatan jangka panjang). Akhirnya, Study Matrix ini akan mempresentasikan anda dengan beberapa ujian, tips untuk belajar dan strategi untuk mengikutsertakan prinsip-prinsip Pembelajaran Akselerasi secara Photo dan Baca Cepat.
Pada 24 Januari 2010 pukul 20.09 , Anonim mengatakan...
Nama:Dian Kharisma
Npm:A1A009053
MENYIMAK INTENSIF
Kalau menyimak ekstensif lebih diarahkan pada kegiatan menyimak secara lebih bebas dan lebih umum serta tidak perlu di bawah bimbingan langsung para guru, maka menyimak intensif diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih diawasi, dikontrol terhadap satu hal tertentu. Dalam hal ini haruslah diadakan suatu pembagian penting sebagai berikut :
a) Menyimak intensif ini terutama sekali dapat diarahkan pada butir –butir sebagai bagian dari program pengajaran bahasa, atau
b) Terutama sekali dapat diarahkan pada pemahan serta pengertian umum.
Jelas bahwa dalam butir kedua ini makna bahasa secara umum sudah diketahui oleh para siswa.
Di samping itu, masih ada faktor-faktor lain yang harus dipertimbangkan. Salah satu di antaranya adalah formalitas bahasa, yaitu situasi tempatnya berada pada poros berikut ini:
slang — akrab — netral —formal
Kebanyakan kelas sedikit sekali mengingat latihan dan praktek dengan mempergunakan suatu jenis bahasa selain daripada bahasa netral. Faktor lain yang juga harus dipahami adalah yang menyangkut kecepatan pengutaraan: apakah itu suatu percakap yang cepat, atau suatu ujaran yang diatur? Lebih jauh, apakah itu dipersiapkan dan dilalui ataukah mendadak tanpa persiapan? Berapa orang ikut terlibat? Jelas bahwa semakin banyak terlibat maka semakin sulit jadinyaa. Apak aksen si pembicara sudah biasa didengar oleh para siswa? Aksen-aksen bahasa regional atau bahasa kelompok sangat membingungkan siswa pada pendengaran pertama, bahkan bagi beberapa siswa mencemaskan. Sekali lagi, kekurangakraban dengan faktor-faktor ini benar dapat mengganggu pemahaman siswa terhadap makna bagian tersebut.
Pada 24 Januari 2010 pukul 20.11 , Anonim mengatakan...
Nama:Dian Kharisma
Npm:A1A009053
MENYIMAK INTENSIF
Kalau menyimak ekstensif lebih diarahkan pada kegiatan menyimak secara lebih bebas dan lebih umum serta tidak perlu di bawah bimbingan langsung para guru, maka menyimak intensif diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih diawasi, dikontrol terhadap satu hal tertentu. Dalam hal ini haruslah diadakan suatu pembagian penting sebagai berikut :
a) Menyimak intensif ini terutama sekali dapat diarahkan pada butir –butir sebagai bagian dari program pengajaran bahasa, atau
b) Terutama sekali dapat diarahkan pada pemahan serta pengertian umum.
Jelas bahwa dalam butir kedua ini makna bahasa secara umum sudah diketahui oleh para siswa.
Di samping itu, masih ada faktor-faktor lain yang harus dipertimbangkan. Salah satu di antaranya adalah formalitas bahasa, yaitu situasi tempatnya berada pada poros berikut ini:
slang — akrab — netral —formal
Kebanyakan kelas sedikit sekali mengingat latihan dan praktek dengan mempergunakan suatu jenis bahasa selain daripada bahasa netral. Faktor lain yang juga harus dipahami adalah yang menyangkut kecepatan pengutaraan: apakah itu suatu percakap yang cepat, atau suatu ujaran yang diatur? Lebih jauh, apakah itu dipersiapkan dan dilalui ataukah mendadak tanpa persiapan? Berapa orang ikut terlibat? Jelas bahwa semakin banyak terlibat maka semakin sulit jadinyaa. Apak aksen si pembicara sudah biasa didengar oleh para siswa? Aksen-aksen bahasa regional atau bahasa kelompok sangat membingungkan siswa pada pendengaran pertama, bahkan bagi beberapa siswa mencemaskan. Sekali lagi, kekurangakraban dengan faktor-faktor ini benar dapat mengganggu pemahaman siswa terhadap makna bagian tersebut.
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda